Di WhatHiFi? Indonesia edisi X – Nopember dan Desember 2021 rubrik Temptation, ada review di hal 72-73, yakni review speaker besar Monitor Studio 4349 JBL. Di beberapa Alinea artikel ini berisi catatan kesan bahwa speaker besar itu rata rata sulit dalam placementnya, khususnya bila kita ingin mendapatkan kesan suara holografik.
Dikatakan, speaker besar lebih sulit untuk bisa dibuat lebih bisa bernafas dalam ruangan apalagi bila ruangannya terbatas. Salah posisi dikit saja, bassnya bisa (sangat) berkelebihan. Artikel ini menyarankan, bahwa bila kita punya speaker besar, maka perlu cermat dalam bermain dengan sudut toe in misalnya yang ke arah posisi dengar. Kita perlu cermat mengupayakan bagaimana agar suara bisa tampil tidak saja fokus, tetapi juga dapat depth-nya.
Kalau tidak bisa dapat holografik, jadi apa donk yang bisa kita nikmati dari speaker besar ini? Katanya WhatHiFi, speaker ini lebih untuk mereka yang mencari kesan suara impresif dan punya energi oktan tinggi tampilan yang live, yang ringan saat bermain pada dinamika yang ekposif, dengan bass sangat rendah. Dia juga dikatakan cakep di artiklulasi.
Asalkan ada kata kuncinya, yakni beri dia asupan yang baik. Rekaman yang baik dan sinyal yang kualitasnya baik.
Nah pertanyaan yang tetap tertinggal, mengapa dikatakan speaker ini bukan pilihan bila kita ingin mencari kesan stereo imaging holografik? Apa rata rata speaker yang tubuhnya seperti dia atau bahkan lebih besar, juga akan sulit mendapatkan kesan ini (Apalagi bila ruangan di belakang speaker ini terbatas)? Yuk kita obrolkan. Beberapa pendapat disini juga menyinggung tentang yang namanya sweet spot, seperti dari Handi, yang lebih suka membahas sisi sweet spot.
Anda punya pendapat tentang suara holografik dan sweet spot ? Silahkan ungkapkan di kolom komentar. Terimakasih
Sebelumnya, mari kita simak bagaimana Paul Mc Gowan dari PS Audio memberi pencerahan sedikit tentang suara holographik:
KOMENTAR :
(tulisan aslinya – Redaksi tak mengubah teks tulisan asli di Whatsapp, walau terdapat banyak teks penyingkatan kata):
Ferri : Yang membuat sulit dpt image holografik apakah karena design boxnya yg besar atau ukuran drivernya?
Tjandra Ghozalli : Holographic imej cuma diperlukan bagi mereka yg betah duduk di sweet spot. Bagi yg simak musik sambil makan atau berkegiatan lain, barangkali tonal balance lbh diutamakan.
