Sebagai pecinta musik dan memuaskan dahaga akan musik dengan mendapatkannya di perangkat audio hi fi, sudah pasti anda suka akan keringkasan. Tak perlu ribet ribet kalau memang bisa didapatkan suguhan musik dengan yang sederhana dengan kualitas suara yang kompetitif. Misalnya, kalau bisa power dan pre amp disatukan saja dalam satu perangkat. Hitung hitung, menghemat tempat dan mempersingkat memasang alat. Jika memang ini yang anda cari, cobalah CXA81 Cambridge Audio. Bukan apa apa, dengan integrated amplifier stereo ini, kita tak perlu lagi berpikir memakai power amplifier apa. Koneksinyapun terbilang lengkap. Bahkan bisa memakai jalur nirkabel(Bluetooth). Ada DAC-nya pula.
Adanya DAC dalam sebuah amplifier memang sudah menjadi tren belakangan ini. Beberapa pabrikan membuat integrated amplifier dengan DAC resolusi tinggi di dalamnya. Dengan berubahnya dunia audio digital, maka integrated amplifier seperti CX A81 ini pun punya bagian integrated DAC.
CXA81 kami angkat dari dusnya. Cukup berat juga. Tetapi sosoknya sedap dipandang. Mengesankan kemewahan dan kehalusan untuk amplifier dikelasnya (dikisaran harga 21 juta Rupiah termasuk PPN 10%). Kami dibuatnya jatuh hati lebih dahulu dengan ketampanannya. Panel depannya, tak banyak diisi pengontrol. Ada satu sakelar putar besar untuk volume,
Ini adalah integrated amplifier 80 Watt per channel (Wpc) di 8 ohm atau 120 Wpc di 4 ohm. Memakai trafo toroidal (yang membuat berat tadi) dengan winding terpisah untuk channel kiri dan kanan.
Integrated ini masuk di seri ampli CX series 2 dari Cambridge Audio. Model terdahulunya, yakni CXA60 (main di 60 Wpc) dan CXA80 (di 80Wpc) sudah ada sekitar lima tahun di pasar dan dikabarkan melejit dalam angka penjualannya. Model terbaru CX series 2, seperti CXA 61 dan CXA81 disukai karena punya DAC resolusi tinggi, juga Bluetooth yang sudah built in.
CXA 81 ini punya koneksi input USB. Di sisi analog, ada 4 input RCA dan satu XLR balanced. Terlihat juga input koaksial S/PDIF yang bisa menghandel file digital dengan resolusi sampai di 24 bit/192kHz dan koneksi pasangannya yakni Toslink yang bermain di 96kHz. Input digital inilah yang cukup menarik karena tidak banyak yang memilikinya.
Di output, ada koneksi untuk sebuah pre amp dan subwoofer, juga jek headphone 3.4mm dan space untuk dua pasang speaker, yang bisa dimainkan terpisah atau digabung. Di belakangnya, termasuk yang lengkap koneksinya. Ada input koaksial digital dan digital optikal. Ini berarti dengan kabel, kita bisa alirkan musik dari pemutar digital, entah itu sosoknya berupa smartphone, iPod, pemutar digital dan lain lain, masuk ke sini lalu tinggal sediakan speaker, jadilah. Kami juga gunakan smartphone kami dengan mengalirkannya ke integrated ini, mendengar beberapa lagu dari Spotify, seperti album Toto. Menarik akan permainannya dengan tampilan bass yang punchy. Tak banyak yang kami komentari karena kualitas MP3 dari Spotify.
Ada sebuah input USB Audio yang mampu memainkan file dengan resolusi hingga 32bit/384kHz dan DSD 256, yang dialirkan baik melalui sumbernya berupa komputer Macintosh atau PC. Nah anda tinggal berlangganan musik dari penyedia musik online, misalnya Spotify(yang format lagunya MP3) atau dari penyedia jasa streaming lagu berformat resolusi tinggi seperti Tidal. Inilah nikmatnya bermain musik seperti sekarang. Kita tak perlu repot repot pergi keluar berbelanja album. Sudah ada file digital.
Untuk unit integrated ini, file digital yang 32 bit/384 kHz atau DSD 256 disajikan lengkap olehnya, karena ada sebuah konvertor ESS Sabre ES9016 DAC di dalamnya. DAC resolusi tinggi ini menghubungkan sumber digital tadi langsung melalui koneksi TOSLINK dan Coaxial.Ada juga input RCA stereo unbalanced di sepanjang soket soket XLR Balanced dan input Balanced XLR untuk interferensi bernoise rendah, dan tersedia juga koneksi nirkabel melalui Bluetooth aptX HD standar.
Melihat sajian suara
Sekedar mengingatkan atau menginfokan, CXA81 adalah salah satu juara di 2019 lalu dengan menyabet What Hi-Fi? Awards 2019 UK untuk integrated amplifier seharga USD1299. Saat itu, dia menggondol 5 bintang untuk 3 sisi.
