
whathifi.id – RAI-HIN Car Audio Kontes II yang diadakan untuk kedua kalinya di tahun 2022 ini akhirnya jadi digelar pada 27-28 Agustus 2022 di Teras Kota, BSD Tangerang Jawa Barat. Kami hadir pada hari pertama lomba ini yang mempertandingkan kelas Novice, Amateur dan Profesional.
Ada 6 kelas yang dipertandingkan, yakni Entry Level Novice (sampai 35 juta Rupiah), Amatir (70 juta), Profesional (150 juta) di hari pertama. Lalu hari kedua untuk kelas Xxpert dan Master. Lalu kelas FFA (Free For All). Ada lagi kategori penilaian yakni Best Value yang diambil dari 5 rangking terbaik, dimana ‘value’ yang dinilai adalah seberapa efisien sistem audionya. Syarat lainnya, peserta perlu mendaftarkan perangkatnya secara detil untuk bisa dimasukkan dalam pemilihan Best Value ini.
Selain di kategori atau kelas peserta yang kali ini 1 kelas lebih banyak, kali ini pun lomba ini didukung beberapa sponsor. Ada PT Gobal Solusi Infotama, CV Sinar Jaya Agro Gemiang, PT Audio Note Indonesia, Verus Indonesia dan PT Intersys Sejahtera Abadi. Inilah yang membedakan kontes RAI-HIN kedua ini dengan yang pertama (28-29 Mei 2022).
“ Enam brand ini akhirnya komitmen untuk memberi hadiah kepada peserta dengan poin tertinggi, yang diperoleh misalkan dia ikut kelas pro dan master, yang bila digabung dapat plus poin disitu. Ini mengakomodasi mereka yang memang militan, yang effortnya luar biasa”kata Asawendo Swissrianto yang akrab dipanggil ‘Wendo’ sebagai founder Rumah Audio Indonesia (RAI) sekaligus ketua panitia lomba ini.
Acara yang berlangsung seru dan lancar ini berlangsung dari pukul 9 saat dibuka dengan kata pembuka oleh Asawendo Swissrianto dan berakhir pukul 4 sore saat semua penjurian sudah dilakukan dan ditetapkan sang juaranya. Untuk lomba secara keseluruhan di hari pertama dan hari kedua, ada 36 peserta yang datang dari beberapa tim. Ada tim RTA, ALC, AJM Audioworks, Anak Bawang, Eleven Audio dan Privater serta Sekolah Lagi Belajar.
Di kata pembukaan kontes, Wendo memberi penjelasan tentang tempat penjurian, juri yang kali ini ada dua orang yakni dirinya dan Rizal Firmansyah. Jadi siapa headjudgenya? “Kelas yang dijurikan Rizal, head judgenyanya saya, begitu sebaliknya. Jadi tetap ada kontrol”kata Wendo.
Di hari pertama ini, kelas novice dan amateur berlangsung parallel, sebelum kemudian giliran kelas Professional. Satu unsur yang juga dikedepankan adalah sisi edukasinya, misalnya dengan menyertakan peserta memilih volume, juga penjelasan oleh judge kepada peserta setiap habis menilai – tentang plus minus sistemnya.
Peserta memperebutkan piala kontes, dimana pialanya menggambarkan konsep Yin dan Yang – menggambarkan keseimbangan. Dijelaskan oleh Wendo bahwa kontes ini adalah pelengkap, turut meramaikan dalam dunia audio mobil di Indonesia dan bukan untuk main saing-saingan dengan penyelenggara lainnya, dimana semakin banyak kontes tentu akan menjadi pertanda bahwa industrinya kian semarak.
Rencana kedepan
RAI (Rumah Audio Indonesia) seperti dikatakan dalam acara Zoom antara WhatHiFi dengan Rumah Audio Indonesia, berencana mengadakan kembali kontes serupa di 3-4 bulan kedepan, sehingga daa satu tahun bisa 3-4 kali kontes. Di setiap kontes akan dipikirkan bagaimana tematiknya. Untuk kontes berikutnya, rencananya RAI akan menggandeng rekan rekan dari dunia audio portabel. Ini memang menarik dengan melihat bagaimana kini tren kekiniannya adalah source DAP (Digital Audio Portable) dijadikan sebagai source/player utama, dengan alasan sangat praktis dan resolusi suara yang tinggi.
RAI punya target bahwa kontes yang kedua ini sedapat mungkin menjaga momentum car audio ini tetap pada jalur yang tepat dan mengalami kemajuan, khususnya setelah ada efek pandemic yang memukul berbagai industri. Car audio dilihat sebagai industri yang cepat bangkit, dimana salah satu penyebabnya adalah karena dunia audio mobil itu aman karena di dalam mobil.
Kami sempat menanyakan, bagaimana kontes RAI ini dijamin fair. Tidak ada cenderung ke merk tertentu atau lebih memihak karena ada unsur pertemanan. Inilah pendapat dari ketiga juri dari kontes RAI.
Handi Jasin, “ Kita orang lama di dunia ini, Jika dibilang dekat, ya dengan siapapun kami (ingin) dekat. Kedua, saat menjuri, masing masing blind dalam artian kita tak melihat perangkat.Kita hanya mendengar suara, suara yang ada inilah yang kita nilai. Boleh dibilang mobil setelah menjuri mobil tertentu, setelah mobil ini lalu mobil siapa lagi, saya tidak tahu”.
Rizal Firmansyah, “Bicara kedekatan kita di Rai ini dengan peserta, saya sebenarnya tidak lebih kenal dibanding yang lain. Tetapi memang aktif pernah berhubungan dengan semua peserta. Sejak tahun 2005 saya sudah masuk car audio dan kenal saja tetapi tidak ada kecendrungan ke satu installer. Kita memang bisa lihat bendanya tetapi tidak tahu detil dibelakangnya, seperti misalkan amplifiernya dikasih apa. DAP saja kan merknya, tipenya beda beda. Apalagi bila kita melihat harganya. Jadi yang kita nilai adalah dari apa yang kita dengar saja. Pengalaman di kontes pertama, ada benda yang sama tetapi suara bisa beda. Ini kekuatan utama sebenarnya terletak di installer dan tunernya dibandingkan brand yang dibutuhkan. Jika kemudian misalkan kita mau main mata ke satu merk, itu tentu sulit”
Asawendo Swissrianto, “ Pertama, kita telah bersepakat bahwa kalau (fairness) kontes tidak dijunjung ini sama saja menggali kubur sendiri. Kedua, semuanya teman. Standarisasinya akan sama. Untuk mengetes kapasitas dan kompetensi dengan analisis, kita gunakan mobil yang sama, kita nilai sama sama. Hasilnya kita komparasikan. Ternyata ditemukan satu pola yang sama.
Kegiatan akhir setelah penilaian dan diumumkan, dilakukan prosesi runner, memeriksa kesesuaian perangkat yang digunakan apakah sesuai kelasnya atau tidak. Inilah pemandangan di hari pertama kontes RAI-HIN kedua ini.

Di hari kedua, tak kalah seru, dan merupakan acara puncak karena semua juara diumumkan dan berhak mendapatkan piala serta penghargaan. Satu hal yang merupakan keistimewaan lain kontes ini adalah, scoresheetnya terbilang sangat lengkap dan detil point-point penilaiannya.