whathifi.id – Dalam kunjungannya, Juli 2022 ini ke Indonesia, TM Roh – President and Head of MX (Mobile eXperience) Business, Samsung Electronics mengungkapkan keyakinannya atas berlanjutnya popularitas smartphone layar lipat secara global. Selain membahas tren pasar ponsel, ia berbicara tentang bisnis seluler di Asia Tenggara dan peran teknologi dalam membentuk masa depan.
Menurutnya, smartphone layar lipat Samsung telah mendefinisikan ulang apa yang mungkin terjadi di industri, seperti yang dilakukan Galaxy Note Series, dan akan terus menetapkan standar baru dalam teknologi seluler.
“Kami akan terus mengembangkan keunggulan unik perangkat Galaxy foldable, seperti menonton di layar yang luas menggunakan perangkat yang ringkas dan tangguh, mengambil foto dan video dalam Flex mode, multitasking di split screen dengan S Pen, dan menikmati pengalaman pengguna yang unik dengan form factor layar lipat yang baru. Kami juga akan meningkatkan pengalaman foldable melalui kemitraan dengan para pemimpin industri, seperti Google, untuk mendukung lebih banyak aplikasi dan layanan untuk perangkat yang dapat dilipat.”kata TM Roh.
Teknologi 5G adalah pemeran kunci dalam pengalaman seluler yang terintegrasi dengan ekosistem Samsung Galaxy, yang berpusat pada smartphone Galaxy sebagai intinya. Ekosistem ini menawarkan pengalaman tanpa batas antara smartphone dan multi perangkat, seperti produk-produk dalam seri Galaxy Watch dan Buds, dan bahkan memberikan pengalaman bagai menggunakan PC dengan tablet Galaxy melalui Samsung Dex.
TM Roh juga menyoroti bagaimana Samsung telah bekerja sama dengan sekelompok anak muda inspirasional pembuat perubahan, yang berkomitmen untuk menggunakan teknologi untuk berinovasi bagi kemanusiaan dan menggerakan komunitas global, melalui Generation17. Kemitraan global dengan United Nations Development Programme (UNDP) bertujuan untuk memajukan 17 Global Goals.
Pada bulan Februari tahun ini, dua Generation17 Young Leaders dari Asia Tenggara dan Oceania diundang untuk bergabung ke inisiatif global ini untuk pertama kalinya: Tamara Dewi Gondo Soerijo dari Indonesia, seorang pendiri social enterprise yang bekerja untuk memberdayakan pengungsi perempuan dengan memberikan peluang dalam hal peningkatan keterampilan, dan Thuy Anh Ngo dari Vietnam, yang meluncurkan aplikasi seluler untuk memberikan edukasi pada lansia tentang kesehatan fisik dan mental.