Whathifi.id – Nyoo Koo Hong yang lalu akrab dipanggil “Didi”, kami jumpai di rumah seorang pehobi audio Semarang yang memakai salah satu tipe speaker dan power merk Venture. Merk yang sudah ‘go international’ tersebut merupakan buah konsep dan desain pria asli Ketabang, Jawa Timur ini. Dua puluh tahun lebih hingga kini, Didi tinggal di Belgia. Sedangkan ‘home industry’ Venture-nya ada di Jerman.
Kepada kami, Didi memang tidak banyak bercerita tentang profilnya, tetapi banyak bercerita tentang konsep apa yang dibawa oleh Venture-nya. Berikut petikan pertemuan kami dengannya.
AL : Bagaimana dahulu seorang “Didi” muda mulai suka audio?
D : Sejak muda saya senang musik. Dan disekolah pun sudah gemar merakit-rakit power lalu speaker. Jadi DIY-lah. Soalnya ayah saya yang memang cinta musik, sudah punya Pionner tabung dan pre amp kala itu. Saat saya lalu bekerja disebuah perusahaan research, perangkat audio dirumah memang sudah lengkap, tetapi jika tidak ada pekerjaan, saya coba-coba membuat amplifier di lab kantor untuk lalu dipakai dirumah.
AL : Apa sudah bertemu dengan pehobi audio muda seperti anda kala itu?
D : Iya ada. Setelah berhenti kerja, saya bertemu teman-teman lama dan mereka suka audio. Kami sering jalan-jalan ke toko audio di Jakarta. Kami lihat, kok audio tidak ada perubahan. Salesman audio kala itu kalau menjajakan barangnya banyak yang bilang bassnya hebat nih, suara tingginya hebat. Wah, kita kan ingin dengar musik. Tetapi saat mencoba kok suara tidak karu-karuan. Akhirnya ada ide mengapa kita tidak pasarkan produk impor di sini dengan mencari yang bagus? Ini tahun 86. Saya cari tidak dapat juga. Lalu akhirnya bikin sendiri.
AL : Adakan sebuah konsep atau ide yang ditemukan saat itu?
D : Salah satu idenya adalah phase correction di crossover.
AL : lalu mulai ke arah serius membuat?
D : Ya. Suatu kali saya berkunjung ke sebuah DIY shop dan dikasih pinjam boks dan speaker. Waktu itu saya seperti diujicoba bagaimana membuat speaker dari boks ini. Kebetulan saya memiliki pengalaman saat kuliah di Frankfurt, mengambil ilmu Fisika yakni di ilmu psikoakustik, dimana waktu itu saya pernah belajar akustik dan mengambil spesialisasi superkonduktor. Superkonduktor ini adalah suatu material dimana pada suhu tertentu resistannya bisa zero. Lalu saya coba-coba mendisain speaker secara lebih serius. Bikin dan hitung, melihat buku teori dengan akustik juga.
AL : Lalu singkatnya, anda mulai tertarik ke membisniskan speaker ya.
D : Ya.
AL : Dan anda pilih merk Venture. Mengapa memilih nama ini?
D : Venture saya pilih karena nama ini adalah suatu venture dari saya. “I Venture” maksudnya.
AL : Mengapa kemudian keterusan, dan hingga kini lebih serius membuat speaker?
D : Karena ini interesan dan bidang permutasinya tidak terhingga. Saya terakhir memilih dynamic speaker. Jika dynamic ini kan saya bisa kontrol. Kita bisa pilih aneka bahan, polypropyenle foam, plastic, paper dan lain-lain. Bahkan ada yang memakai bambu, kulit udang dan lain lain. Di tweeter ada dome, inverted dome, soft dome, ribbon, atau EMT seperti yang saya pakai.
AL : Apa karakter yang sangat kuat di speaker Venture ?
D : Karakter live performance. Ini yang saya selalu tekankan di produk saya. Venture didesain untuk bisa dinikmati oleh semua selera musik. Musik itu kan sebuah art, dan punya live performace satisfaction. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem yang saat dipakai mendengarkan rekaman, kita akan melihat live music, melihat emosi sang artis yang ditranslate dan mau diberikan kepada kita. Maka, menciptakan sistem harus natural dan memberikan live performance satisfaction kepada kita. Apapaun musiknya.
