
whathifi.id – Sekarang sudah jamannya orang menonton film di rumah dengan proyektor, dan tidak lagi dengan TV. Mengapa, karena kita bisa dapatkan gambar sebesar kita inginkan melalui layarnya. 200 Inch? Oke saja, asalkan proyektornya mampu menampilkan gambar sebesar itu dengan resolusi tetap tinggi. Mau tidak mau, kini ambil saja proyektor yang 4K Ultra HD. Salah satu yang boleh anda lirik, adalah model dari negeri Paman Sam, Optoma CinemaX D2. Dia ini boleh dibilang versi lebih maju dari model Optoma sebelumnya, CinemaX P1. Sudah punya HDR, yang tentu jadi modal plusnya yang setingkat diatas kualitas SDR.
Proyektor ini masuk ke dapur redaksi di awal Maret 2023 dan sempat kami pakai memutar film keluaran tahun 2021- James Bond, No Time To Die dari sebuah pemutar Bluray 4K Oppo dan layar 120 inch Screen Research yang berada di galeri home theatre dan audio Tasindo Audio di mal Belleza, Permata Hijau Jakarta. Di level harganya, proyektor sejenis ini termasuk menarik untuk dimiliki dikaitkan dengan apa yang bisa ditampilkannya di atas layar. Didukung pula dengan kemudahan dalam penempatannya karena menerapkan konsep ultra short throw yang membuat kita dapat menempatkannya hanya beberapa sentimeter saja dari depan layar.

Dalam mengatur penempatannya dan disesuaikan layar untuk mendapatkan gambar yang diinginkan yakni gambar kotak (rectangular), bahkan di permukaan yang kurang rata, kami memakai tool koreksi geometric yang sudah built in.

Untuk membantu banyak operasi, termasuk dalam mengatur posisi gambar ke layar, D2 dilengkapi sebuah remote control kecil yang memainkan infra merah. Remote ini cukup handy tetapi desainnya menyiratkan sebuah remotenya perangkat ‘ekonomis’(kalau tidak ingin dikatakan murah). Untunglah, ini ditutupi dengan cukup mudahnya kami bernavigasi, mudah dalam melakukan setting kalibrasi dengan ISF Mode.
Bila berbicara soal ukuran bodi, dia tidak terlalu besar dan menyita tempat. Dalam hal tingkat keterangan(brightness), dia cukup punya tingkat keterangan tinggi dan disini kami lihat ada janji Optoma di manualnya – punya lampu yang akan bertahan lama. Dan jangan lupa, selain proyektor home theatre, ini adalah proyektor gaming yang bisa berpartner dengan PS5 atau Xbox dimana dia dapat menyajikan resolusi hingga 4K di 60 Hz. Untuk main game, cukup mumpunilah dia. Punya satu input lag 16 ms untuk gaming 4K atau untuk gaming 1080p.
Untuk konektornya, kami =melihat rinciannya adalah sebagai berikut.- audio output (tipe cinch)
– output audio S/PDIF
– satu port RS232C
– tiga port HDMI, salah satunya tipe eARC
– satu port Service USB, yang bisa menggerakkan sebuah dongle HDMI
Saat memutar film terakhir Daniel Craig di James Bond ini, kami hanya memakai keluaran suara dari proyektor, sekedar ingin tahu bagaimana kesan dengarnya. Ya, D2 punya speaker built in yang dapat dimanfaatkan bila memang anda belum punya sound system khusus yang terhubung dengannya. Speaker ini diletakkan terpisah dari mesin cahaya sehingga getaran darinya tidak mempengaruhi kualitas gambar. Kualitas suaranya memang tidak terlalu istimewa, khususnya bila digeber pada volume tinggi. Tetapi cukup menghibur dan bisa mendukung gambar. Disarankan untuk kalaupun belum punya sound system lengkap (speaker surround lengkap, minimal 5.1 channel), gunakan saja speaker aktif, atau yang lebih lumayan lagi gunakan soundbar, walau hanya sekedar berchannel 3.1 (satu soundbar, dua speaker belakang dan satu subwoofer). Jangan lupa, manfaatkan koneksi eARC saat yang ada di belakang tubuhnya saat menghubungkannya ke sebuah sound system eksternal, misalnya soundbar tadi.

