www.whathifi.id – Datang ke bung Robert di sebuah perumahan di Kawasan Serpong, Tangerang, kami berjumpa dengan sesosok anak muda yang dengan berapi api menerangkan tentang sistemnya. Terlihat sekali dia tengah gandrung akan stereo, baik dengan memakai konsep streaming maupun langsung memainkannya melalui pemutar Linn Sondek LP 12 atau pemutar CD.
Untuk kesukaannya menonton film inilah dia kurbankan ruang garasi rumahnya untuk dijadikan ruang tonton. Robert juga heran sendiri bagaimana dia yang awalnya suka home theatre dan membeli sistem home theatre di toko Audio Centre, Glodok – malah akhirnya suka juga main stereo. Untuk film, dia beli satu set Marantz dan speaker Monitor Audio., kini jadi suka musik dengan membeli PMC 251 yang kecil, dimana kalau sudah dengar musik, lupa waktu. Dia beli NAP 300, lalu dCS Bartok, yang ternyata lalu jarang dia gunakan. Tak heran, ruang kecilnya ini pun dia jadikan ruang audio juga. Bila kita duduk mendengar musik, dibelakang kita itulah terdapat layarnya. Bila ingin nonton, tinggal geser kursi rajanya ke bagian tengah sambil dibalikkan ke layar, dan lalu menyalakan sebuah proyektor ultra short throw (jenis proyektor yang bisa ditempatkan sangat dekat dengan layar).
Dalam obrolan kami, Robert banyak menyebut tiga merk diantara merk merk yang kini menghiasi ruangannya. Ketiganya adalah, Naim Audio, Audionet, PMC dan Aurender. Ini adalah merk yang dipegang tiga importir berbeda. Naim oleh Elite Audio Video, PMC oleh Excellent Audio, Audionet oleh Ultimate Audio Video sedangkan Aurender oleh Tasindo Audio.
Dia sendiri punya dua sistem dalam ruang berukuran 3 x 5 meter ini. Sistem ini bisa kami sebutkan yakni,
Sistem 1:
Audionet Humbodlt integrated amp.
Audionet phono amp.
Linn sondek LP12 klimaks turntable.
PMC MB2se speaker .
Aurender N20 streamer.
Mola Mola Tambaqui DAC.
Kabel power cord Acrolink PC9900.
Interconnect and Speaker cable Chord Music (Seri Reference).
Sistem 2:
Naim Pre amp NAC 552/ PS 552.
Naim Power Amp Nap 300dr/PS 300.
Naim Supercap DR.
Naim Superline phono amp.
Naim CDS3.
Naim 555Ps.
Interconnect and kabel speaker naim superluminal
Obrolan tentang Audionet
Robert bicara juga tentang integrated amplifier Humbodlt dan phono amplifier PAMG 2 yang dikatakannya luar biasa. Audionet dikatakannya sweet dengan frekuensi rangenya menurutnya bisa mengalahkan Naim. Tetapi dia mengaku sedang suka-sukanya mendengar sistem full Naim dan dengan Audionet ini. Audionet speaker hilang dan holographic crystal sound ny sweet bngt Menurutnya, suara dari Audionet ini merupakan gabungan Naim dan Accuphase. Accuphase dimatanya karakternya sopan, halus dan detail – cocok untuk lagu Mandarin dan klasik. Untuk genre rock, electro, hip hop kurang greget. Audionet menarik di musik dinamik tetapi untuk musik tekno akan terasa suaranya holografik. Naim ini suaranya lebih ke dimensi yang besar. Karena ruang Robert kecil, maka batasannya tak terlhat.
Naim Audio
Satu hal yang sama dia sukai dari Naim seperti dari Audionet adalah, sanggup ‘menghilangkan’ speaker. Robert pakai rak khusus Naim untuk semua sistem full Naimnya. Tetapi dia sempat mengatakan bahwa Naim itu aneh. Dia tak bisa memakai kabel lain selain dari Naim Audio. Untuk power supplainya misalnya, dia pernah coba pakai Nordost Valhala dan Odiin 1. Ternyata bila suaranya malah ‘menjerit’.
“Bahkan kabel speaker naim saja harus minimal 3.5 meter. Ada hitungan resistansi tiap kabelnya kata naim”kata Robert. Maka Robertpun untuk Naim, memakai kabel Naim semua. Menurutnya, Naim jika salah berpartner, akan membuat suaranya bright. Tetapi bila partnernya benar, sanggup menghilangkan speaker. Menariknya, tiap komponen Naim harus pakai kabel Naim katanya. Di listrik pun, tidak boleh memakai conditioner. Hanya power distributor yang boleh.
PMC dan Aurender
Dahulu pertama kali, dia memakai speaker ATC SCM 50. Hanya saja, dia lebih suka PMC Pmc Mb2se ini karena suaranya lebih sweet. Dan sepanjang kami dengar musik di ruang ini memang hanya dengar PMC MB2e. Jadi tak perlu diobrolkan, dia punya penampilan memang terbilang piawai. Speaker yang pernah kami lihat di boothnya Excellent Audio kala IHEAC Show ini seperti sudah bersenyawa baik dengan sistem Naim dan Audionet.
Robert bermain streaming audio. Dan untuk itu dia gunakan sebuah streamer, yang dia pilih adalah Aurender N20. Dia senang memakai streamer ini karena suaranya yang cocok dengannya, walau ini hanya transport dan tak punya DAC. Suaranya dikatakan Robert, detil, jernih dan separasinya bagus.
Suara
Kami banyak memutar lagu yang umumnya dynamic dan sesekali mellow seperti di albumnya Dire Strait. Tak heranlah, Robert masih muda dan seleranya pemuda memang musik dinamis seperti juga dirinya yang punya jiwa dinamis, bahkan saat bercerita. Yang kami suka, sistemnya jadi seiman dengannya. Tampil galak, gesit di respon transiennya. Powernya terasa cukup menjadi bekal bagi si PMC bermain lugas, terbuka dengan gebukan yang punchy dan deep. Hanya saja di dua tiga lagu, terasa ada yang bercampur antara mid dan bass. Dan sistem pun masih terasa agak tegang. Belum lentur. Mungkin konus speakernya belum melewati masa break innya. Atau mungkin saja pengaruh akustik ruang, atau terkait juga dimensi ruangannya. Menurut Robert sendiri, kabel speakernya belum memasuki masa break in.
Tetapi yang kami suka, sistemnya ini sangat kontrol. Sibilans vokal pun tak terasa tajam. Dipakai ‘ngebut’ dan memainkan track yang rumit dan riuh, tidak terkesan berisik.
Sebentar nanti kami ingin berkunjung kembali dan mungkin saja ada perubahan sedikit banyak bila karena sering digunakan, PMC akan kian lemas konus drivernya.
Robert memang berencana membuat sebuah ruangan yang lebih besar lagi di lantai atas, hingga nantinya akan ada dua sistem dirumahnya. Terakhir saat penulisan ini, Robert sempat pengkabaran bahwa dia baru saja dipinjamkan sebuah rack Hifistay Mythology untuk dipakai untuk Audionetnya. Menurutnya, dengan memakai rak ini suaranya kian rapi dan bassnya bisa lebih turun lagi (foto terlampir).