Untuk kedua kalinya, WhatHiFi Indonesia menonton film Spiderman, No Way Home. Pertama kali adalah dengan V2 Indonesia di theatre Flix, Astha – di Kawasan SCBD Sudirman (16/12/21). Kedua, di Flix Mall of Indonesia (MoI) bersama pehobi audio dan film (18/12/2021).
Menikmati film ini sendiri, kami disuguhi dengan tontonan menarik, baik dari sisi jalan cerita, setting lokasi, suguhan tata suara dan gambar, serta kepada profil actor pemainnya. Ada satu dua kejutan di film ini, khususnya bila kita mengikuti era awal pemutaran Spiderman beberapa tahun lalu, dengan pemeran yang berbeda beda.
Dari awal film, penonton diajak untuk berkonsentrasi mengikuti apa cerita kali ini. Dimulai dari terbongkarnya profil nama di balik Spiderman, cerita pun berkembang dengan begitu sangat gundahnya Peter Parker. Ada kemudian serangkaian tindakan Peter yang awalnya kami rasa ‘bodoh’, tetapi dari tindakan yang terkesan bodoh inilah menjadi satu cerita yang bisa memberi inspirasi. Inspirasi, misalnya ajakan karakter ‘May’ (Marisa Tomei), yang mengajarkan bagaimana kelebihan/kekuatan yang merupakan anugrah, perlu digunakan dengan tanggung jawab, khususnya bagi sesama. Lalu bagaimana kita perlu membangun sebuah tim yang kompak dan kaya akan strategi.
Bumbu humor tak lupa dimasukkan sang sutradara John Watts. Dan memang, dari obrolan kami dengan beberapa penonton saat pertunjukan di Flix Moi, profil Spiderman alias Peter Parker kali ini (Tom Holland) terlihat paling kekanak-kanakan dibanding profil Peter Parker di Spiderman sebelumnya, Tobey Maguire dan Andrew Garfield. Sosok Tobey kita kenal lebih flamboyant, sedangkan Andrew lebih kepada sosok yang gemar berbicara. Boleh jadi, Tom Holland lebih banyak disukai penonton usia muda.
Zendaya Marie Stoermer kembali muncul setelah tampil di The Greatest Showman dan Dune, dan kali ini berperan sebagai karakter MJ, si pacar Peter. Dengan Ned (diperankan Jacob Batalon dan pernah main di Spiderman: Home Coming (2017) dan Spiderman : Far From Home (2019), Mj dan Peter pun mengarungi suka duka di cerita film ini, khususnya kala berhadapan dengan Doctor Strange(Benedict Timothi Carlton).
Suatu suguhan menarik juga di tata suara, dimana beberapa adegan seperti saat terjadi perebutan kotak sihir antara Dr. Strange dengan Peter di sihir dalam kacanya Dr. Strage, diketengahkan gambar yang menawan dengan tata suara yang bergerak dinamis, dibalut kesan 3D suara yang membawa penonton terlibat, dimana kemudian masuk soundtrack yang pas, menyajikan kesan ilusi kuat.
Inilah sajian dari film ini, yang tentu panjang jika kita ingin bercerita lebih jauh.
Di acara tontonan pertama, kami bersama segenap staf dan karyawan V2 Indonesia menonton di Studio 1 Flix Astha, yang berkapasitas sekitar 38 orang (bila diterapkan protocol Kesehatan dimana ada satu kursi kosong diantara dua penonton).Ini adalah salah satu bentuk kegiatan oleh manajemen V2 Indonesia untuk pekerja kreatif di dalamnya. Rudi Hidayat, CEO V2 Indonesia sempat memberikan kata sambutannya sekaligus memberi ucapan kepada Nandy, dengan posisi barunya.
Dalam tontonan kedua, ada sekitar 40 peserta nonton bareng yang kemudian berbaur dengan penonton lain. Secara keseluruhan, peserta puas dengan tampilan gambar dan suara di kedua theatre ini. Apalagi sempat berbincang dengan desainer suara Flix, Sie Kek Cung – yang juga berbicara tentang bagaimana setting placement speaker, serta bagaimana sistem audio khususnya dari ruangan di studio Flix ini.