Vincent Audio baru saja memperkenalkan model DAC-1 (seharga 17.3 jutaan rupiah yang juga sudah masuk ke Indonesia yakni di galeri Tasindo Audio) dan DAC 1 MK Vincent Audio. DAC ini mengkonversi file musik digital dengan sampling rate maksimal di 32 bit / 384 kHz (DSD). Otaknya adalah dekoder ES9038, yang memproses sinya fully balanced ke bagian analog.
Inilah media baru dari Vincent Audio. Disini ada chip PCM1796 dari Burr-Brown yang mengubah sinyal digital yang dapat dimasukkan melalui USB, coax atau optik, sesuai keinginan pemakai. Seperti halnya pemutar CD, sinyal kemudian diproses sepenuhnya secara simetris dan dikeluarkan melalui soket RCA atau XLR. Berikan file audio yang Anda simpan dengan kualitas HiFi.
Mengerti DAC
Apakah anda sudah memahami tentang DAC itu sendiri? Anda perlu tahu lebih jauh lagi tentang DAC ini tentu. Mengapa?
Tahukah anda, hampir semua orang kini menggunakan setidaknya satu konverter digital-ke-analog (lebih mudah dikenal sebagai DAC) setiap hari?
DAC ini ada di komputer, tablet, pemutar CD, smartphone dan lain lain. DAC adalah kunci fundamental untuk membuka kenyamanan musik digital. Di aini mengubah informasi digital yang tak terhitung jumlahnya menjadi sinyal analog yang kemudian dapat dipahami oleh telinga kita kita ini yang kini suka mendengar suara dari speaker dan headphone.
Perangkat apa pun yang berfungsi sebagai sumber suara digital – baik itu pemutar CD atau Blu-ray, kotak TV digital, konsol game, atau pemutar musik portabel – akan memerlukan DAC untuk mengubah audionya menjadi sinyal analog sebelum dikeluarkan.
Bila kita lihat amplifier amplifier model dulu yang masih bermain di analog, amplifier ini tidaklah menangani informasi digital, sehingga speaker tentu saja tidak perlu menampilkan informasi digital dan telinga kita pun jadinya tidak akan menafsirkan informasi digital. Semuanya hanya membutuhkan bentuk gelombang analog. Datanglah kemudian DAC. Disini tanpa DAC, koleksi musik digital Anda hanyalah sekumpulan data dalam rupa “0” dan 1” yang cukup besar (hal ini tentu menarik jika kita bahas di kemudian hari) yang masuk akal hanya dalam domain digital. Jadi, DAC inilah yang cukup memainkan peran besar dalam membuat musik digital jadi berharga.
Adakah DAC memiliki sejumlah masalah hingga kini? Ada beberapa. Salah satunya adalah kini beberapa sirkuit DAC yang digunakan di banyak perangkat masih belum cukup efisien dalam ‘memperlakukan’ sebuah rekaman asli, sehingga kita perlu menguprade DAC sebagai salah satu cara sederhana untuk menaikkan kualitas musik digital
Sekedar berkilas balik, bila kita mendengar suara sehari-hari – misanya ramainya lalu lintas, instrument musik, teriakan bayi dan lain lain – suara itu ditransmisikan dalam bentuk gelombang suara, yang merambat melalui udara ke telinga kita dalam sinyal analog yang terus berubah.
Rekaman analog ini lalu bisa saja anda simpan dalam sebuah media misalnya vinyl, pita kaset magnetic dan lain lain. Akan tetapi media ini punya kerapuhan dan menampilkan juga kebisingan yang tidak diinginkan. Ini membuka jalan untuk lahirnya media baru, yakni CD, yang memulai revolusi audio digital dalam prosesnya.
Audio digital mengambil pendekatan yang sangat berbeda dengan analog. File musik digital biasanya ditemukan dalam bentuk Pulse Code Modulation (PCM), dan dibuat dengan mengukur amplitudo sinyal musik analog secara berkala.
Nilai amplitudo disini direpresentasikan sebagai bilangan binary/biner (terdiri dari 1 dan 0) dan panjang dari bilangan ini sering disebut sebagai kedalaman bit(bit depth). Waktu interval pengukuran disebut laju sampling (biasa disebut :sampling rate)
Saat merekam CD standar, katakanlah, sampel diambil 44.100 kali per detik. Masing-masing sampel ini diukur dengan akurasi 16 bit, menyimpan hasilnya dalam format biner 16 digit.
Data audio digital dapat disimpan dalam berbagai kecepatan sampel(sample rate), kedalaman bit juga format encoding dan kompresi – tetapi tidak peduli bagaimana melakukannya, tugas DAC adalah memahami semuanya, menerjemahkannya seakurat mungkin dari format binernya. untuk mengembalikannya sedekat mungkin dengan rekaman analog asli.
Inilah gunanya DAC.
DAC Terpisah?
Bagaimana jika kemudian DAC ini muncul dalam satu boks/sasis terpisah seperti pada DAC 1 Vincent Audio ini?
Meskipun benar bahwa hampir setiap bagian dari perangkat digital audio itu memiliki DAC, sama benarnya bahwa tidak semua DAC dibuat sama. Sebagai permulaan, mereka mungkin tidak mendukung semua kecepatan data file.
Konverter yang buruk dapat menimbulkan kebisingan yang tidak diinginkan selama pemutaran karena sirkuitnya dirancang dengan buruk. Belum lagi dia punya potensi menambahkan distorsi ekstra karena jitter (Jitter disini didefinisikan sebagai kesalahan pengaturan waktu digital. Pengaturan waktu yang tepat dari aliran musik digital sangat penting untuk kinerja tinggi, dan jika itu tidak dilakukan dengan benar – biasanya karena sirkuit digital-clocknya dirancang dengan buruk – dimana dapat mempengaruhi penampilan sistem).
Masalah jitter dapat muncul setiap kali sinyal digital harus melewati PCB (papan sirkuit) – dan ini sangat merepotkan ketika sinyal ditransfer antar perangkat. Dalam beberapa tahun terakhir kami telah melihat munculnya DAC asynchronous yang mengambil alih tugas pengaturan waktu dari komputer mana pun yang mungkin terhubung hanya karena alasan ini.
Digital clock yang ditemukan di DAC kelas hi-fi khususnya, cenderung lebih akurat daripada yang digunakan di banyak PC, jadi biasanya, proses konversinya akan dilakukan lebih akurat.
Tentu saja, untuk mendapatkan hasil maksimal dari DAC, Anda harus memulai dengan materi sumber yang bagus – jangan mengharapkan keajaiban jika semua yang Anda berikan pada konverter adalah file MP3 128kbps. Faktanya, decoding yang lebih baik dari sinyal terkompresi semacam itu dapat membuat kekurangan sonik menjadi lebih jelas.
Anda akan mendengar hasil optimal dengan konten berkualitas CD ke atas, yang paling baik disimpan dalam format PCM lossless FLAC, WAV atau ALAC (Mac), atau alternatif DSD jika Anda mau.
(sumber : WhatHiFi? UK)