Saat memandangi sosoknya, memikirkan dimana kelasnya dalam percaturan perangkat amplifier, jadi mengingatkan kami akan satu peristiwa sehari sebelum kami menulis artikel ini. Saat itu kami sempat memuat gambar CXA81 pada halaman Facebook What HiFi Indonesia. Dan salah satu yang berkomentar adalah pehobi audio Leo Luping, dimana kemudian kami lihat dia juga memposting foto sistem barunya dengan lengkap dan membubuhkan kalimat” Low end systemku, Jangan dibully ya”. Difotonya ada speaker Triangle Genese Quartet dengan ampli monoblok VTL pada sebuah ruangan berukuran 3 x 4 meter . Kami pun mengomentari judul tersebut, “low endmu high endku”. Dan dia kemudian menanggapi dengan memberi ikon tertawa sambil menulis, “tag line baru”.
Dengan kalimat ini, kami sekedar ingin mengatakan bahwa bagi yang punya sistem top high end, bisa saja memandang sistemnya ini biasa saja kelasnya bahkan sampai mengatakan bahwa alatnya ini low end. Tetapi bagi yang lainnya, systemnya ini bisa saja dikatakannya high end. Begitulah hobi audio ini, kita menilai dengan rasa kita sendiri saat memandang sosok perangkatnya. Kemewahan unit tidak saja kita kecap dengan telinga, yakni kualitas suaranya, tetapi juga mata (kualitas fisiknya). Termasuk kala melihat sosok CXA81. Kami mengatakan sosoknya tampan dan elegan, tetapi bisa jadi anda berpendapat lain. Bisa saja suara dan tampilannya ini kami katakan high end(di kelas harganya), tetapi tentu anda punya pandangan lain. Jadi memang tak bisa dipaksakan.
Kami pasangkan CXA81 dengan speaker Elac BS 314 (salah satu flagshipnya Elac untuk ukuran bookshelfnya), dan memakai juga pre amplifier Vincent SA T8. Pemutar CD Aurum C5, dengan kabel Silent Wire full. Dua album XRCD, masing masing album Symphony, Live in Vienna dari Sarah Brigthman dan Blues Masters dengan beberapa artis blues, utamanya Mighty Sam McClain – kami putarkan.
Pertama, mari putar Blues Masters. Album ini hampir kami mainkan dalam setiap kesempatan. Saat ronde awal permainan, kami dapati CXA81 masih terasa kaku, dimana misalnya teriakan Mc Clain sedikit kasar, dengan sajian dinamikan panggung yang sempit. Kurang tampil inner beauty di dalamnya. Tak mengapa. Namanya juga gres, baru datang dari distributornya di Indonesia (PT The Expert Asia). Kami mainkan terus track 1-nya, sebelum kemudian beralih ke track 7 dan 8. Disinilah permainannya mulai lembut dalam menyajikan vokal dan gerak laju reproduksi aneka instrument yang biasa ada dalam sebuah band blues. Bahkan kami berani saja beranjak, dari level volume jarum jam 9 ke 11. Tak terasa tajam di vocal, bahkan yang berteriak. Dinamikanya pun perlahan muncul. Bahkan di genre blues pun tampil pitch and rhyme yang mengajak kaki kami bergoyang.
Tampilan suaranya tidaklah teknikal, dan bisa menyajikan musik dengan koherensi yang baik. Presisi, detil dan separasinya juga terbilang baik di telinga kami. Dia punya kemampuan menyajikan musikalitas yang punya bobot. Amplifier ini mampu mendrive speaker Elac dengan sangat baik, dengan kontrol di pergerakan yang dinamik,
Ketangkasannya ini diulangnya saat menampilkan Symphony, Live in Vienna dari Sarah Brigthman. Vokal Sarah yang lembut dan mendayu, seringkali terasa berbisik lembut, dengan sesekali juga meninggi.
Inilah kemampuan CXA81 yang tidak saja tampil menawan di penampilan fisik, tetapi juga di suara. Kami membayangkan dia akan terlihat pas untuk ruangan audio terbuka di ruang keluarga, dan menjadi salah satu elemen yang memperindah ruang. Karena fisiknya memang sedap dipandang.
Di sisi fungsinya, tentu saja sistem ini pas untuk pecinta music(music lover) khususnya mereka yang punya ruang tak seberapa besar diruangannya. Juga ingin yang simple saja, dengan hanya menambahkan sepasang speaker dan source(pemutar) digital, sudah cukup. Bisa saja berupa pemutar digital, laptop, Android atau iOS, atau streamer network. Jangan lupa, ada DAC resolusi tinggi di dalamnya.. Juga ada koneksi nirkabel melalui built in Bluetooth aptX HD.