Acara ngobrol santai via zoom bertema “Menjodohkan Amplifier Dengan Speaker” berlangsung 2.5 jam tanggal 10/07/2021. Menghadirkan nara sumber dari Anda Audio (bang Daniel Suroyo dan Anistardi Sadikan), dengan komentator Jasin Handy. Acara yang dimoderatori Gatot Susetyo(WHATHIFI Indonesia) dan Asawendo Swissrianto (Rumah Audio Indonesia) ini dihadiri sekitar 40 an pehobi.
Bang Daniel dan Anis sempat bercerita singkat profil Anda Audio. Spesialis desain perangkat amplifier dan power amplifier ini memang menyatukan dua karakter berbeda dari Daniel Suroyo dan Anistardi Sudikan. Daniel lebih kepada eksekusi pembuatan sedangkan Anis lebih kepada desain.
Perkenalan mereka dimulai ketika ketika Anis membeli spare part ke Daniel secara online tahun 2014. Akhir 2014 Anis main ke Daniel dan ngobrol panjang tentang pembuatan produk audio. Mereka punya kesamaan pandangan tentang bagaimana membuat sebuah produk audio yang disukai banyak orang.
“Lalu kita coba desain bersama sebuah amplifier, dan ternyata suaranya lumayan oke. Mengobrol panjang dan akhirnya sepakat untuk bikin satu produk lokal”kata Daniel.. Mereka sementara focus di solid state. Belum melangkah ke tube, karena menurut mereka, untuk solid state saja masih perlu banyak dipelajari.
Kapan lebih memilih Integrated Amp?
Obrolan webinar Menjodohkan Amplifier dengan Speaker’ dibuka dengan pembahasan tentang amplifier. Ada titipan pertanyaan dari seorang pehobi kepada Asawendo, yang menanyakan tentang makna integrated amplifier, dan apa bedanya dengan non integrated (power amp dan pre amp terpisah). Kapan kita perlu memakai integrated amplifier dan adakah saran dalam pemakaian?
Dijawab oleh Daniel, bahwa integrated amplifier itu adalah power amp dan preamp yang disatukan dalam satu boks. Disini volume dan selector pun dalam satu boks. Sedangkan untuk yang terpisah(separate), pre amp dan power ada dalam boks terpisah. Kapan kita sebaiknya memakai integrated, adalah bila kita lebih suka mencari yang praktis(bekerja dengan satu casing itu lebih mudah), hemat tepat dan kenyamanan. Kelebihan bila terpisah apa? Salah satunya, kita bisa memilih warna suara tersendiri. Selain itu, dengan rancangan terpisah ini bisa kian terhindar dari risiko saling terinterferensi.
Jika secara power supply, apa plus minus ampli terpisah dengan yang integrated? Menurut Anis, power supply terpisah itu bisa dirancang agar tidak saling terinterferensi. Tetapi ini tergantung kompromi kita – apakah lebih mementingkan kenyamanan (jika dalam satu casing lebih mudah), atau casing terpisah yang bisa secara desain lebih baik. Lebih baik dalam artian interferensi antar bagian bisa dikurangi.
Daniel berpendapat, salah satu kelemahan di sistem integrated ada di wiring untuk sistem grounding. Desainnya lebih susah dibandingkan dengan yang terpisah. Kemungkinan terjadinya ground loop antara pre amplifier dengan amplifier lebih besar. Jika kita hanya memakai satu trafo, ini dikatakannya lebih mudah. Maka Daniel menyarankan bila memakai preamp dan power amp terpisah, maka wiring groundinnya perlu diperhatikan.
Sementara itu, dalam hal power supply, Handy Jasin Arianto berpendapat bahwa power supply itu sangat besar perannya. Belakangan ini Handy mengaku sedang giatnya main di amplifier kelas budget, dimana dia coba membeli linier power supply dengan power supply tidak dari luar(bawaan pabrik). Bila kita ganti power supplynya, ternyata suara dari speaker itu bisa berubah jauh. Noise floornya bisa turun, lalu dinamikanya bisa naik.
Kepada Anis, ditanyakan bagaimana kriteria power supply yang bagus itu ? Anis sempat menyebutkan tiga poin :
- Kita perlu melihat tegangan AC di outputnya (karena kita butuh tegangan DC).
Ini karena saat disearahkan dari tegangan AC, pasti masih ada sisa sisa tegangan AC ini, baik ripple yang 100 Hz, juga noise dan interferensi dari listrik dan juga dari frekuensi tinggi. Semua ini ada di tegangan DCnya. Tegangan DC ini harus sangat kecil. Tegangan AC ini akan muncul di output amplifier atau output amplifier(segala macam penguat). Ini tergantung dari kemampuan amplifier itu sendiri.ada yang munculnya sangat sedikit, ada juga yang banyak. Maka lebih aman tegangan AC di frekuensi apapun itu sangat kecil.
- Respon transien.
Baik ampli maupun pre amp, arusnya itu berubah ubah menurut sinyalnya. Disini tegangan DC-nya di power supply juga ikut berubah. Power supply yang baik, akan kembali (ke tegangan DC-nya) lebih cepat setelah ditarik arus. Inilah yang namanya respon transien. Ini disimpulkan Anis setelah melakukan beberapa percobaan regulator. Di regulator ini penting sekali adanya respon transien. Jadi, tegangan output DC harus kembali
- Ada rangkaian yang butuh tegangan DC yang akurat. Ada yang tidak perlu.
Misalnya amplifier, tidak butuh tegangan power supply yang akurat, dengan bisa memakai kapasitansi multiplier. Yang penting tegangan AC di dalam power supply itu kecil sekali.Pada preamp, kemungkinan besar ini berpengaruh. Maka Anis menyerankan, sebaiknya pakailah regulator bila untuk pre amp. Anis rencananya akan menuliskan tentang hal ini lebih lanjut di kolom FBnya atau di halaman RAI.
Webinar pun berlanjut. Ada sebuah pertanyaan yang kami ajukan, yakni apakah power amp/pre amplifier akan punya behaviour/karakter yang berbeda bila dipasangkan dengan speaker yang berbeda?
“Iya”kata Daniel. Menurutnya, pertama, ini karena speaker itu impedansinya tidaklah konstan. Misalkan impedansinya disebutkan 8 ohm, dia tidak akan selalu 8 ohm. Pasti ada perubahan. Jadi beda impedansi dari 20 hz – 20 kHz itu dikatakannya sangat fluktuatif. Kalau amplifiernya tidak bisa beradaptasi dengan itu, suaranya akan mengalami distorsi besar dan amplifier itu akan rusak bila impedansinya terlalu rendah.