Konsep home theatre portable dibawa Canon dengan melahirkan sebuah proyektor mini yang sangat ringan, dengan ukuran sedikit lebih besar dari setelapak tangan tetapi sangat praktis dalam penggunaannya. Canon punya MP250 yang dibawa ke Indonesia oleh pt Datascrip. Dengan proyektor kecil ini, kita bisa membuat mini theater di rumah dengan sangat mudah.
Ini adalah proyektor mini yang memungkinkan bahkan anak kecil kita untuk bisa mengoperasikannya.Hanya dengan mengeluarkan unit dari dusnya dan memasangnya entah di atas meja, di sebuah stand speaker, atau di tripod (karena Canon telah memberikan dudukan untuk dipasangkan ke tripod). Lalu colok saja chargernya.
Kalaupun di area tempat kita ingin menonton kebetulan tidak ada sumber listrik, masih bisa anda pakai asalkan baterei terisi penuh. Lumayan bisa menonton hingga sekitar 2 jam an. Tinggal anda arahkan dia ke layar. Lumayan besar gambarnya, di sekitar 90 inci. Mau lebih besar, tinggal tarik proyektor lebih ke belakang. Hanya saja, gambar jadi kurang tajam.
Tinggal kemudian, anda mau menonton dengan sumber film dari mana? Bisa saja dari kartu microSD yang telah anda isi file film. Atau dari sumber berbasis USB. Sumber klasiknya, bisa didapat dari sebuah pemutar video (Blu-ray atau DVD) yang dengan kabel HDMI 1.4 bisa terkoneksi.
Kami lebih banyak memanfaatkan WiFi di rumah untuk memutar film dari Netflix(koneksi nirkabelnya bisa di 2.4GHz dan 5GHz). Kami coba YouTube, kurang berhasil dengan alasan kata YouTube, karena layanan Google Play unit ini tidak mendukung. Tak mengapalah, karena dengan Netflix pun banyak filmnya.
Inilah fitur menariknya. Dia punya setelan keystone vertical otomatis. Dia pun ramah dengan sistem operasi berbasis Android, karena memakai sistem operasi Android juga (Android 7.1.2). Maka dia mendukung konten untuk di-sharingkan via nirkabel dari unit berbais Android OS atau main langsung dari USB flash drive.
Dengan Bluetooth versi 4.2-nya pun dia bisa di-pairingkan ke sistem audio. Seperti kami yang menonton film Baby Driver dengan suara keluar ke headphone nirkabel PLT BG. Jadi bila anda menonton dari tempat tidur dan tak ingin mengganggu teman tidur, pakai saja headphone nirkabel. Saat nonton bersama, kami keluarkan saja suaranya ke sebuah speaker aktif portable Bluetooth melalui jek mini stereo 3.5mm, JBL Flip 3, walau proyektor ini sudah dibekali speaker 2.5 watt built in.
Brightness proyektor DLP DMD ini sampai 250 lumen, dengan lampu yang diklaim Canon bisa bermain optimal hingga 20 ribu jam pemakaian. Kontras rationya di 400 : 1. Cukup terang dan detil bila cahaya ruang dimatikan. Kami memainkan menu navigasi melalui mouse ke port USB. Tetapi dia punya pad yang sensitif, Smart Touch Pad-nya punya penyimpanan memori sebesar 4GB.
Kami putar di Netflix, film Baby Driver dan Ocean Eleven. Di Baby Drive, gerakan cepat mobil terepro cepat. Prosesornya (Quad Core Cortex-A53 yang main di 1.5 GHz) terbilang mampu merepro gambar tanpa kedodoran.
Untuk sebuah proyektor seharga 6.9 juta rupiah, sajian gambarnya tidaklah sedetil seperti yang bisa disajikan sebuah TV LCD di kelas yang sama. Di spesifikasinya, resolusi outputnya di 854 x 480 (WVGA).Tetapi kami senang, gambarnya tajam dan terang dengan kualitas Full HD (1920 x 1080). Kita bisa saja memasukkan kepadanya sebuah gambar beresolusi 4K UHD.
Gambar tampil cukup bersih dan mengesankan dengan lebih mengarah kepada kehalusan. Warnanya tampil cerah dan tidak terasa pucat. Kita memang tak bisa berharap akan mendapatkan gambar yang tampil dengan dimensi kuat apalagi mencolok. Tetapi ada kesan sentuhan halus dari beberapa gambar seperti pemandangan di dalam kota New York saat Baby Driver atau saat scene di kereta bawah tanah.
Beberapa bidikan landscape direprounya dengan detil menakjubkan untuk permainan di kelasnya. Begitupun dengan kedalaman kegelapan , dia masi bisa memperlihatkan sejumlah kecil detail bayangan yang terlihat. Dengan melihat ukurannya yang ramping, maka di aini termasuk hebat di inovasinya.