Sayangnya proyektor ini tidak punya sistem operasi(maksudnya dia tak bisa bekerja independen) sehingga kita perlu mencolokkan sebuah sumber ke salah satu port HDMI ini. Kabarnya, konsumsi dayanya dari 190 hingga 240 Watt dan bila dimainkan pada mode “Eco”, konsumsinya disekitar 110 – 150 Watt.
Ini adalah proyektor 3000 Ansi lumen yang punya tingkat keterangan tinggi bahkan dalam mode Normal sekalipun. Satu yang kami anggap punya gigitan adalah, dia punya modal untuk membuat tampilan film menawan seperti ketika kita memainkan menu preset, salah satunya mode Film. Mode ini kami rasa paling pas untuk menonton film. Ada juga mode seperti Cinema, HDR-SIM dan Reference untuk konten konten bermuatan 4K maupun yang biasa (konten SDR). Masing masing mode ini tergantung tentu dengan pola pencahayaan ruangan. Misalnya, mode Game (Gaming Mode) yang menyajikan warna dinamis dan kesan gambar lebih hangat ketimbang mode Bright. Di mode Game ini, warna yang tersaji cerah.

Mode ini pas untuk gaming khususnya karena resolusinya tertinggi, dengan refresh rate yang dikatakan di 60 Hz dan latency di 16 ms. Jadi paslah untuk gamer yang mengejar speed dan lag, yakni dengan memilih resolusi di 1080p pada refresh yang sangat cepat, di 240 Hz dengan response time di 4 ms.
Sementara itu, mode Bright lebih pas untuk sumber cahaya ambiens yang susah dikontrol, dimana dia memungkinkan pencahayaan dari sudut tonton. Untuk kondisi lain, bisa menggunakan mode User yang bisa kita program sendiri. D2 punya setting warna lebih maju, memungkinkan pengguna melihat gambar yang memang presisi dan bisa untuk preferensi. Dia punya setelan warna yang membuat pemakai bisa melakukan penyesuaian image gambar terserah seleranya. Misalnya jika skin tone sedikit terlalu merah. Setting warna dan gamma bisa dilakukan untuk mendapatkan skin tone yang diinginkan. Untuk ambiens cahaya ruang, gunakan mode Bright, walau sedikit jadi menghilangkan keakuratan warna. Untuk menyesuaikan gambar, kita bisa memainkan kontras dn nada warna. Disini dia memakai sebuah lampu diode laser biru dan satu roda warna 6 segmen.
Dalam hal kekontrasan, kami amati cukup istimewa, dimana dia punya keunggulan sedikit diatas rata rata proyektor sekelasnya dalam menghasilkan level kehitaman yang dalam (deep black) walau detilnya bisa dikatakan istimewa. Di sebuah tampilan gambar gelap, masih bisa melhat detilnya. Menariknya, dia bekerja tanpa berisik. Saat kami dekati noise dari fan sangatlah rendah. Dalam hal ketenangan dalam bekerja, dia termasuk salah satu proyektor yang ‘anteng’, seperti tidak mengeluarkan suara.

Oh ya, jika memang anda membeli proyektor ini tetapi belum sempat membeli layarnya, coba saja untuk sementara gunakan tembok putih di rumah anda. Dan kalaupun dindingnya tidak putih/tidak putih sekali, gnakan saja fitur setting warna untuk dinding di CinemaX untuk memilih salah satu dari enam pilihan penintaan (tint) yang palign sesuai warna yang ada di dinding anda : Blackboard, Light Yellow, Light Blue, Gray, Light Green, dan Pink.
Inilah beberapa kesan yang kami dapati dengan menonton film No Time To Die pada layar Screen Research. Oh ya, sekedar info, Optoma CinemaX D2 ini didistribusikan oleh PT Datascip (www.datascrip.com) ini dibandrol di harga price list Rp. 55.500.000. produk ini diikat garansi 2 tahun service spare part, lampu 500 jam atau 3 bulan (salah satu yang mana tercapai lebih dahulu)