AL : Apa yang anda utamakan saat membuat speaker?
D : Yang saya utamakan dari sini adalah paling sedikit tonal balance harus benar. Disini kita bisa dapatkan low signal tonal balance. Yang paling penting bagi saya adalah energi tonal balance. Musik itu kan suatu frekuensi yang kompleks. Ada dynamic, microdynamic dan lain lain. Dari sini maka kita perlu energy tonal balance. Karena yang dikeluarkan speaker itu kan sebenarnya energy akustik. Jadi energy balancenya harus benar. Jika mendadak transien datang dan energi tonal balancenya tidak sama, misalnya karena tweeternya kompres, akan membuat tonal balance tidak benar. Maka kita tidak akan bisa menciptakan live performance karena terlalu banyak distorsi.
Jangan dilupakan soal matching. Jadi koheren dulu, kita kontrol, karena brainnya di crossover dalam membuat speaker. Baik single driver atau apapun juga, bila crossovernya benar dan bisa dikontrol, kita akan bisa menciptakan at least sebuah speaker yang koheren. Lalu drivernya perlu memiliki karakter tersendiri. Dari sinilah kita bisa memilih driver mana. Tetapi pemilihan driver juga penting.karena bila kita misalnya pakai polypropylene foam, kita bisa bikin speaker dynamic.
AL : Sekarang, Venture sudah menjadi home industry ya.
D : Bukan, ini small industry di Jerman. Ini karena yang kita kejar tentunya kualitas.
AL : Apa ukuran dalam membuat jumlah speaker sekali berproduksi ?
D : Big industry kan lebih sesuai untuk yang mass production. Produksinya bisa 10 ribu piece. Jika kita buatnya per-batch. Ini sistem ban berjalan. Untuk ukuran size tertentu kita bikin misalnya sekaligus 10 pair. Itu satu batch. Karena speaker saya bila anda lihat itu kayak miror image. Jadi spt orang bikin pakaian. Ada pola yang berbeda-beda. Satu batch bisa dikerjakan dalam 6 minggu.
AL : Beberapa model Venture tidak diproduksi lagi, mengapa?
D : Ini berkaitan dengan kebebasan berkreasi. Beberapa speaker buatan saya ini (yang tidak diproduksi lagi) ini memakai driver dari luar, yang available dan the best on the market. Nah sekarang kan saya sudah mendesain semua driver speaker saya sendiri. Parameter saya lebih bebas. Kalau yang awal tadi kan saya terikat dengan parameter pembuatnya. Maka kebebasannya lebih tinggi.
AL : Dalam hal harga, apa harga Venture, seperti mungkin sama seperti produk high end lainnya, terkesan overpriced?
D : High end terkesan mahal, ini kan hanya efeknya. Sebetulnya yang dicari itu kan adalah the climate of quality, untuk mencapai live performance. Untuk mencapai hal ini maka kualitasnya harus very high. Maka ini menyebabkan bahan yang dipilih pun harus berkualitas tinggi. Dan itu tidak murah, jadi terpaksa harganya jadi mahal. Tetapi bukan maksudnya high end itu harus mahal. Ini adalah efek mencari kualitas.
AL : Selain speaker, anda ternyata membuat pula power transistor. Mengapa tidak tabung? Apa plus minus tabung dan transistor menurut anda?
D : Tabung dan transistor sama-sama oke. Kalau desainnya benar, it doesn’t matter, mau pakai yang mana. Yang penting musicality value-nya. Ini tergantung desainernya. Jika anda mendesain solid state bisa very musical maka dia akan menyamai tabung. Begitupun sebaliknya. Tabung itu kan punya keterbatasan di output impedance-nya yang sangat tinggi. Maka untuk mendesain yang sempurna, tabung itu menurut saya lebih susah. Belum lagi banyak handicapnya seperti harus menggunakan transformer. Ada memang desain OTL tetapi ada masalahnya sendiri karena output impedansinya tinggi, sehingga dia punya kontrol, koreksi dan lain-lain sehingga hasilnya kadang tidak terlalu stabil. Solid state juga punya handicap, desainernya harus hati hati karena ini bukan suatu linier device.