Technical editor Ketan Bharadia mengaitkan kemajuan hifi dengan nostalgia
High End Munich Show 2022 baru saja berakhir Mei 2022 lalu. Tahun ini ia terasa lain. Di antara sistem yang sangat mahal dan teknologinya yang pintar, cukup jelas bahwa sebagian besar industri telah merangkul nostalgia.
Ini lebih terlihat jelas pada perangkat speaker. Setelah bertahun-tahun, speaker dibuat menjadi lebih ramping dan lebih kecil. Tetapi sekarang ada banyak model baru yang besar dan lebar yang dilapisi dengan jenis kayu yang jenisnya dari era dahulu jamannya kakek-nenek kita. Banyak yang memilih menghidupkan kembali yang pernah ‘dikenal baik’ pada jamannya. Seolah-olah banyak kaum industri ‘bersepakat’ untuk bergerak maju dengan melihat ke belakang.
Ini paling jelas terlihat di stan IAG saat Munich High End Show 2022, di mana banyak merek (seperti Mission, Audiolab, Wharfedale, dan lainnya) menampilkan produk yang sebenarnya memperlihatkan bahwa desainernya ingin melakukan ‘penemuan kembali’ dari kesuksesan masa lalu atau mendisain model baru tetapi dengan membawa tema retro.
Mission tidak hanya menampilkan speaker 770 yang ‘dihidupkan kembali’ dengan sangat baik, tetapi juga mengejutkan kami dengan model 700-nya yang ‘rohnya’ dibangkitkan. Dia juga membuat versi baru dari amplifier 778 yang lama. Pernahkah anda mendengar tentang 778? Bila ‘iya’, kami tidak terkejut karena model inilah yang menginspirasi lahirnya integrated amplifier One dan Two pertama dari Mission yang lebih murah, yakni Cyrus. Maka ada kesan, produk lama itu cukup layaklah untuk dihidupkan kembali.
Hidup di masa lalu
IAG juga memperkenalkan Wharfedale Aston yang ukurannya kompak, dan Dovedale yang berukuran lemari es bahkan lebih besar. Keduanya mengambil nama kesuksesan Wharfedale di masa lalu. Kesukaan IAG akan warna retro berlanjut dengan standmounter Windsor Castle yang sangat besar dengan unit mid/bass 6,5 dan 8 inci, dibalut jenis veneer yang menggemakan gaya desain tahun 1970. Fyne Audio, produsen speaker juga mengungkapkan dua rentang speaker high-end retro baru, yang disebut Classic dan Vintage.
Ada banyak produk vinil baru dan menarik yang dipamerkan di Munich show ini, seperti GMT Wilson Benesch, sampai ke cartridge moving coil dengan harga yang wajar dari nama seperti Goldring. Kita tentu ingat, bagaimana turntable hampir musnah oleh CD sebagai format pasar massal hampir tiga dekade lalu, dan kini giliran streaming nyaris menghancurkan compact disc.
Demikian pula tube nyaris terancam oleh transistor dalam elektronik sehari-hari hampir setengah abad yang lalu, dan kini, banyak orang lebih suka memakai amplifier Kelas D karena dipercaya lebih efisien.
Jadi bagaimana masa depan?
Apakah hanya nostalgia yang membuat sebuah produk bermutu akan bertahan lama pesonanya? Ini membuat kita bertanya, ke mana arah masa depan untuk hi-fi. Apakah produk tersebut perlu juga membawa bumbu ‘masa lalu’ untuk kian dapat menghubungkan pendengar dengan musik? Bisa saja. Tetapi pastinya, alasan orang menghabiskan uang, waktu, dan tenaga untuk hi-fi tentu karena mereka ingin dapat mendengarkan musik yang mereka sukai dengan cara terbaik yang dapat mereka akses.
Apakah untuk dinamika industri, kita perlu membuat produk baru saja, toh nantinya akan menjadi klasik – ketimbang mencoba menghidupkan kembali kejayaan masa lalu?
(artikel ini juga tampil di edisi cetak Whathifi Indonesia edisi XIV/III/2022)