Ada nuansa baru di ruang home theatre dan musiknya Dan Santoso ketika awal Januari 2022 lalu kami tandang ke rumahnya. Terakhir kami mengunjungi ruang ini sekitar 3 bulan lalu, dimana saat itu suaranya tidak sedetail sekarang. Begitu pun kerapihan dan kemegahannya, kali ini tampil lebih menawan telinga. Inilah buah eksplorasi yang dilakukan sendiri dengan sabar. Walau sudah ‘improve’ banyak, Dan masih saja belum 100 persen merasa puas. Inilah yang kemudian membawanya kepada semangat untuk terus bereksplorasi tentu. Untuk menemaninya bereksplorasi ini, dia mengandalkan prosesor Trinnov Altitude 32 dan serangkaian DSP-nya.
Saat mengunjungi ruang seukuran 4.9 x 7 meter dengan tinggi 3 meter ini, kami melihat tiga panel akustik yang dikatakan Dan baru saja ditambahkan. Ada juga sebuah mikrofon 3D dari Trinnov Audio. Mic opsional jika kita membeli prosesor surround Altitude 32. Saat Dan menambah panel ini, dia akan mensetting ulang Altitude 32. Selain Dolby Atmos, Altitude 32 juga memainkan format surround terkini lainnya, Auro 3D dan DTS:X.
Pakai horn
Ruang ini diisi oleh serangkaian speaker, yang sebagian berukuran besar ditempatkan berdampingan dengan elemen akustik. Untuk theatre, Dan lebih memilih bermain di konfigurasi speaker di 9.4.6 channel. Maka tentu ada beberapa speaker yang digantung di atas ceiling dan bertugas menyampaikan suara dari ketinggian (height channel). Speaker speaker yang menggantung ini sebagian besar memakai driver Elipticor Scanspeak. Ada juga yang memakai Berylium. Semua speaker di ruang Dan ini masing masing memakai satu amplifier yang semuanya dual mono.
Dan kami lihat memang sengaja tidak terlalu memusingkan masalah estetika ketimbang suara dan gambar. Baginya, ruang ini seperti menjadi laboratorium tempatnya berasyik ria menikmati film dan musik. Dan pun menganggap film di ruangannya lebih penting ketimbang musik, tetapi secara prinsip, movie dan musik itu dikatakannya sama.
“Karena saat saya menset stereo ini lebih bagus lagi, otomatis movie-ya juga lebih bagus. Saya tak setuju bila ada yang mengatakan bahwa movie dan musik itu tidak bisa dikombinasikan, karena saya dapati di ruang saya keduanya dapat. Settingan musik dan filmnya sendiri sama”kata Dan.
Dan memang tidak menampik bahwa home theatre seringkali butuh power besar untuk munculnya dinamika yang tinggi. Tetapi menurutnya, asalkan ruangannya benar secara akustik dan tidak menyumbang noise, tenang keadaannya dengan background gelap, maka yang namanya dinamika menurutnya akan muncul sendiri. Tentu saja disini butuh speaker yang punya kemampuan bermain efisien pada dinamika tinggi.
“Inilah salah satu penyebab mengapa saya pakai horn, karena horn kan terkenal efisien dan dinamik. Dan sepanjang sejarah, umumnya multitheater memang banyak yang memakai horn”kata Dan.
Tiap kali mengubah elemen akustik
Dan memang peduli sekali dengan akustik ruang untuk menaikkan performa suara.Lihat saja ruangan ini tak sepi dari elemen akustik. Bahkan di pojok-pojok ruang misalnya, kami lihat ada kotak-kotak karet, yang ternyata merupakan salah satu ide Dan mengatasi room mode.
Setiap kali Dan mengubah elemen keakustikan dan mensetting crossover untuk mencari suara yang lebih bagus lagi inilah yang membuatnya harus melakukan setting kalibrasi prosesornya dengan memakai mikrofon 3D Trinnov Audio. Dan setiap satu setting akhirnya kelar, lahirlah sebuah tampilan suara baru yang lebih ‘improve’ dibandingkan sebelumnya. Maka Dan pun membeli mic khususnya Trinnov ini, karena sudah puluhan kali dia mencoba menata letak panel akustik. Mic ini bersama dengan mic lain tentu akan dia pakai terus, sepanjang dia masih semangat bereksplorasi khususnya.
Antara DSP dan Altitude 32
“Saya pertama kali melakukan kalibrasi di eksternal crossovernya (di DSP-nya). Jika semuanya itu sudah oke, saya pakai Trinnov,karena Trinnov itu butuh hasil measurement, dimana kemudian dengan aplikasinya dia bisa mengatur seperti amplitude, level dan phase aligntment-nya.
Menariknya, ada sesuatu yang dapat diperbaiki di Trinnov sementara di alat lainnya tidak bisa” kata Dan sambil menambahkan bahwa Trinnov ini sebenarnya bisa berfungsi sebagai DSP.
Inilah pengalaman kami ketika menikmati update suara ruang Dan, dimana telah terjadi perubahan setting di perangkat, juga di akustik dan hardwarenya. Dengan perubahan itu, kami mendengar beberapa rekaman, sebut saja misalnya I Will Remember-nya Toto (album Dali), Money-nya Pink Floyd dan Starlight-nya Muse. Dibandingkan kesan panggung saat tiga bulan lalu, kini settingannya terasa kian rapi termasuk di area frekuensi bawah, kian rileks di tonal balancenya, dan memang kedalaman panggung lebih terasakan.
Tampilan lebih menarik ini juga didukung telinga dan sistem yang mampu juga melakukan pengukuran terkait kondisi akustik ruangan.
“Apa yang kita ukur dengan apa yang terdengar itu kan science dengan telinga manusia. Kalau saya telusuri apa yang cocok dengan saya, ternyata saya ini butuh satu suara yang tidak saja dinamik tetapi juga smooth serta terkontrol rapi. Kita pun jadi bisa rileks dengernya serta tidak fatique. Ini yang saya perlukan, sebab jika sedang gila film, saya bisa menonton non stop selama 8 jam”kata Dan menutup pertemuan kami.
Dua catatan menarik lagi
Ada dua hal lain yang menarik di ruangan Dan. Satu, bila ada noise sedikit saja, maka kita akan mendengarnya. Padahal, ruang ini dibuatnya tak terlalu kedap. Reverbnya dikatakan di 0.27 dB. Menurutnya, dibandingkan dengan ruangan musik dan film mereka yang tidak ditreatmen akustik, ruangannya pasti lebh mantul. Tetapi bila dibandingkan dengan studio rekaman (di bawah 0.2) akan tetap kedap studio rekaman
“Standar home theatre kan di 0.2. Maka bila untuk musik, mainnya di 0.6, maka reflection lebih besar dari direct sound. Suara ruangan akan terdengar karena banyak pantulan”kata Dan. Hal menarik lain, disini ada dua titik dengar yang baik, yakni di sweet spot (lebih ke direct sound) dan di area kursi di belakangnya( lebih kepada area reflected sound). Ada dari kami yang lebih suka di area sweet spot, tetapi ada yang ternyata lebih suka di belakang sweet spot(lihat foto di bawah ini).