Entah mengapa, setiap mata kami tertumbuk kepada speaker speaker legend, seperti bersinar sinar, dan langsung ingin menghampiri. Tak beda ketika kami lihat Celestion SL6 di rumah Adiwiyono, di Kawasan Bendungan Hilir, Jakarta.
Salah satu gaya dalam bermain audio yang diterapkan oleh Adi adalah mendengarkan produk produk yang punya nama baik di jamannya. Budgetnya ternyata lebih suka dihabiskannya untuk memiliki aneka rupa speaker dan perangkat lain dari merk berbeda, tetapi sanggup memuaskan rasa dahaganya akan selera tertentu dalam bermusik.
Dan ternyata memandangi produk produk lampau ini memang masih saja terasa nikmat. Nikmatnya memandangi speaker apalagi yang pernah legend, salah satunya adalah karena dia mampu mengingatkan kita akan kenangan dahulu ketika mendengar speaker ini. Tak beda seperti saat memandangi speaker legend lain seukurannya SL6, Rogers LS3/5A. Dan ternyata di rumah ini juga ada speaker Rogers ini. Tergelitik jadi bertanya kepada Adi, apa beda rasa keduanya di telinganya.
SL6 yang disini memang model ‘jadul’. Tetapi ketika iseng menjelajah ke dunia maya, model SL6 ini ada yang baru, seperti kami tampilkan disini. Menurut Adi, keduanya sebenarnya sama, hanya lain finishing. Tentunya, komponen dalamnya pastilah telah diganti, kecuali mereka tetap ingin mempertahankan gaya lama suara.
Kembali kami menanyakan lagi kepada Adi, apa beda keduanya. Berikut jawabannya,“Menurut saya, taka da yang lebih bagus. Keduanya bagus. Tinggal kita mau ngejar apa. Seringkali kan kita membandingkan kelemahan speaker A dengan kelebihan speaker B”katanya.
Ini tentu jawaban bukan gamblang. Akhirnya setelah ditanya terus, dia berkomentar,“ Untuk mid, tetap saya pilih LS3/5a, tetapi SL6 lebih komplit dan tidak ada peak di 100 Hz seperti di LS3/5A”katanya. Komplit? Apakah artinya dia lebih lengkap dalam mereproduksi suara mulai dari range frekuensi bawah hingga atas?, tanya kami.
“Iya. LS3/5A kan atasnya kalau saya lihat agak bunting, sedang bawahnya dengung. Akan tetapi dia banyak dicari orang, dan harganya naik terus”kata Adi, sambil menambahkan bahwa biasanya jika pemain rock pasti cari yang full range. Inilah yang membuatnya menyarankan, jika ada budget, bolehlah punya semuanya.
SL6 dikenal sebagai salah satu speaker paling musical pada tahun 1982. Kemunculannya sekaligus memelopori penggunaan tweeter metal dome dimana waktu itu ada juga kemudian muncul SL6S yang menggantikan unit dome cooper dengan sebuah driver dome aluminium yang dikenal lebih sensitif. Walaupun ukuran kabinetnya sama dengan pendahulunya, model 6S ini dikatakan merupakan bentuk redesign yang lengkap.
Model SL 6 ini seperti dikatakan Adi, merupakan salah satu speaker legend yang punya cita rasa suara tersendiri. Dia jadi salah satu speaker yang disukai pada jamannya, tak beda jauh jamannya seperti speaker speaker legend buatan Apogees, Acoustat, Martin Logan, Magneplanar, Quad (seperti ESL 63),Infinity dan lain lain.
Bila anda pernah mendengar speaker SL6 ini, bisa jadi ini kemudian akan termasuk speaker yang langsung anda sukai. Karakternya jika menilik beberapa review, lebih mengarah ke suara netral yang mengesankan dengan distorsi rendah. Celestion pernah mencoba meningkatkan SL6 dengan mempertahankan komponen speaker yang sama tetapi menempatkannya di dalam penutup aluminium untuk menghilangkan resonansi. Orang kemudian pernah juga mengetnal SL600 yang dikatakan merupakan versi ‘improve’ dari SL6, tetapi tetapi harganya yang jauh lebih tinggi membuat nilai speaker dipertanyakan.
Lalu ada SL6S tadi, yang tampilannya terlihat sangat mirip dengan SL6, setidaknya dengan gril di tempatnya. Seperti SL6, ini adalah speaker bookshelf yang menarik. Memakai woofer 6 inci dan dome tweeter 1 1/4-inci, ukuran yang sama dengan SL6. Namun, tweeter tersebut telah ditingkatkan secara dramatis dengan menggunakan dome tembaga khusus yang dibentuk oleh proses yang rumit di pabrik Celestion di Ipswich, Inggris. Tweeter baru ini meningkatkan respon frekuensi tinggi dan menghasilkan peningkatan pada woofer untuk lebih lagi meningkatkan efisiensi sistem. Keduanya sama sama mementingkan kejernihan dan kinerja treble. Celestion pernah menyertakan grafik respons frekuensi untuk setiap speaker. Sampel yang ditinjau menunjukkan kecocokan yang hampir sempurna untuk pasangan stereo, dengan variasi tidak lebih dari 1 desibel (dB) antara 100 dan 15.000 Hertz (Hz). Respons bass turun 3 dB kali 75 Hz, dan turun 6 dB kali 50 Hz.
SL6S unggul dalam stereo imaging, mampu menciptakan kembali ilusi berada di studio rekaman atau ruang konser dengan instrumen dan suara yang diposisikan secara alami.Celestion sendiri menggunakan semua metode terbaru untuk eksperimen dan desain speakernya, termasuk interferometri laser yang digabungkan ke komputer pribadi. Dan beruntungnya, orangorang di Celestion mempercayai telinga mereka seperti halnya seorang musisi mempercayai instrumen mereka.