kontak

Ada beberapa hal menarik ketika kami berkunjung ke rumah Iwan Ariawan, di pertengahan Maret l2021 lalu. Sistemnya kali ini banyak terlihat berubah, dibandingkan saat kami datangi sekitar setahun lalu. Jauh lebih improve dan beraneka. Dia termasuk salah satu pemain yang serius di tidak saja portable, tetapi juga streaming. Bahkan Dia katakan Streaming bisa dibuat bagus.  Saya tanyakan kenapa? Apa anggapan banyak orang kini demikian jelek?

Nah, mari kita intip sistem pak Iwan. Kita lihat dari jauh dulu ya semuanya.Kita lihat komponen yang sekarang Iwan punya. Ini merupakan bentuk bagaimana Iwan memperhatikan betul banyak hal di streaming, khususnya kelistrikan.

  1. Grounding (foto 2) dan switch serta clock (foto 3), yang digunakan misalnya untuk mengatasi risiko hum
Foto 2 Grounding

2.Ada switch yang bolehlah disebut audiophile grade (foto 3 A) dengan clock dan power supply dari clock ini. Difoto 3B  terlihat EtherRegen switch plus eternal OCXO clock  + ada LPSU + ground. Difoto ini memang terlihat before (foto 3A) and after (foto 3B) kunjungan kami.   Di foto 3B terlihat Iwan memakai kabel  optic yag ternyata menurutnya Suara lebih bersih, dan backgroundnya lebih black.

Foto 3 A switch dan clock serta power untuk clock

Ada lagi foto konverter foto 3C) yang bertugas mengkonversi sinyal dari  ethernet ke fiber optic, buat koneksi dari modem ke EtherRegen.

 

Foto 3B ketika switch memakai kabel optik
Foto 3C konverter tambahan. Alat pengkonversi dari ethernet ke fiber optik buat koneksi dari mode ke EtherRegen

Digantikannya kabel ke kabel optik ini merupakan salah satu  yang dikatakan Iwan sebagai bentuk realisasi dari  apa  yang belum kesampaian.  Ini merupakan ide dari seorang temannya yang menyarankannya untuk memakai optic kabel (bukan kabel optic DAC)  yang terpasang di sakelar audiophile. Maka Iwan pun memakai kabel network optic (bukan kabel ethernet biasa). Mengapa ingin diganti?

“Karena katanya kalau ethernet itu fungsinya persis seperti antenna radio (RF) dimana frekuensi lain bisa masuk. Teman saya kebetulan ingin mengirimkannya dan saya bilang   coba saja.  jadi dengan pakai optic, nanti dia punya converter yang mengubah ke optic.  Sakelarnya sendiri sudah menyediakan input optic”kata Iwan.

  1. Disamping foto clock, ada foto power untuk Cloud dan untuk Switch

4. Di bagian tengah, kami saksikan ada satu rak yang membopong masing masing sebuah server, dan dibawahnya ada power supply linier dan dibawahnya ada power plant dari PS Audio seperti terlihat di gambar di bawah ini.

Dari atas : Server, power supply linier dan power PS Audio

Ini adalah server  DIY(dibuat hopengnya Iwan). Temannya ini membeli motherboard dari aneka merk, seperti Asus dan lain lain dan melakukan eksperimen. Tak peduli kalaupun kemudian banyak yang gagal (bangkainya banyak, kata iwan). Tujuannya apa? Demi mendapatkan sebuah server yang bagus untuk streaming. Nah, ini adalah hasil risetnya yang kemudian digunakan Iwan. Ini juga bentuk kepedulian Iwan akan listrik yang timing mainnya pas.  Motherboardnya seingat saya kata pak Iwan  dari merk Gigabyte. Prosesornya Intel i7. Nah Yang khusus itu casingnya. Didalam kotak ini ada power supply yang kelasnya termasuk kelas audiophile.   Yang khusus  dari server ini adalah adanya network card nya dan usb card.

