kontak

WhatHiFi Indonesia di bulan lalu menengahkan topik utama tentang TV. Bisa dikatakan ini adalah edisinya TV. Di bahasannya,  dibicarakan juga tentang bagaimana misalnya TV Ultra HD 4K bisa perlahan masuk dalam rumah rumah,  walau TV 8K masih menjadi barang yang  sangat mewah, apalagi di Indonesia. Lalu ada  HDR yang sudah ramai digunakan. Ada lagi teknologi streaming yang menempatkan aneka pasokan konten yang nyaris tak terbatas itu pada  ujung jari kita sepanjang hari, setiap hari.

Tetapi walau sedang menikmati, masih banyak yang buta akan teknologi TV, apalagi kemudian banyak muncul akronim dan istilah istilah baru dalam dunia pemasaran. Salah satu pangkal kebingungan itu sebenarnya ada pada dua teknologi yang saling bersaing di dunia TV: yakni  OLED dan QLED.

Apa sebenarnya OLED dan QLED? Apa perbedaannya, dan mana yang berada di posisi terdepan jika Anda menginginkan gambar terbaik?

OLED: plus dan minus

OLED (Organic Light-Emitting Diode) adalah teknologi tampilan gambar yang dihasilkan dari sebuah bahan film berbasiskan karbon di mana ada dua konduktor melewatkan arus, membuatnya bisa memancarkan cahaya. Yang menarik, cahaya ini dapat dipancarkan berdasarkan piksel demi piksel, sehingga piksel putih atau yang berwarna cerah dapat muncul di samping salah satu yang benar-benar hitam atau warna yang sama sekali berbeda, tanpa mempengaruhi yang lain.

Konsep ini sangat berbeda bila kita bandingkan dengan TV LCD biasa, yang mengandalkan cahaya belakang(latar) terpisah untuk menghasilkan cahaya yang kemudian melewati lapisan piksel. Walaupun telah diupayakan selama bertahun-tahun, tidak ada TV berlatar lampu yang bisa mengatasi masalah cahaya dari piksel terang.

Keuntungan lain dari OLED adalah panelnya lebih ringan dan lebih tipis dibandingkan susunan LCD /LED biasa.  Sudut pandangnya cenderung jauh lebih lebar, dan waktu responnya bisa sangat cepat.

Salah satu kelemahannya,  OLED relatif mahal untuk diproduksi. Kini LG menjadi  satu-satunya produsen panel TV OLED, yang menjual panel ke produsen lain, seperti Sony, Panasonic, dan Philips. Dengan dibelinya panel ini, telah meningkatkan jumlah panel OLED yang diproduksi. Sementara itu di pasar terjadi persaingan di toko-toko. Di pasar,  TV OLED masih cenderung sedikit lebih mahal daripada TV LCD standar. Meskipun demikian, QLED Samsung cenderung lebih mendekati harga OLED ketimbang LCD biasa.

Ukuran bisa menjadi masalah bila kita bicara OLED. Hingga saat ini, Anda tidak dapat membeli layar TV OLED yang lebih kecil dari 55 inci. OLED 48in muncul untuk pertama kalinya pada tahun 2020 pada model LG OLED48CX yang luar biasa itu. Sayangnya dia  diproduksi dalam jumlah yang relatif rendah walau harganya  cenderung sedikit lebih terjangkau ketimbang  yang  55 inci.  TV OLED 42in kini sedang dalam proses pembuatan dan secara teori dapat diproduksi dan dijual jauh lebih murah, tetapi belum ada model spesifik yang diumumkan.

OLED juga kesulitan untuk mencapai tingkat kecerahan puncak yang sama dengan QLED. Bahkan model OLED ekstra terang seperti LG OLED65G1 dan Panasonic TX-55HZ2000 masih harus berjuang untuk mendapatkan setengah terangnya QLED.

Terakhir, sifat organik dari panel OLED berpotensi rentan terhadap retensi gambar dan bahkan burn-in, dengan cara yang mirip dengan TV plasma lama. Namun, ini tampaknya tak terlalu menjadi masalah. Kami tidak pernah mengalami masalah retensi gambar dengan OLED apa pun yang telah kami uji. Meski begitu, mereka masih merasa perlu memperingatkan pelanggan tentang potensi retensi gambar.

Bahasan lengkapnya, bisa anda baca juga  pada edisi Juli Agustus 2021 versi cetak WhatHiFi Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here