Ada koleksi baru McIntosh kami jumpai di galeri desound Melawai. Kali ini adalah pre amplifier tabung yang digabung dengan power amplifier solid state yang dikemas di dalam satu sasis, yakni integrated amplifier MA 252. Karena menyatukan ‘dua dunia’ berbeda inilah boleh kita sebut dia dengan sistem hybrid. Inilah model hybrid lain McIntosh selain MC 901 dan model MA 352.
Desainnya bergaya retro, khususnya di setengah bagian bawah, dengan sasis stainless steel, yang kesannya sama seperti bila kita melihat amplifier amplifier topnya McIntosh, misalnya amplifier tabung MC 275. Ada sebuah modul yang membopong sebuah display besar yang menghadap ke depan dengan memakai iluminasi warna biru dan hijau dari merk McIntosh ini. Mengenai warna di tabung ini, saat pertama kali digunakan, yakni saat pemanasan tabung, perlu sekitar 6 detik untuk mencapai temperatur tertentu dimana tabung lalu berwarna hijau. Ini artinya siap digunakan.
Konsepnya menganut desain analog, dengan dilengkapi 2 input unbalanced, 1 balanced dan 1 input phono Moving Magnet untuk terhubung ke pemutar turntable. Disini McIntosh mendisainkan beberapa fasilitasnya agar mudah dalam pemakaiannya. Misalnya, di semua 4 input yang ada, pengguna bisa memberikan nama tertentu yang lebih disukai/akrab dengannya, agar mempermudah dalam mengontrol nantinya. Ada tone control untuk bass dan treble untuk membantu tuning musik sesuai selera. Ada juga keluaran untuk subwoofer, yang berguna bila pengguna ingin memakai sebuah subwoofer aktif, untuk lebih menampilkan bass yang lebih (kencang).
Jangan sampai Jingga
Di sistem pre amplifier tabung, MA 252 bermain di 100 watt 8 ohm. Sedangkan di solid state, di 160 watt di 4 ohm. Di sisi preamplifier, dia membopong 4 tabung, terdiri dari dua tabung 12AX7a dan dua 12AT7. Di sisi output stage, tampillah amplifier solid state direct couple yang mengalirkan power berkekuatan 100 watt perchannel di speaker 8 ohm atau 160 watt perchannel di speaker 4 ohm. Ini tentu kabar baik karena kebanyakan speaker speaker kini main di 4 ohm. Seorang peninjau audio kami baca pernah mengatakan bahwa banyak speaker menghasilkan sekitar 89 dB SPL pada 1 meter, sehingga 160 Watt akan menghasilkan sekitar 111 dB pada 1 meter, atau sekitar 100 dB di area dengar. Menurutnya, ini sudah cukup kencang untuk sebagian besar penikmat musik. Ingin kencang lagi? Bisa saja. Tetapi jangan sampai cahaya tabung di MA 252 menyala berwarna jingga (orange). Jika sudah menyala demikian, cepat cepatlah turunkan volume. Ini berarti levelnya sudah terlalu tinggi.
Teknologi
Ada beberapa teknologi McIntosh melekat di MA 252. Ada Sentry Monitor, High Drive headphone amplifier dan Monogrammed Heatsinks. Yang terakhir ini menghubungkan heatsink ke transistor output high current dimana transistor transistor ini memberikan pemanasan saat break in amplifier sehingga MA252 berada di kondisi operasi ideal.
Juga ada teknologi paten Power Guard yang memonitor sinyal output sehingga pengguna dapat segera mengetahui bila ada kejadian seperti overdriving, serta dapat melakukan penyetelan mikro yang real time ke sinyal input, untuk mencegah terjadinya suara yang harsh/klipping, yang nantinya bisa saja membahayakan speaker. Jika Power Guard diaktifkan, kedua tabung yang terhubung ke channel audio terkait akan menampilkan warna. Dan akan kembali ke warna normalnya (hijau) ketika klipping telah teratasi.
Suaranya memang menggabungkan segenap kelebihan tabung di satu sisi, dan kelebihan transistor di sisi lain. Maka kami merasa cukup memilih dua koleksi album dari dua gaya berbeda. Satu, album Laura Fygi, The Best of Eternal Flame – untuk melihat seberapa manis menampilkan vocal. Lalu album Lee Ritenour’s 6 String Theory. Sebuah album yang juga menampilkan tamu, Slash: George Benson, B.B King : Taj Mahal, Keb Mo dan Vince Gill. Sistem pendukung saat itu di de’sound Melawai adalah : speaker Sonus Faber Sonetto VIII, kabel van den hull serta pemutar SACD/CD McIntosh MCD 550.
Dengan menyatukan dua ‘dunia’ berbeda, tabung dan analog, McIntosh rasanya memang ingin agar segenap kelebihan di dunia itu bisa ditampilkan oleh unitnya ini. Dan saat memutar Laura Fygi, terasalah bagaimana dua romantisma tadi berpadu. Di album ini vokal tampil open, dengan soundstage yang juga open dan punya clarity. Suara Laura nikmat dan ramah di telinga. Sibilansnya renyah bahkan menjadi satu kenikmatan tersendiri.
Juga di album Lee Ritenour, yang menampilkan sebuah gaya bermusik yang nikmat untuk didengarkan berlama lama. Ada kesan hangat di satu sisi, dan emosional dalam bernyanyi dan memainkan instrumen di album lainnya. Dan di banyak sajian rekaman ini, ada kombinasi suara dengan detil dan frekuensi tinggi yang impresif. Tampilannya punya musikalitas tersendiri, dan ini seakan menyatukan peselera analog dan digital .
Inilah kelebihan yang kami tangkap di kedua album tadi. Dan memang ada sejumlah kelebihan secara fisik di MA 252.
Yang kembali ingin kami utarakan disini adalah seperti adanya fasilitas yang cukup komplit, seperti disebut tadi, input balanced/unbalanced, input phono, output subwoofer, tone control, serta output headphone.
Jika anda ingin system audio yang kompak, bisa mewakili bagusnya rekaman analog (dari turntable) dan juga dari pemutar CD/CD transport – MA 252 bolehlah jadi pilihan utama.
Jadi, buat apa punya dua system berbeda, satu analog dan satunya digital, kalau keduanya bisa disatukan di unit ini.