kontak

whathifi.id –     Kejadiannya tanggal 7 Februari 2023 lalu. Waktu itu penulis (WhatHiFi Indonesia), Handy Wijaya, Yiyit (orangtuanya Reyna, mungkin masih ada yang ingat seorang artis muda yang tampil di IHEAC show 2018), Dan Ferry Effendi, menjelajah ke Alam Sutra.  Kita punya satu tujuan, pingin icip-icip speaker Kharma-nya pak Wando. Bukan apa apa, sejak pandemi, sudah lama rasanya  tidak pernah dengar speaker merk ini, khususnya karena sang ‘juragannya’ (yang mendatangkannya ke Indonesia) sedang absen mengundang.

Tetapi jauh-jauh dari Jakarta ke Tangerang ini, kami tidak tengah  berkeinginan untuk khusus mereview perangkat.  Karena mungkin saja sekarang sudah bukan jamannya lagi kalau datang ke rumah pehobi, hanya ingin menguji suaranya. Bukan apa apa, penulis bukanlah seorang audiophile. Hanya seorang music lover. Maka sekarang agak enggan menyebut nyebut kriteria panggung terlalu banyak seperti yang biasa diungkap seorang audiophile. Kalaupun menilai, berapa orang yang sungguh menikmati hasil tinjauan suara ini? Jadi mari mengobrol keasyikan main audionya saja, bukan bicara teknis penilaian suara.Kali ini mau  lain dengan tetangga sebelah yang kalau main ke ruang musik, gatal saja ingin sharing bagaimana kualitas tampilan sistemnya.

Antara pemandangan dan suara

“Kopi pak?Kopi hitam? Atau teh.?” Ini kalimat merdu dari yang punya ruang. Merdulah karena siapa tak pingin menghirup wangi kopi atau hangatnya teh setelah bermacet ria?

Sambil kami minum, Wando memutarkan album pertama, CD Fourplay. Nama albumnya lupa catat. Wah jadi ikutan terasa high end juga kopinya(eh atau hifi?)kami denger musik pakai ngopi. Jadi ingat, saat  dengar rekaman Jazz at panwhop, itu yang dengar pasti juga sambil ngopi atau nge-wine.

Ruang audio ini  ternyata merupakan salah satu dari ruang kantor tempat Wando bekerja. Menjadi salah satu ruangan dari bangunan tiga lantai. Di lantai bawah, ada toko bernama Pitaya (finer food store), dan kami perlu naik ke lantai tiga untuk masuk ke ruang audio ini.  Inilah ruang untuk Wando bekerja sambil ditemani musik, atau mengundang teman penyuka musik. Sebelum kami, ada pernah sampai 20 orang dikatakan Wando, datang menikmati musik disini. Pasalnya saat itu pas ada demo speakernya Kenneth Lin, yang dibuat dengan sangat serius dan kabarnya tampil menawan.

Ruangan ini juga kian membuat Wando santai, karena sebelumnya sudah ‘dihibur’ dengan jarak kantornya ini ke rumahnya.  Wando sempat bilang kira kira begini,”Apa itu kemewahan?”.Ternyata bukan bicara soal perangkat yang high end, tetapi bicara tentang merdeka dari macet. Ya, kini kantor ke rumah, Wando hanya perlu 10 menit. Sebelumnya, berangkat 1.5 jam, pulang 1.5 jam. Praktis 3 jam pulang pergi kantor. Dan ini terjadi puluhan tahun. Jadi sekarang kemewahan itu baginya adalah bisa pulang pergi rumah ke kantor tanpa macet. Dan hanya 10 menit.

Mari amati sejenak ruangan audionya Wando. Ini ruangan lahir bukan melalui perhitungan fisika. Bahkan katanya,  simpoa juga nggak dipakai. Yang diperhatikan Cuma kecepatan. Ya,kecepatan selesainya, haha. Soal bahan akustik, yang kami ketahui, dia banyak memakai bahan gypsum, dan seperti terlihat, banyak kaca kaca disini. Liar sekali suaranya katanya. Yah, boleh jadi karena hal itu, sekarang terlihat ruangan ini dipakaikan seperti diffuser di pojok ruang.

Dia dihadapkan kepada dua pilihan, mau mementingkan suara atau pemandangan? Dia pikir, ini kan kantor. Pemandangan jadi pemenangnya.  Utamanya, pandangan ke sekitar jangan terhalang, dan cahaya pun perlu banyak masuk. Jangan sampai terhalang.

Sistem

Bagaimana dengan sistemnya? Ya menarik juga kita ceritakan. Paduannya, ada speaker Kharma S7 Elegance, yang merupakan model terkecil di seri Elegance. Dia memakai sebuah pemutar CD Marantz. Dibelakang sistem ada alat bernama power management system yang ternyata buatan anak bangsa, karya Fabianto Sebastian, sebuah profil seniman audio yang disebut-sebut Wando sebagai salah satu orang audio terajin yang pernah dia temui.   Ada juga pemutar turntable Rega P3 yang didukung phono stage Perreaux. Power amplifiernya Stage Accompany. Sebuah power amplifier professional 4 channel stereo kelas D yang main di 700 Watt.  Handy yang kebetulan juga banyak mengerjakan proyek audio professional mengatakan, Kalau pro badannya kecil wattnya besar.  Kalau hi end badannya besar wattnya kecil.  Power berbodi berat ini dikatakan bisa juga digunakan di home theatre.

Sebelumnya, Wando memakai power amplifier  Mark Levinson(ML). Hanya saja sedang dibawa pulang karena sistem yang dirumah tabungnya ada yang gosong. Menurutnya, ML lebih dia sukai karena lebih bisa main bassnya lebih rendah.  Tetapi secara umum, tak terlalu banyak perbedaan.

Sempat Wando mengatakan, sistemnya ini bisa diibaratkan sebuah trio tim Oranye (Belanda), dimana dahulu ada Van Basten, Ruud Guilt dan Van Nielsteroy.  Disini tiga Belanda-nya, kabel merk Belanda, Stage Accompany, Belanda. Kharma juga Belanda. Haha.

Tentang turntable, Rega P3, yang dia beli dari toko Audio Centre seharga 18 jutaan Rupiah. Ya, dia mengaku memang hanya memilih yang kelas budget saja. Wando sempat mengatakan bahwa  tadinya dia  pakai jarum MC Lyra Scala,  tetapi dia nyalakan dengan diputar balik.  Stylusnya copot.  Yang sekarang jarum ini didapat saat dia beli P3, dan kini jadinya dia gunakan kembali. Rega yang didapat dari Audio Centre  ini dia beli dua, satunya buat anaknya.

Mendengar

Di awal dengar Fourplay dari CD saja. Mengapa Wando tidak main streaming? Ditanya ini, dia bilang, main CD dan PH saja kadang bingung mau putar yang mana. Kalau tambah streaming lagi, wah tambah pusing lagi, katanya bercanda.   Sejenak kami pun mendengar Kharma yang jago juga main gebuk atau halus. Terampil memainkan instrument dan menyajikan panggung yang lebar dan berisi. Diajak main yang sulit sulit rekamannya, termasuk cakep karena bisa kontrol

Inilah sekilas berbagi cerita kami saat bertandang ke rumah Wando di kawasan Alam Sutra. Memang tidak lama, nyaris hanya 1.5 jam saja, tetapi ingin balik lagi entah kapan main kembali kesini, terlebih bila power amplifier Mark Levinsonnya sudah kembali kesini. Melanjutkan obrolan lagi.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here