Foto dibawah ini adalah tampak dalam dari server:

Isi tubuh server
  1. Untuk keperluan Network card dan usb card, powernya tidak diambil dari unit server ini melainkan dari sebuah linier power supply (lihat gambar atas, perangkat yang ditengah). Mengapa mengambilnya dari unit terpisah? Karena iwan takut tercampur dengan listrik untuk fungsi yang lainnya.    Dia ambil dari linier power supply ini. Nah di dalamnya ini  isinya ada 3 power/3 trafo, yakni masing masing : Satu buat streamer, satu buat usb cardnya, satu lagi buat cardnya network card).  Jadi keluarnya ada 3 : yakni yang 19 volt dan 5 volt dua buah.
  2. Ada lagi yang unik dari sistem streaming Iwan. Kami sebut unik karena baru kali ini kali dengar istilah DDC di streaming. Disini ada dua kotak alat, masing masing adalah DDC dan DAC. (gambar 7).
Foto 7 Denafrips DDC dan DAC

DDC  ini kalau mau dikatakan salah satu fungsinya adalah untuk mensplit sinyal. Menurut Iwan, idenya DDC itu dulu dari PS Audio.  PS Audio yang pertama kali mempopulerkan DDC.   Nah DDC Denafrips ini dimasukkan oleh Kenkraft Labs dan kabarnya ini adalah seri topnya Denafrips.

  1. Ada lagi yang namanya power monoblok. Wah streaming juga main power monoblok. Boleh dikatakan, power blok ini ada juga karena adanya rasa penasaran dari Iwan. Menurutnya jarang orang yang memakai monoblok utk koneksi ke headphone. (Gambar 8)
Foto 8, Power monoblok

8.Lalu ada pula headphone amplifier. (gambar 9)

Ada headphone amplifier Manley yang terhubung (dari colokan di belakangnya) ke headphone. Headphone amp ini berat. Headphone amp ini hanya Iwan yang punya di Indonesia. Iwan sempat berkisah bagaimana dahulu dia  kepincut denga alat ini saat mencobanya di sebuah pameran di Singapore.

  1. Headphone

Iwan punya banyak headphone. Salah satunya adalah beberapa headphone yang masing masing mewakili karakter musik tertentu. Ada Abyss yang karakternya  teknikal. Ada lagi yang  terlalu nyaman utk lama lama mendengar.  Ada Abyss, ada Veritage.  Ada. Ada yang kami coba, dia lebih ke detail, tegas dan timing main yang enak.  Ada yang terkesan lebih kepada intimacy dan kedekatan. Jadi tiap headphonenya bisa dikatakan mewakili mood Iwan di saat tertentu. Kala ingin menikmati musik yang mengalun, atau ingin yang dinamis, atau ingin yang teknikal.

Tiga model headphone Iwan, mewakili mood yang beda beda

10. Sepasang speaker monitor dan display

Dan akhirnya, Iwan memakai monitor dan sepasang speaker untuk sambil kerja dengerin musik disini. Ini adalah ruang kerja pak iwan.  Kami coba beberapa lagu, dan dari format beda, misalnya, kami dengarkan lagu DSD 512.

Sempat mengobrol tentang bagaimana kesan suara format lain seperti DSD 64 yang sama seperti SACD.  Nah, Iwan ini termasuk seorang  file hunter. Lagu hi res tentu.  Menarik disini, kami mengetahui bagaimana Iwan mencari  masteringnya pakai apa(mungkin sama seperti yang dilakukan mr Ationg). Dia hanya beli DSD 512 kalau dia masteringnya di DSD

Iwan Ariawan(kanan) bersama WhatHiFi? Indonesia

Iwan memperhatikan betul saat ingin membeli lagu, misalnya, dia akan memperhatikan apakah formatnya merupakan hasil upsampling atau downsampling (ini tentunya tips juga untuk kita, bagaimana kita menaikkan performa audio streaming dengan memilih rekaman yang benar.  Iwan lebih suka yang upsampling. Suka juga yang DSD 512. Hanya saja  DAC yang bisa main di DSD 512 itu jarang.  Iwan lalu memperlihatkan situs dimana dia sering membeli lagu. Dia suka penyedia lagu ini  karena disitu dijelaskan riwayat filenya. Bahkan sampai kepada Teknik rekamannya dikasih tahu. Cuma memang lagunya aneh aneh dan banyak yang kita belum pernah dengar, termasuk klasik. Kualitas rekamannya bagus bagus dan kita perlu pilih mana yang kita suka. Lagunya bisa ditest samplenya, dan dikasi tahu bila ada yang best seller.

Iwan mengandalkan juga Roon utk mendengarkan lagunya ini secara streaming

Inilah aneka perangkat yang membuktikan betapa sangat seriusnya Iwan menikmati kebolehan streaming audio untuk menemaninya kala bekerja dan santai di rumah.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here