whathifi.id – Tanggal 11 Juni 2022 lalu WhatHiFi Indonesia mengadakan nonton bareng (nobar) di Flix, Mall of Indonesia, Kelapa Gading Jakarta. Filmnya, Jurrasic World of Dominion, ditemani penata suara Flix Moi, Sie Kek Cung.
Ini adalah film ketiga dalam trilogi Jurassic World dan kabarnya merupakan bab terakhir dari seluruh franchise Jurassic Park. Muncul setelah empat tahun ditayangkannya Jurassic World: Fallen Kingdom, dengan mengetengahkan karakter Owen (Chris Pratt), Claire (Bryce Dallas Howard), ilmuwan Dr. Sattler (Laura Dern), Dr. Grant (Sam Neill), dan Dr. Malcolm (Jeff Goldblum) dari film aslinya. Mereka pada gilirannya bersatu melawan perusahaan genetika yang diketuai Campbell Scott.
Mereka pun terlibat dalam aksi menyelamatkan diri dari ancaman predator. Seperti semua film Jurassic, film ini terus mengeksplorasi tema-tema yang berkaitan dengan science, eksperimen, hubungan antar manusia dengan sang predator.
Kali ini kami mendapat Hall 1, sebuah studio yang sangat luas di Flix Moi ini, dan beruntung mendapat posisi terbaik di tengah, juga tak lupa, mendapat gratis pop corn dari Flix. Dari sejak babak awal, film ini sudah mengajak penontonnya untuk terlibat dengan apa yang digambarkan dalam layar, dengan menjalin kengerian, was was, keterkejutan dan lain lain yang pada intinya, penonton secara perlahan diajak bersiap untuk sport jantung, khususnya pada bagian tengah film dan scene-scene terakhirnya.
Yang membuat kami senang, kengerian itu dipupuk tidak saja dari gambar, tetapi juga dari suara. Sang sutradara, Collin Trevorrow, cukup berhasil menggambarkan sosok predator sangat buas dan menyeramkan seperti Tyrannosaurus Rex, apalagi yang namanya Gigantosaurus. Suaranya menggelegar tetapi untung tidak melelahkan telinga. Lenguhannya saja seringkali menimbulkan kengerian. Dan ada juga suara khas yang bisa saja memekakan telinga dari Dilophosaurus yang mengembangkan ‘sayap’ di kedua sisi kepalanya saat ingin menyerang calon korbannya,seperti saat adegan Dilophosaurus yang menyerang sang direkturnya perusahaan Biosyn, Campbell Scott.
Jurrasic World of Dominion di Flix ini bagus di penataan tata surround soundnya. Ambiens kengerian dalam hutan bagi seorang manusia digambarkan hiruk pikuk, dengan aneka suara yang memenuhi ruang. Dua hewan seperti Dilophosaurus yang tengah berbicara di dua titik lokasi yang berjauhan, digambarkan dengan suara lenguhan dari belakang kiri, kemudian berganti lenguhan di kanan depan. Suara beberapa atrociprators yang tengah mengelilingi Owen Grady (Chris Pratt) mengedepankan dimensi lebar seakan melempar kita juga, jadi berada disamping Owen.
Ya, kita tengah diajak ke hutan. Hutan dengan suara latar dengan aneka hewan didalamnya, menaruh kita ditengahnya. Dan tidak saja di hutan, tetapi di atas daratan bersalju yang siap menenggelamkan kita yang berjalan di atasnya. Seperti terlihat di adegan ngeri ketika Kayla Watts (DeWanda Wise) dan Owen Grady mencoba untuk menghindari serangan ganas monster serupa burung (berbulu) Pyroraptor, setelah pesawat mereka jatuh ke daratan salju.
Untuk merepro suara lenguhan mulai dari binatang jinak kecil dan masih bayi, ‘baby’ Nasutoceratops hingga predator raksasa atau yang pemakan daun yang berleher panjang bernama Dreadnoughtus – tentu perlu power besar untuk ruang sebesar Hall 1 ini. Untuk juga Dapat feel ngerinya. Juga lesatan surround di aneka titik dengan langsam(smooth). Bunyi dikiri kanan, itu menurut Kek Cung sendiri, levelnya sama. Suara tebalnya sama. Menurutnya, subwoofer disini mendorong surroundnya, dimana surround itu kalau tidak ada subwoofer, suara akan terasa tipis. Jika demikian, ini tentu akan membuat filmya kurang menyeramkan
Dari sisi gambaran frekuensi bawah, kami dibuat kaget misalnya di adegan awal dimana seekor badak (Coelodonta) menyundul keras salah satu mobil yang tengah mengejar mobil yang mencuri hewan yang tengah dibudidayakan. Mobil itu terjengkang dan berguling. Suara sodokannya begitu hebat, tak heran membuat mobil berguling hebat. Di sini sempat terpikir, mungkin Kek Cung sengaja menambahkan bobot level subwoofer yang digunakan (di Hall 1 ini ada subwoofer yang diletakkan di atas) dengan bermain keras di bawah agar banyak adegan seperti hantaman, lebih punya impact. Tetapi dalam obrolan kemudian, ternyata menurutnya, tidak. Dia tidak membuat beberapa adegan ditebalkan walau menurutnya, bisa saja dia lakukan , tetapi tentu ini akan berpengaruh juga di scene lainnya.
Ini kami tanyakan juga saat mengomentari scene dimana pesawat tua ‘kesayangan’ Kayla Watts ditabrak burung di udara – terbakar dan jatuh terjerembab di sajlu. Suara tabrakannya ternyata kurang punya impact seperti ekspektasi yang kami inginkan -saat menabrak bumi. Ternyata Kek Cung memasang sub di level yang moderate. Mengapa tidak dibesarkan? Ternyata karena ini terkait efek domino. Bila dia pasang satu posisi yang sangat tebal, bisa saja karakternya kurang pas untuk adegan lainnya. Malah bisa jadi terlalu kencang, dimana penonton tentu jadi malah heran. Jadi posisi yang aman ya yang seperti kemarin.
Kek Cung lalu mengatakan bagaimana di film ini, setting untuk vokal dirapihkan tajamnya agar tampil smooth. Saat kencang ya kencang saja, Bass yang sebelumnya terasa terlalu besar (di film sebelumnya yang diputar di Hall ini) dia turunkan levelnya, khususnya di depan agar yang duduk didepan bisa dapat bassnya. Di sisi belakang, yang tadinya standar 95, dia buat sampai 100 dB. Besar sekali. Tetapi kemudian untuk film ini dia turunkan ke 96 dB. Didepan dia turunkan 1.5 db. Diatas diturunin 2 dB supaya tak terlalu padat.Ada satu hal yang penting baginya, yakni demi mendapatkan bass yang koheren. Untuk vokal, dia rapihkan juga demi mendapatkan artikulasi yang kian baik. Jadi menurutnya, suara tidak harus dibesarkan.
Inilah kesan sekilas kami terhadap kualitas suara. Untuk gambar, ketajaman, kejelasannya terbilang menarik mata, dan tidak membuat mata lelah menontonya sampai 2 jam 36 menit. Hanya saja di film Jurrasic kali ini, gerakan hewan kurang hidup, masih terasa kurang alami, sehingga sanggup memberi keyakinan penontonnya bahwa ini adalah hewan imitasi.
Akhirnya kalau mau membandingkan bagaimana kesan tonton film ini khususnya dalam hal suara dibandingkan film yang kami tonton sebelumnya, Top Gun, Spiderman dan Dune, Jurrasic World of Dominion lebih berhasil dalam menguras kengerian menonton film.