Tak peduli sehebat apapun rekaman dan turntable anda, tetap saja masih perlu sebuah phonostage. Kita kenal sederet phonostage hebat yang mendapat Award dari WhatHiFi? Belakangan ini. Sebut saja seperti Rega Fono MM MK3(lihat foto Utama artikel ini), Musical Fidelity LX2-LPS dan lain lain seperti disebut di akhir artikel ini. Mari kita mengenal sedikit tentang phonostage itu, karena perangkat ini terbilang yang kurang banyak diketahui orang, dan lebih kurang dikenal dibandingkan pemutar, preamplifier atau power amplifier.
Phonostage sebenarnya merupakan salah satu rupa dari preamplifier. Kata ‘phonostage’ tentu tak asing lagi, khususnya bagi mereka yang suka bermain turntable. Perangkat atau komponen ini pasti ada dalam sebuah sistem stereo audio yang menggunakan pemutar turntable. Phonostage seringkali muncul dalam rupa perangkat mini, diletakkan di bawah turntable. Badan boleh saja kecil, tetapi peranannya sangat besar.Apa itu phonostage?
Phonostage atau kita kenal juga dengan istilah phono preamplifier, adalah unit atau alat yang menyediakan koneksi antara pemutar (record player) dengan amplifier. Phono stage kini juga ada yang dipasang di dalam (built in) receiver dan amplifier sehingga memungkinkan koneksi langsung dari sebuah turntable.
Begitu pentingnya peran sebuah phonostage hingga bolehlah menyebutnya sebagai jantungnya sistem audio yang memakai turntable. Fungsi utama sebuah phonostage adalah menaikkan tegangan yang berasal dari cartridge sehingga nilai tegangan nantinya akan sama dengan tegangan line stage. Alat ini akan mengubah ordo tegangan yang tadinya sangat kecil, hanya dalam tingkat “0,….” (nol koma sekian) milivolt menjadi besaran Volt dengan nilai tertentu (misalnya 2-4 Volt, dan lain lain). Disini phonostage ini perlu melakukan usaha menaikan berkali kali hingga didapat nilai Volt tersebut. Setelah mencapai nilai yang dibutuhkan, barulah sinyal ini layak untuk diolah lebih lanjut oleh perangkat seperti preamp misalnya. Jika tidak dinaikkan, maka suara tidak terdengar, dan kalaupun terdengar, suaranya akan kecil sekali.
Pertanyaannya, mengapa perlu dinaikkkan sehingga sinyalnya nanti siap di’kunyah’ pre amp? Salah satunya adalah karena banyak pre amplifier tidak ‘ready phono’, dan umumnya line stage saja.
Noise Saat Menaikkan Tegangan
Ada dua teknik yang digunakan untuk menaikkan tegangan dari phonostage, yaitu :
- langsung dinaikan oleh rangkaian aktif ( transistor dan lain lain )
- memakai step up trafo agar outputnya sama dengan MM.
Usaha menaikkan tegangan ini bukan tanpa resiko di perjalanan. Jika perangkat kurang pintar menaikkan, malah akan memunculkan noise. Resiko ini cukup tinggi, khususnya bila kita memakai beberapa cartridge masa kini yang sangat rendah outputnya. Jika kita memakai phonostage transistor, kemungkinan terjadinya noise sangatlah besar.
Ya, memang salah satu musuh dari phonostage adalah noise. Noise sendiri bisa muncul tidak saja dari sebuah phonostage. Dari perangkat lain pun bisa. Misalnya karena preamp yang digunakan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana tingkat impedansi dan kapasitansi. Yang namanya loading impedance misalnya, tergantung kepada desain dari cartridge itu sendiri.
Untuk kian memudahkan dalam menaikkan tegangan, digunakanlah trafo step up. Trafo ini hanyalah menaikkan tegangan, dan sifatnya pasif. Dia tidak menaikkan noise. Ini berbeda bila kita memakai rangkaian aktif, yang potensial akan menaikkan noise. Tetapi jika sebuah phonostage dibuat dengan teliti, tentu tak akan memunculkan noise, apalagi jika desain dan komponennya bagus.
Ada saran begini, jika anda punya pre amplifier low gain, maka phonostage yang ada untuk system, sebaiknya yang punya gain besar. Agar suaranya bisa tampil besar/keras, walau diputar pada volume sedang(misalnya pada level angka 9 atau 10).
Demikianlah bahasan singkat kami akan phonostage. Perangkat kecil tetapi sangat menentukan kualitas music.