kontak

Obrolan cukup menarik boleh kami nikmati bersama Daniel Suroyo, seorang desainer amplifier nusantara bermerk Anda Audio. Bang Daniel kami temui, 28 Juni 2021 lalu di ruang demo yang bersebelahan dengan ruang dapurnya Anda Audio di bilangan jalan Pertengahan nomor 101, Cijantung, Jakarta Timur.

Kami sama sama setuju bahwa jika spesifikasi dalam dua perangkat, yakni speaker dan amplifier, haruslah diperhatikan betul oleh seorang pehobi audio sebelum dia menjodohkan keduanya sebagai bagian dari sistemnya.

Salah satu power amplifier stereo (solid state) dari Anda Audio

Menjodohkan keduanya tidak hanya sekedar melihat angka angka dalam tulisan ‘Recommended power amplifier’ yang tertulis di spesifikasi speaker, tetapi juga mengaitkan spesifikasi lain, seperti impedansi dan sensitivitas. Bahkan ruangan pun dikatakan Daniel, harus juga dilihat, khususnya dari segi SPL suara.  Karena yang dilihat bukan hanya apakah speaker akan ‘ngos-ngosan’ bila diberikan amplifier yang underpower

Sebagai pembuat amplifier, tentu saja Daniel sudah akrab dengan istilah istilah seperti impedansi, sensitivitas, Watt, dan lain lain. Menurutnya, sensitivitas speaker perlu diperhatikan  kesesuaiannya dengan daya dari amplifier.  Sensitivitas ini akan dikonversi oleh power dan ini dikatakannya terkait dengan jarak dengar serta SPL.

Disini power memang dituntut untuk bisa ‘mengangkat’ speaker sehingga speaker bisa bermain dengan lugas. Diminta galak, dia galak. Diminta ngayun, ya dia ngayun. Tentu saja dia harus disuplai dengan tenaga yang cukup. Jika tenaga yang dialirkan kepadanya  terlalu kecil akan  menyebabkan hal yang tak diharapkan. Bukan saja speaker jadi tidak ‘nyanyi’, bahkan bisa bisa terjadi klipping, speaker ini pun bisa digambarkan bak orang ketika awal kena virus Corona – mengalami demam tinggi. Ujung ujungnya speaker bisa mengalami distorsi tinggi.

Power amplifier Solina pesanan Wira Sanjaya (pehobi dan perakit speaker Semarang). Amplifiernya main di kelas A 40W @8 ohm dilengkapi dengan speaker protector.

Daniel mencontohkan, misalnya kita gunakan sebuah penguat  50 watt, ternyata suaranya kita nikmati tampil kurang jelas/detil. Ketika  kita kencangkan makin tak jelas.  Ini karena distorsi. Makin kita kencangkan, makin klippinglah dia. Coil speaker pun akan mengalami ‘demam tinggi’. Akhirnya, taakk!  Bisa putuslah dia.

Daniel berpendapat, kalaupun disuruh memilih, lebih mending mana – speaker yang mengalami overpower atau underpower(diberikan asupan power yang lebih rendah dari spesifikasinya)? Dia  memilih  overpower. Menurutnya, overpower biasanya dampaknnya suaranya sember. Kita tingggal turunkan saja volumenya. Tetapi kalau kurang power kita berasa kurang kencang, volume terus dinaikan, bisa bisa malah memutuskan coil karena panas akibat kliping.

Satu hal yang perlu diingat terkait impedansi ini, ketahuilah bahwa impedansi itu adalah salah satu yang menentukan besarnya daya yang dikeluarkan oleh sang amplifier. Karena  daya amplifier adalah kuadrat tegangan keluaran amplifier dibagi dengan impedansi beban (speaker). Jadi daya berbanding terbalik dengan impedansi. Kian kecil impedansi maka daya semakin besar. Semakin impedansi speaker kecil, akan semakin besarlah daya yang dikeluarkan ampli.

Solina Mengunakan trafo talema 2x500VA, kapasitor bank 16×33.000uF, menggunakan part yang cukup bagus semisal resitor, Dale, takman, shinkoh, AN, kapasitornya CDE, silic II, Wima, claritycap

Setiap power amp yang bisa mendrive speaker belum bisa dipastikan bahwa suaranya pasti akan enak. Sebuah power yang mampu dibebani hingga 2 ohm misalnya, biasanya akan lebih enak untuk mendrive speaker berimpedansi 8 ohm atu atau 4 ohm dibanding misal 2 ohm. Karena biasanya dengan beban lebih rendah,  amplifier akan mengalami distorsi lebih tinggi. Karena dipaksa mengeluarkan daya yang besar, suaranya tentu kurang enak. Namun dengan impedansi yang lebih rendah akan didapatkan daya yang lebih besar sehingga SPL juga lebih besar. Jadi walau tegangan sama, daya bisa saja beda karena impedansinya beda. Impedansi yang kecil, dayanya akan lebih besar. .  Menurut Daniel, speaker jaman dulu ada yang dibuat dengan impedansinya tinggi, misalnya di 16 Ohm, ini kadang suara terdengar lebih nyaman, karena distorsi ampli kecil.

Prototipe amplifier kelas A 7 watt @8 ohm, yang masih dalam tahap optimalisasi suara

Hal diatas tadilah yang menurut kami cukup menarik, bila kita memang memandangnya sebagai sebuah perhitungan yang menarik, khususnya bila kita ingin tahu lebih tentang hal mendasar dalam menselaraskan(matching) sistem. Untuk lebih tahu tentang bagaimana profil Daniel Suroyo dengan Anda Audio-nya, juga beberapa pendapat dan sarannya, kami telah membuat video obrolan yang nantinya bisa anda nikmati.

Daniel di ruang workshopnya saat kami mendengarkan power amp Solina, memainkan audio streaming dengan memakai speaker Sinar Baja

Di artikel ini kami sertakan beberapa karya Anda Audio, dimana Daniel bersama rekannya Anistardi, berkreasi dengan membuat penguat audio, dan pernah turun di beberapa kali pameran audio seperti IHEAC Audio Show dan pameran audio dimana RAI (Rumah Audio Indonesia) juga ikut. Bung Daniel sebagai salah satu admin dari komunitas Facebook Rumah Audio Indonesia (RAI) yang didirikan oleh Asawendo Swissrianto.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here