Belakangan ini Yamaha aktif merilis beberapa model AV receivernya. Di edisi yang sama, yakni edisi X di bulan Nopember dan Desember ini saja, ada tiga model Yamaha yang tampil. Yang dikabarkan akan masuk ke Indonesia adalah RX-A8A. Mari lihat salah satu yang muncul di edisi ini, yakni RX A2A.
Yamaha RX-A2A sebenarnya bukanlah barang yang sangat baru. Model pertama(original)nya sudah muncul tiga tahun lalu, di awal awal munculnya pandemi. Dan selama tiga tahun ini, tentunya sudah banyak perubahan, khususnya ketika kami telah melihat kedatangan TV 8K dan console generasi berikutnya, yang keduanya mampu menangani format video baru yang lebih canggih. Sebagai AV receiver yang umumnya berada di jantung sistem bioskop rumah, dia idealnya menghubungkan setiap komponen ke layar. Menariknya, dia dapat menangani setiap format yang dilemparkan padanya – atau yang mungkin dilemparkan ke dalamnya dalam beberapa tahun ke depan.
RX-A2A adalah bagian dari jajaran Aventage premium Yamaha, dimana kata ‘Aventage’ merupakan kependekan dari ‘AV entertainment for a new age’. Melihat kata ini, bisa jadi bahwa di Pundak model inilah Yamaha meletakkan harapan besar untuk dia menghadirkan format yang mewah. Dan RX-A2A adalah model Aventage yang paling terjangkau.
Yamaha cukup kreatif dengan menghadirkan fitur HDMI 2.1 melalui soket bandwidth yang lebih rendah. Beberapa diantaranya menggunakan teknologi yang disebut Display Stream Compression, atau disingkat DSC. Setidaknya, RX-A2A akan menangani fitur ini setelah sejumlah pembaruan diterapkan. Jadilah kemudian, Aventage AVR ini perlu bekerja ekstra keras untuk membuat kita terkesan dengan kualitas suaranya.
Dressed to impress
Sebelum kami dengarkan, RX-A2A telah membuat kami terkesan akan penampilannya. Dia punya estetik menawan. Display lebar dengan cahaya kecil saja dan logonya telah digantikan dengan sebuah panel depan reflektif yang solid yang mendukung kontrol volume besar di bagian tengah dengan sebuah dial pilihan input serta display LCD dengan teks besar.
Yang juga dilepas adalah penutup untuk menyembunyikan input dan kontrol. Beberapa soket panel depan yang tersisa adalah seperti jack headphone 6,3mm, port USB-A dengan pengisian daya 5V, dan jack mini untuk mencolokkan mikrofon yang bermanfaat untuk mengkalibrasi otomatis ruangan memakai YPAO(Yamaha’s Parametric room Acoustic Optimizer). Bahannya tidak terasa terlalu premium, tetapi desainnya ramping, dengan hanya permukaan atas berventilasi yang menunjukkan asal plastiknya.
Remote controllnya juga telah mengalami perubahan dan keduanya ditata dengan rapi dan ekstensif dalam penyertaan fungsi yang tersedia dengan mudah. Menavigasi menu dan setting tidak harus mengakses menu layar penuh dari perangkat yang terhubung, dan banyak (tetapi tidak semua). Pengaturan sistem dapat diakses menggunakan aplikasi MusicCast Yamaha. Langkah ini juga memungkinkan kita melakukan streaming format musik beresolusi tinggi dan lossless termasuk Apple Lossless (ALAC) hingga 96kHz, WAV, FLAC atau AIFF hingga 192kHz serta pemutaran dari Spotify, Tidal, Qobuz, dan Deezer.
Untuk opsi pemutaran lainnya, ada juga AirPlay 2 dan Bluetooth (SBC/AAC) serta kompatibilitas Google Assistant dan Alexa untuk kontrol suara. Jika Anda lebih suka membiarkan orang lain memilih musik, ada juga tuner DAB+ dan FM/AM.Ada juga tiga input audio analog line level, satu input optik dan satu input koaksial.
Bahasan lengkap, ada di Edisi X, WhatHiFi Indonesia