Obrolan melalui Whatsapp :
Suatu kali kami mendengarkan speaker BS72. Satu hal menariknya, walau desainnya imut dan ukurannya kecil, speaker ini sanggup bersuara besar untuk seukuran dan kelasnya (di kelas harga 5 jutaan Rupiah). Pertanyaan menarik pertamanya, apa yang membuat sebuah speaker kecil bisa bersuara besar? Apakah desain boks, pemilihan driver yang sanggup bermain kencang dan keras? Asumsi umumnya tentu, kian kecil speaker kian kecil suaranya.
Pertanyaan keduanya, apakah speaker yang lebih besar itu akan selalu lebih baik suaranya, termasuk di mid vokalnya ketimbang yang berukuran lebih kecil? Adakah kelebihan suara sebuah speaker bookshelf dibandingkan floorstanding?
Bila bookshelf lebih irit tempat dan biaya (BS 72 ini contohnya, di Tokped seharga hanya 5.8 juta Rupiah), floorstanding tentu lebih lengkap frekuensinya, lebih bertenaga, lebih keras, lebih dapat mengisi ruang dengan suara dan lebih tidak memerlukan partner subwoofer. Ini memang sudah secara fisik kita perlu akui ya.
Tetapi, adakah kecantikan Bookshelf dibandingkan floorstanding di suaranya?
(sebuah renungan pagi ini)
Komentar :
Ferry Effendi : Iya benar, suaranya spt spkr besar, midnya tebel, walaupun mgkn freq rendahnya terbatas tapi ga terasa cempreng. Kalau ga dibilangin speaker bookself jg ga tau yg bunyi speaker yg dibelakangnya atau yg kecil.
Russel : Penyebab suara speaker bisa gede atau besar bukan semata mata hanya dilihat dari ukuran speakernya sendiri. Yes memang tidak bisa dipungkiri kwalitas speakernya juga mempengaruhi hasil akhirnya. Salah satu penyebab speaker bisa mengeluarkan suara gede atau besar atau sebaliknya tergantung dari bentuk, ukuran dan akustik di ruangan tersebut. Selain itu juga power handling dari speaker tersebut dan besarnya power amp atau amp yang mendrive speaker tersebut, plus placement speakernya. Tapi ada satu hal yang perlu kita ingat kalau disini kita bicara konotasinya suaranya gede atau besar, kita tidak bicara masalah kwalitas suara dan keutuhan suara terutama frekuensi yang dapat dihandling terutama low frekuensi kebawah, dimana secara hukum bakunya speaker besar dengan box besar lebih bisa memproduksi low frekuensi tersebut. Ini juga yang menyebabkan banyak orang bisa merasakan kalau speaker besar (floor standing) suaranya lebih warm terutama di nada mid dan lebih power full. Penyebabnya karena speaker besar pada umumnya frekuensi respond terutama di low frekuensi nya lebih rendah. Dan banyak orang berpikir kalau nada low ini hanya konotasinya suara bass saja dan itu adalah satu pemikiran yg kurang tepat karena pada kenyataannya apapun suara yang dihasilkan bahkan nada tinggi, faktor low frekuensi sangat mempengaruhi keseluruhan suara yang kita dengar dan ini yg orang sering bilang speaker besar suaranya lebih warm, lebih ngak nyerang high nya dll. Sekedar catatan frekuensi yang dihasilkan oleh setiap alat musik bukan hanya baku di satu angka frekuensi saja, misalnya cymbal yang berbunyi di frekuensi 5 KHz, pada saat pertama di pukul yes… cymbal nya akan berbunyi di frekuensi 5 KHz tersebut tapi akan terjadi rensonasi dimana rensonasi tersebut akan bergerak frekuensinya baik ke atas melebihin 5 KHz (bisa lebih dari 15 KHz) maupun turun dibawah 5 KHz (bahkan bisa mencapai sampai 100 Hz), nah karena pergerakan rensonasi yg kebawah ini yg membuat kita merasakan suaranya lebih warm atau bisa jadi nyerang high nya. Nah ini juga yang mempengaruhi kenapa akustik ruangan sangat penting dalam satu audio system karena