Amplifier stereo kelas atas merupakan salah satu pangsa pasar yang paling konservatif dalam hal menerima kemajuan teknologi baru dalam dunia audio stereo high end. Ada banyak yang berpendapat bahwa perangkat amplifier stereo adalah satu-satunya area di mana perangkat berbasis tabung masih memiliki pijakan yang kuat, bahkan hingga enam dekade
setelah transistor pertama kali mulai mendominasi di banyak tempat tempat lainnya.
Baru-baru ini, banyak ‘kaum puritan’ audio lebih terpesona akan bagusnya sirkuit digital dan DSP (Digital Signal Processing). Kian keduanya terlihat rumit akan kian sukalah mereka. Ini berbeda dengan prinsip sederhana yang menomorsatukan koneksi langsung antar komponen. Apakah Technics SU-R1000 ini bisa jadi contoh bagaimana para kaum puritan dan kaum ‘tradisionalis’ high end sebaiknya bermain?Mari lihat unit ini. Ini adalah integrated amplifier pertama dari seri Reference-nya Technics yang merupakan bentuk revitalisasi dari model sebelumnya, dan dikemas dengan sebuah pemikiran baru yang segar, didukung teknologi yang bisa saja membuat kaum puritan geleng geleng kepala, tak percaya.
MENGENYAHKAN RULEBOOK
Saat mengamati sisi engineering dan konstruksinya, kami merasa Technics telah membuang sebagian konsep ‘keep it simple’ yang pernah diaplikasikannya dalam desain sistem penguat high endnya. Dan ternyata dia tetap bisa melahirkan sebuah produk yang terasa sekali nuansa keambisiusan pembuatnya.
Di balik eksterior yang bersih dan rapi, Anda akan temukan rangkaian teknologi eksklusif. Ini adalah integrated amplifier 150 watt per channel yang dilengkapi input line level, moving magnet/moving-coil phono dan digital input. Amplifier ini dibangun berdasarkan
penguat digital, sehingga setiap sinyal input analog pertama-tama akan dikonversi ke dalam
bentuk digital. Phono stage dari SU-R1000 ini tampil dengan sirkuit ‘split’, dengan output dari sebuah stage analog yang terkonversi ke digital, dimana sebagian dari ekualisasi sinyalnya terbilang lengkap. Pendekatan seperti ini membuat Technics dapat menawarkan sebuah jangkauan kurva ekualisasi. Kita pun disodori pilihan, apakah lebih suka memakai standar RIAA dan IEC, juga Columbia, Decca, AES, NAB dan RCA. Ini berguna jika anda ingin memutar rekaman yang dibuat sebelum pertengahan tahun 1950- an, dimana kurva RIAA menjadi standar industri rekaman musik saat itu.
Baca review lengkapnya di WhatHiFi Indonesia edisi IX/II/2021 yang terbit September 2021. Hubungi 0818 699 474