kontak

Whathifi.id – Andrew Jones kini menjadi salah satu masternya ELAC, sebuah merk asal Jerman. Dan lahirlah kemudian model-model yang merupakan cerminan buah pikirnya, seperti Navis ARB 51 ini. Walau ini aktif, tetapi bayangan kejayaan speaker pasif masih saja terngiang di telinganya. Tak heran bila dia menyediakan juga fasilitas untuk anda memakai speaker ini sebagai speaker pasif.

Andrew Jones bergabung di Elac pada tahun 2015 lalu dengan jabatan Vice-President of Engineering. Dia mendisain speaker  Elac yang bermain di kelas low end hingga mid end. Hingga dua-tiga tahun lalu, Jones hanya membuat speaker pasif. Baru di tahun 2018, Elac merilis seri speaker aktif Navis, juga model stand mount, yakni ARB-51 yang kami uji disini, serta sebuah floorstander speaker bernama ARF-51.

Aktif yang pasif

Menurut Hendranata dari Tasindo Audio – pemegang merk Elac di Indonesia, walau aktif, konsepnya dari awal pasif, dimana Andrew tak mengandalkan – alias tak memakai DSP (Digital Sound Processor). Ini tentu beda dengan speaker-speaker aktif kini. Mengapa Andrew beralasan demikian, ternyata karena menganggap kalau kita berinvestasi di speaker ini, nantinya kalau perangkat di sistem kita (yang terhubung ke speaker ini) ingin kita upgrade, kita tak perlu khawatir kalau DSP justru akan menghambat peningkatan suara. Ini beda dengan speaker yang ada DSP di dalamnya (sebut saja seperti speaker aktif pesaing di kelasnya, KEF LSX), dimana speaker ini akan menggantungkan diri kepada DSP itu. Dan nantinya kalaupun anda ingin untuk mencoba memakai kabel, dan tak memakai fungsi nirkabel yang ada di ARB51, bisa saja – bahkan suaranya tak kalah enaknya. Maka Andrew menyebut speaker ini sebagai speaker hifi. Maksudnya benar-benar analog, dengan tidak ada DSP di dalamnya. Jadi membuat speaker pasif dahulu, baru memasukkan amplifier ke dalamnya.

Ini adalah speaker aktif 3 way dengan tweeter soft dome concentric 1”, driver mid 4” aluminum dan woofer 5 ¼” aluminum. Bermain di area frekuensi 44 Hz – 28 kHz. Memakai driver concentric. Ini semua benar-benar speaker pasif.

Di dalam Navis ada ampli Tri Amp Pure Analog yang dilengkapi tiga ampli terpisah untuk tiap drivernya, yakni 160 Watt (untuk woofer), 100 Watt untuk mid dan 40 Watt untuk tweeter. Totalnya 300 Watt, dan semuanya memakai Bash amplifier.

Amplifier BASH (Bridged Amplifier Switching Hybrid) menggunakan keluaran berkelas AB, tetapi didrive oleh input stage switching yang secara dinamis menyesuaikan tegangan power supply terhadap level signal. Akibatnya, amplifier ini tak banyak menyebabkan / meneruskan panas, ketimbang amplifier kelas AB pada umumnya. Maka, dia butuh heatsink besar. Menurut Jones sendiri, amplifier-amplifier BASH dalam hal efisiensi, nyaris sama dengan ampli kelas D dan dalam hal linieritas, sama dengan kelas AB.

Di inputnya ada balanced XLR, RCA dan wireless AirX2, yang bila digunakan dengan transmitter nirkabel Discovery Connect dari ELAC, bisa kita gunakan bermain streaming Discovery, Spotify Connect, Bluetooth, AirPlay dan ROON. Pilihan finishingnya, ada Wireless Gloss Black, Gloss White, Gloss Ebony Emara.

Ada input RCA untuk koneksi ke pre amp/AVR. Input XLR bila pre amp kita punya output XLR balanced. Sakelar input (Input Switch) untuk memilih input, apakah RCA, XLR, atau Wireless. Dia punya sakelar LF EQ, untuk mensetting output mid sesuai selera. Sakelar HF EQ untuk menyesuaikan output frekuensi tinggi sesuai selera. HP Filter, dimana sakelarnya digunakan untuk memungkinkan speaker ini memakai filter high pass. Sakelar ini bermanfaat bila anda memakai subwoofer. Speaker ini juga punya penyesuaian gain (Gain Adjustment) untuk menyesuaikan input gain kiri dari speaker. Untuk memasangkan (pairing) speaker ini dengan sebuah transmitter AirX2 – ada tombol pair. Kami juga melihat ada lampu LED Wireless. Lampu ini akan menyala saat digunakan ketika proses pairing dengan sebuah transmitter AirX2.

Dengan memakai sistem streaming dari Elac, bernama Discovery, kami lalu mengakses lagu dari Spotify, seperti In The Cage (Genesis live), lalu banyak lagu dari album Chesky Records – The Ultimate Demonstration Disc, seperti tracknya Rebeca Pidgeon, Spanish Harlem, lagu Grandma’s Hand dan lain-lain. Speaker diletakkan pada jarak sekitar 1 meter dari dinding belakang, di ruang audio berakustik yang ada diruang dengar kami di Kawasan Mal Belleza, Jakarta Selatan. Yang kami sukai dari speaker seharga 33jutaan rupiah ini adalah pada tampilannya ekpansif dengan bass yang impresif dan bobot serta tampil transparan. Bermain di bawah dia termasuk hebat. Jangan lupa juga, anda bisa menyetel output bass walau terbatas. Bila bassnya kurang punchy, bisa anda mainkan sakelar LF EQ, misalnya di 0db. Transiennya gesit dan punya attack. Tetapi dia merasa tak perlu mengekspose nada-nada secara berlebihan. Main natural saja, aman. Vokalnya tampil dengan artikulasi jelas. Speaker ini sanggup menampilkan nuansa dengan ambiens yang energik dari powernya yang 300 watt per channel ini, dan syukurnya, yang tersaji dan familiar dan tidak kasar di telinga.ARB 51 menjadi pesaing tangguh speaker speaker aktif dari merk lain bahkan yang datang dari Inggris seperti Linn, Naim, Meridian, Nytech, Arcam dan ARC. Inilah buah karya gemilang Andrew Jones yang sebelumnya pernah menjadi desainer topnya KEF dan TAD dalam membuat speaker aktif nirkabel berukuran kecil tetapi bersuara besar dan presisi.

Info :  0812 3520 123

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here