Membuat sebuah ruang home theater beserta isinya tentu mengasyikan sekaligus merupakan tantangan tersendiri. Jadi sebuah tantangan, karena kita dihadapkan kepada beberapa masalah yang akan muncul menyangkut ruangan dan perangkat agar suaranya dan gambar di layar sesuai keinginan mata dan telinga kita. Begitupun dengan interior ruangan, membuat kita senang memandangnya.
Demi untuk membuat home theater yang sesuai dengan keinginan kita ini, ada baiknya kita perlu perhatikan tiga hal (dari beberapa hal) yang muncul saat membangun home theater. Mengapa? karena tiga hal ini kadang salah dalam penerapannya, sehingga membuat kita perlu mengulang atau meneruskan pekerjaan tetapi merasa ada kekurangan di satu dua sisi. Kami menyebut kesalahan ini dengan istilah ‘jebakan’ disini. Apa sajakah jebakan itu?
- Salah memilih ukuran layar
Satu pertanyaan yang sering terlontar, seberapa besar sebaiknya layar yang saya pilih? Pertanyaan ini memang patut kita munculkan karena ukuran layar bisa menentukan seberapa dalam kita bisa terlibat di dalam film yang kita tonton. Bisa menentukan juga kenyamanan mata dalam menonton.
Apa saja jebakan umumnya? Yang sering terjadi adalah, layar yang kita pilih ternyata kita sadari terlalu kecil untuk ruangan yang kita punya. Juga terlalu kecil bila kita melihatnya dari sisi posisi duduk. Tetapi tak jarang pula, kita memilih layar yang terlalu besar, padahal posisi kita duduk kita tak terlalu besar ke layar. Hasilnya, gambar jadi terlihat terlalu besar.
Jika layar yang anda pilih terlalu kecil, tentu saja efek tonton jadi kurang. Gambar jadi kurang bisa menarik emosi tonton kita. Untuk itu, layar harus cukup besar untuk bisa menarik kita ke dalam film – tetapi jangan terlalu besar karena bisa membuat kita malah jadi pusing atau mual dan mata kita pun bisa lekas lelah. Persis seperti bila kita duduk di baris pertama atau kedua di gedung cinema.
Beberapa konsultan yang bermain di home theatre, sebut saja seperti Audio Advice, punya sebuah tool desain home theatre aneka tampilan, yang membuat kliennya mudah dalam memvisualisasikan kesan dari menonton pada ukuran layar yang berbeda di ruangan, juga menghitung berapa besar ukuran layar yang ideal untuk ruangan dan set up yang diterapkan.
Disini kita sebagai kliennya dengan software ini – akan diajak masuk ke ruangan kita, lalu memilih ukuran ruangan dan memilih posisi duduk, layar dan pilihan speaker. Selagi kita menyetel ukuran layar, kita bisa melihat seberapa kesan tingkat perubahan ‘immersion level’, mulai dari yang sangat rendah yang pas untuk ukuran layar kecil hingga ke yang tingkat sangat tinggi, yang akan lebih pas bila memakai layar yang besar dengan kesan besar (immersion) rendah hingga medium dengan layar yang pas untuk besaran diantara keduanya.
- Salah pilih Warna
Ini memang jarang terjadi dan banyak pemilik home theatre enggan memikirkannya. Padahal pemilihan warna untuk dinding itu juga perlu. Seperti kita lihat, dinding bioskop itu umumnya dibuat gelap. Alasannya untuk menyerap cahaya dari layar dan tetap membuat mata kita fokus dalam melihat objek dari film. Jika kita salah pilih warna dan finishing, maka cahaya dari TV atau projector akan memantul kembali ke dalam ruangan dan bisa mempengaruhi ketajaman gambar. Inilah yang tak jarang membuat set up projector jadi sedikit lebih sulit lagi.