ruangan dengan akustik baik, dia akan membuat sang speaker bisa mereproduksi suaranya se komplit komplitnya tanpa terredam atau terpantul dengan liar terlepas dari kwalitas peralatan tersebut, dan ini juga yang sering membuat orang orang menilai kalau suara digital suka dicap lebih metalik ataupun kurang warm seperti LP dimana peyebab utamanya karena pada dasarnya digital lebih bisa menyimpan semua data dari alat musik yang direkam dengan lebih lengkap (salah satunya ya kerapatan rensonansi yang bisa direkam) . Dimana hal ini yang menjadi senjata makan tuan, karena data rekaman didigital bisa lebih lengkap dan peralatan kita yang sulit utk mereproduksi ulang secara utuh dan benar hasil dari rekaman tersebut dan mengakibatkan kliping atau distorsi dimana hal ini yang membuat kita sering men cap atau menganggap kalau digital lebih metalik atau tidak warm dibanding dengan LP dimana kasus LP adalah kebalikannya dari digital, karena keterbatasan mekanik (system LP) dalam menyimpan data, maka sang master engenering recording akan mengekualisasi suara rekaman LP (jadi diberi efek ekualisasi agar suara rekamannya jadi lebih enak didengar di kuping kita). Selain itu karena keterbatasan data yang bisa direkam dan diproduksi oleh LP, maka peralatan audio kita akan lebih mudah atau lebih gampang memproduksi suara hasil rekamannya tersebut tanpa kliping atau cacat atau distorsi. Dan inilah yang sering terjadi di kita, dimana kita akan meng klaim begitu kita ganti source yg tadinya CD ke LP, kita selalu bilang suaranya jadi lebih enak dan lebih nyaman didengarnya, penyebabnya ya itu, karena peralatan yang dipakai bisa bekerja lebih gampang atau nyaman. Ini lah yang saya suka bilang senjata makan tuan di digital karena utk memproduksi suara yang baik harus didukung juga dengan seluruh peralatan yang bisa memproduksi dengan sempurna suara di rekaman digital tersebut. Balik kemasalah speaker kecil yang dianggap kurang warm atau lebih nyerang dibanding speaker besar (terlepas dari kwalitas speaker tersebut) adalah dengan memakai Subwoofer. Walaupun subwoofer bukan hanya dipakai di speaker kecil saja, di speaker besar pun diperlukan kalau kita mengharapkan suara reproduksi speaker kita bisa lebih lengkap dan komplit. Semoga informasi yg saya share bisa memberi sedikit masukan dan maaf saya sempat melantur (membahas) sedikit ke permasalahan source dan akustik ruangan karena pada dasarnya masalah di audio itu memang saling berhubungan dan tidak bisa kita nilai secara satu satu, semuanya saling berhubungan dan berkaitan
Asawendo : Hal yg Bapak kemukakan tsb banyak yg pada praktiknya dilakukan tanpa pemahaman yang utuh. Sehingga timbulah salah kaprah misal ruang besar diisi bookshelf loudspeaker dan kebalikannya. Kemudian pemakaian subwoofer diharamkan karena kesulitan setting dll. Saya ijin menambahkan tentang soundstage dan imaging selain itu sudah diinput oleh sound engineer maka syarat lainnya adalah sbb: Dia akan terbentuk ketika loudspeaker kanan dan kiri
- Phasenya coherence
- Timingnya synchronize
- Levelnya sama
- Frequency responnya sama ketika diberikan sinyal yang sama
- Cutting crossovernya benar
- Sebaran atau polar responsenya sama
- Distorsinya rendah baik secara akustik maupun elektronik
- Placementnya sesuai (seperti disampaikan Pak Russel)
- Sound Boundary Interference Response (SBIR) dari loudspeakernya terkendali dan tidak terjadi difraksi, refleksi dan absorbsi ruangan yang tidak terkendali.
- Amplifiernya linear dan tidak ada anomali.