Menjawab pertanyaan Ferri : Karena muka rest baffle lebar akan mendifraksi suara yg berasal dari driver. Semakin sempit makin baik
(Menanggapi Arswendo- lihat komentar dibawah) : Benar. Mungkin maksud mas Wendo adalah rest baffle. Seperti speaker Tekton Signature Series walaupun baffle lebar namun rest baffle sempit alhasil speaker sebesar ini direview sebagai speaker berimej Holographic. Imej Holographic dinyatakan sebagai objek suara yg nyata seakan ada sosok penyanyi atau pemain instrumen 3D sedang speakernya seakan tak berbunyi. Semakin sempit rest baffle semakin memudahkan terbentuknya imej Holographic. Rest baffle adalah sisa baffle setelah dikurangi luas permukaan driver
Arswendo Swissrianto : Placement, ukuran dan bentuk geometri loudspeaker, lebar baffle, pola dispersi suara loudspeaker (on dan off axis), phase and timing, semuanya berpengaruh terhadap bentukan soundstage dan image. Semakin presisi semakin tercipta kesan holographic dan kebalikannya.Holographic di tempat saya memang dikondisikan untuk sweetspot yang lebih luas dan lebar sesuai dengan proporsi akustik ruangan keci
(menanggapi Tjandra ) : Sound Engineer dan Conductor Music sama mereka yang nonton konser di baris tengah front row biasanya sangat menikmati hal ini. ngga ada kan Sound Engineer, Music Conductor dan penonton front row yang sambil lalu apalagi sambil makan
Baffle speaker itu dan konfigurasi penempatan drivernya kalau ngga bener bisa menimbulkan diffraksi suara yang mengganggu soundstage dan image yang sonic holographic, meskipun sudah diplacement secara tepat. Apalagi kalau placementnya tidak tepat maka bisa hancur soundstage dan imagenya. Boro2 dapet sonic holographic
Handi Wijaya (lebih berbicara kepada sweet spot – bukan holografik) : sore semuanya, ikut sharing…. klu kami desain auditorium, khususnya yg dituntut bs perform spt concert hall tanpa sound system, biasanya kami rencanakan sweetspot berada ditengah 2 row dep dan blkg… klu sweetspot direncanakan baris paling dep dikuatirkan paling blkg bedanya banyak dgn yg sweetspot…. tp kadang stlh jd bs meleset bbrp row…. dan mnrt sy yg namanya sweetspot itu ga saklek sama utk setiap org….bs aja mnrt si A posisi sweetspot di row ke 8 dr dep, mnrt si B row ke 6 dr dep, si C row ke 9 dr dep….. tp mustinya krg lbh disana. dan mnrt sy yg disebut sweetspot bukan berarti smua parameternya lbh bagus dr titik 2 yg lain… tp scr keseluruhan di titi sweetspot IIPKnya yg paling tinggi
Russel : Yg membuat image holografik bukan box yg besar, bukan ukuran driver (terlepas kwalitas speaker dan seluruh peralatan audionya), yg membuat holografik image adalah placement speaker dan tempat duduk (posisi dimana kita mendengarkan)….
Jadi placement speaker (istilah para audiophile) adalah pengaturan posisi speaker agar suara yg keluar dari tiap driver (woofer utk low, midrange utk mid dan tweeter utk high) sampai ke kuping kita fase dan lamdanya (gelombang) sama atau sedekat mungkin , baik suara yg direct maupun dari pantulan dinding, lantai dan ceiling, inilah yg kita lakukan dlm placement, mangkanya ganti speaker ya placementnya dicari lagi
Sweet spot di ruang audiophile berbeda pengertiannya dgn ruang konser atau audiotorium atau ruang rekaman… Di Ruang audio kita mencari holgrafik image yg biasa disebut staging dan lain lain.
Utk Ruang konser atau audiotorium itu yg dibilang sweet spot, kita mendengarkan suara yg paling enak dan balance, masalah holografik seperti kita mendengar audio system tidak ada krn yg memberikan kesan itu dari penglihatan kita, beda dgn kita mendengar audio system dimana suara yg didengar yg membuat otak kita mengimaginasikan. Utk rekaman yg dicari adalah posisi dimana sang sound engenering recording bisa mendapatkan suara sebalance dan sedetil mungkin baik suara maupun dimensinya…
Hardi Nanda : Beberapa tahun yg lalu, pak handy dan saya sharing di seminar, sharing tentang beberapa fundamental akustik dan dibagikan juga sebuah cd dan panduan penggunaannya untuk mengecek secara praktis tanpa alat ukur, apakah sound system yang kita miliki sudah koheren atau belum. Ini bisa membantu untuk memastikan apakah sistem kita sudah bisa mendekati sistem stereo yang bisa menghasilkan holografik. Apakah masih ada yg menyimpan?
Isi cd nya adalah pink noise yang sudah dikalibrasi. Digenerate berdasarkan rumus. Lalu ada tambahan 31 track yg isinya fundamenral tone dari 31 band eq tanpa derau yang sudah dikalibrasi. Saat sharing, sudah didemokan, lalu cd dan panduannya sudah dibagikan untuk semua peserta yang hadir
Anda (?) : ….