Seorang konsultan ruang home theatre pernah menyarankan seperti ini, “Saat Anda masuk ke ruangan yang memiliki proyektor bagus dan layar bagus dengan dinding berwarna putih atau terang yang memantulkan cahaya di sekelilingnya, warna seperti ini bukan pilihan yang bagus. Jauh lebih baik warnanya yang gelap saja”
Salah satu pilihan yang dia kemukakan adalah warna warna yang dikatakan warna Grizzle Gray dari Sherwin Williams (klik : Grizzle Gray SW 7068 – Neutral Paint Color – Sherwin-Williams (sherwin-williams.com) dengan finishing flat atau matte, kebalikan dari finishing glossy atau semi-glossy yang cenderung akan memantulkan cahaya. Warnanya cukup gelap untuk mencegah cahaya memantul kembali ke layar (tapi mudah-mudahan tidak terlalu gelap sehingga malah berisiko mengasingkan Anda dengan teman tonton anda) dan netral sehingga tidak akan memengaruhi gambar di layar.
Disini anda disarankan, sebaiknya menghindari warna warna primer seperti merah karena warna tersebut dapat “mencondongkan” gambar, sehingga memberikan warna kemerahan pada karakter di layar. Pastikan juga lemari dan lapisan penutup di sekitar layar tidak memantulkan cahaya.
- Menghabiskan Anggaran di Video, tetapi menomorduakan audio
Kesan pertama ketika kita masuk ke sebuah ruangan home theatre memang adalah tampilan layar yang besar atau TV dengan inci yang besar. Apalagi terlihat projector yang hebat. Kita yakin, ini tentu menghabiskan anggaran yang tidak sedikit. Sayangnya, beberapa pemilik home theatre kadang menghabiskan budgetnya secara kurang proporsional antara perangkat untuk audio dan video. Padahal audio tak kalah penting dalam membenamkan diri anda ke dalam film.
Untungnya, mudah untuk menghindari jebakan ini dengan sedikit perencanaan. Perencanaan ada, tetapi banyak yang terperangkap dalam mimpi untuk memiliki layar lebar itu sehingga mereka tidak pernah berhenti memikirkan peran penting yang dimainkan suara dalam menciptakan pengalaman teater yang menarik. Menonton film laris seperti Greatest Showman, Godzilla, Transformer yang punya suara hebat, tentu tak akan terlalu berefek jika kita menontonnya hanya dari sebuah soundbar.
Saat Anda pergi ke teater dan itu membenamkan Anda dalam emosi tersendiri di film, berarti apa yang dicita citakan sang sutradara berhasil. Dia berhasil menemukan keseimbangan antara video yang bagus dan suara yang bagus.
Dengan semua teknologi audio luar biasa yang tersedia saat ini – tentu kita kini juga harus mengerti lebih jauh tentang bagaimana Dolby Atmos, DTS: X, Auro-3D, atau IMAX Enhanced – mengesankan kita di sisi audio. Maka ada beberapa saran belanja yang bisa anda temui tentu di ‘mbah’ Google jika kita mencari tahu bagaimana berbelanja sehat home theatre.
Ada yang menyarankan, misalnya bila kita punya anggaran $ 10.000 atau kurang: Jangan menghabiskan lebih dari 30% dari anggaran itu untuk TV atau sistem proyeksi video. Ini untuk menyisakan banyak ‘ruang’ untuk sistem suara surround Dolby Atmos (atau yang sebanding), lalu komponen elektronik, kabel, tempat duduk, dan segala sesuatu yang Anda perlukan untuk membuat home theater yang kredibel. Sedangkan untuk porsi audio, sarannya adalah, alokasikan sekitar 40-50% pada paket speaker dan sekitar sepertiga dari jumlah itu untuk elektronik audio.
Tentu saja, semakin besar anggaran Anda, semakin banyak yang dapat (dan harus) Anda belanjakan untuk video. Hanya saja, perhatikan juga sisi audio. alokasikanlah prosentase belanja anda dengan mengutamakan keseimbangan.
Inilah tiga dari beberapa ‘jebakan’ (kesalahan) yang bisa saja terjadi di tahap awal anda membangun sebuah home theater.