whathifi.id – Ada saat dimana saat ngobrol sambil makan pempek di restoran Kemala (mal Belleza, Kelapa Gading, kemarin), Handy Wijaya cerita tentang bagaimana bersama timnya di PT ESSI (Esa Sinergi Selaras Indonesia), mentreatmen ruangan untuk podcast di Universitas Parahyangan Bandung. Ruang podcast ini punya gangguan, seperti suara AC terasa bising, padahal pakai AC central. Suara di luar ruang bahkan suara jangkrik pun bisa masuk ruang yang tentu saja mengganggu. Reverbnya pun panjang .
Akhirnya dicarilah ruangan lain untuk digunakan sebagai ruang podcast. Dapatlah lahan yang baru, lalu didesain ulang. Ruang yang didapat tadinya adalah ruang dapur yang lalu di’sulap’. Ukurannya lebih besar. Menariknya, disini tidak dipusingkan dengan harus memakai AC sentral. Pakai AC biasa pun okelah.
Tetapi ada hal yang lebih menarik dari itu. Ternyata bikin ruang podcast yang ideal itu bukan melulu urusan suara dan akustik. Tetapi juga hal lain, seperti lighting, thermal, suhu ruang, faktor aliran udara/ventilasi, kelistrikan, dimensi, estetika ruang dan lain lain. Semuanya diintegrasikan untuk bagaimana akhirnya bisa membuat orang merasa nyaman berlama lama untuk melakukan produktivitas disitu. Dan ternyata solusi yang ingin ditawarkan ESSI ya ini semua.
Mari kita lihat video berikut ini. Yang kami post disini adalah foto awal ruang, lalu ruang yang ditreatmen ESSI (tengah – ruangan podcast pindah) dan contoh aplikasi saat digunakan ruang ini untuk kegiatan podcast.
Urusan Lighting juga
Mengapa PT ESSI memikirkan juga soal lighting? Ternyata Ini adalah perusahaan integrator. Jadi tidak hanya bicara sound saja, tetapi juga dapat memperhitungkan apa saja yang punya pengaruh dalam sebuah ruangan sesuai peruntukannya, dalam hal ini adalah untuk podcast. Makanya bukan hanya audio saja yang dibetulkan. Di sisi video juga. Lalu thermal, suhu ruang. . Ini juga terkait dengan bagaimana membuat nyaman orang yang masuk dan berkomunikasi disana. Sisi lighting pun maka diperhatikan. Tidak suara saja yang dibuat nyaman.
Yah, ruang podcast, juga punya sisi keakustikan. Bahkan tinggi ruang pun harus diperhatikan, misalnya saat kita pasang lampu, cahayanya tidak membuat silau dan tak terlalu langsung ke orang. Ini tentu ada hitungannya sendiri di kamusnya ESA. Misalnya, arah lampu itu menentukan berapa lebar dan ketinggian serta kedalamannya
Kami lihat dindingnya tidak berwarna kuat atau dibubuhi rona macam macam. Ini ternyata juga karena Handy ingin menghadirkan sesuatu yang kontras, misalnya dengan kostum/baju yang digunakan mereka yang ada di dalam.
Tentang thermal, Handy berpendapat tidak perlu pakai konsep seperti di auditorium yakni memakai AC ducting. AC ducting pun kalau tidak tahu caranya, bukannya bikin hening malah akan berisik. Maka dia gunakanlah AC split, dengn mengatur hal-hal seperti di kapasitas mesinnya, posisi dan lain lain. Ruang ini memakai dua AC split 2 pk. Dipasang di satu sisi dengan sisi yang berlawanan dengan green screen.
Karena ini ruang tertutup, maka dibuatlah sistem ventilasi. Karena ruang tertutup, bila oksigennya habis, orang bawaannya lemas. Ini tentu bahaya. Sistem ventilasi ini artinya, ducting keluar karena ambil udara segar. Ini bisa menimbulkan suara. Maka disini perlu dilakukan treatmen lagi.
Bagaimana dengan pintu? Bila kita perhatikan, banyak pintu soundroom itu berat. Handy mengatur bagaimana pintu ini saat menutup tak terlalu berat.
Hal lain adalah soal kelistrikan. Ini juga membuat alat alat podcast dan juga alat audio dapat bermain dengan baik dan tidak cepat rusak. Finishingnya tentu dipilih dengan cermat, seperti warna background tidak dipilih warna gelap atau ramai.
Material akustiknya, yang ditreatmen dinding, plafon, lantai, juga kayu vinyl untuk lantai. Menariknya dibawah lantai dia buat raise floor atau floating floor. Jadi lantai dikasih panggung. Di bawah lantai itu ada treatmen getaran. Ini karena ruang podcast yang lama ada di bawahnya.
Inilah hal hal yang dipikirkan untuk membuat sebuah ruang podcast yang ideal menurut PT ESSI di proyeknya di Universitas Parahyangan, Bandung