![kontak](https://www.whathifi.id/wp-content/uploads/2021/11/cabasse-akoya.jpg)
Mengunjungi galeri Audio Note yang baru di bilangan jalan Dr. Susilo, Grogol -Jakarta Barat, 11 Mei 2021 lalu. Pak Hendra mempersilahkan kami mendengar sebuah lagu via streaming (lupa bertanya, filenya diambil dari Apple, Qobuz atau Tidal). Lagunya, Librarian Girl dari Michael Jackson.
Saat itu paduan sistemnya terdiri dari speaker Rogers LS3/5A, integrated amplifier asal Cina, Kinki Studio EX-M1 (seri Extreme), dengan kabel speaker dan lain lain dari seri termurahnya Audio Note, dan sebuah streamer dari Mini DSP.
Inilah lagu pertama saat kunjungan hari itu. Hampir satu lagu habis, ketika Hendra bertanya, bagaimana pak? Bingung mau jawabnya. Dengan satu kata saja kami katakana, “ Kempes”. Ya. Rekamannya seperti tanpa gairah. Seperti sop kurang garam. Anyep. Panggungnya sempit. Hanya bagus jika kita mencari focus. Pak ‘Jackson’ pun bernyanyi seperti ‘ogah ogahan’.
Dijawab demikian, pak Hendra hanya berkata, “Oh ya. Bagaimana dengan yang ini?” tanyanya sambil lalu memutar lagu yang sama.
Agak terperangah juga, ketika menyimak yang kali ini, suaranya lebih mekar. Frekuensinya lebih lengkap. Dinamikanya lebih dapat. Panggungnya lebih besar. Detilnya lebih dapat. Dan Pak Jackson terlihat bernyanyi. Tidak lagi ‘bernyanyi’.
Hendra setuju, yang kedua ini lebih hidup rekamannya, sambil kemudian bertanya,
“Bapak tahu nggak tadi yang pertama berapa bit” tanyanya, sambil kemudian berkata “32” saat kami jawab tidak tahu. Nah, yang kedua ini?
“16” kata Hendra
Wah, masakan rekaman 32 bit kalah sama 16 bit.
Ternyata yang 32 bit ini adalah versi yang sudah diremaster, sedangkan yang 16 rekaman aslinya. Memang menggelitik juga dalam hati, mengapa dengan bit yang lebih kecil saja, panggungnya lebih besar, dengan vokal yang lebih presence. Bahkan Hendra berpendapat, lebih warm.
Jadi belum tentu rekaman dengan bit lebih tinggi, akan lebih bisa menghibur telinga ya.