
whathifi.id – Whathifi baru kedatangan speaker 5.1 channel dari Yamaha, terdiri dari sepasang speaker front floorstanding NS-F150 dan NS F-160(floorstanding, kami gunakan untuk speaker surround belakang). Lalu NS P-150 berupa paket berisi speaker bookshelf, yakni sepasang speaker depan dan satu speaker center. Ada NS-SW100 (subwoofer aktif). Bersamaan dengan kehadirannya, datang pula AV receiver new entry-nya Yamaha, AVR HT 2071. Di harga 3.9 juta rupiah, ini menjadi salah satu yang menarik untuk anda yang ingin mulai memiliki home theatre.
Memilih ruang

Karena ini adalah home theatre, maka kami boyong saja kerumah, karena dia didesain memang untuk di rumah. Kami pilihkan ruang tidur karena dari beberapa ruangan di rumah, ruang inilah yang rupanya paling pas, khususnya dengan dimensinya, dan tidak banyak furniture atau barang lain disitu. Alasan lain, agar tidak mengganggu tetangga saat kami geber, khususnya di subwoofernya, saat menayangkan film action. Ini karena NS-SW100 sangat cukup untuk bisa menghebohkan ruangan kamar ini. Ruangan kamar ini juga potensial karena di dua sisinya, berbatasan langsung dengan ruang tamu dan ruang makan. Sisi depannya adalah kamar mandi, yang kemudian merupakan tembok pemisah dengan tetangga. Sisi lainnya berbatasan dengan beranda belakang rumah, yang kemudian adalah area luar rumah dari sisi belakang. Alasan lain, biar lebih private, tidak mengganggu atau diganggu anggota keluarga lain yang kebetulan tidak tengah ingin menonton. Jadi memang ini merupakan ruang yang paling pas.
Menyiapkan Sistem

Walaupun tidak ada fasilitas mengkalibrasi di model AVR ini, tetapi ada yang namanya AV Setup Guide. Ini adalah aplikasi yang memudahkan saat menyiapkan AV receiver, dan membantu koneksi kabel antara AV receiver dan perangkat sumber. Dia bisa sebagai pemandu misalnya dalam hal koneksi speaker, TV dan koneksi perangkat sumber dan penetapan power amp. Ilustrasi sistem dan gambar penerima AV yang sebenarnya membantu Anda memahami cara membuat koneksi antar perangkat, untuk pengaturan sistem yang lebih cepat. Ini tersedia dalam berbagai bahasa. Dirancang untuk tablet iOS dan Android.
Kelas new Entry
Mari lihat profil masing masing speaker dan amplifier ini. Ada NS-F160. Ini adalah speaker floorstanding dengan dua woofer 16 cm dan satu tweeter dome 1.4cm balanced(2-way bass-reflex floorstanding).

Yang menarik, koneksinya sudah bi wiring gold plated, dan di desain panel sisi sisinya dibuat mengarah ke bentuk rounded. Dia dilengkapi stand yang sudah integrated dan kami kami rasakan cukup padat untuk bisa menopang boks speaker dengan kuat. Stand inilah yang membuatnya lumayan berat(19 kilogram), walau anda mungkin bisa membopongnya sendiri. Daya masuknya di 50 -300 watt dan punya efisiensi di 87 dB menurut catatan Yamaha. Dengan spek seperti ini, untuk ruangan 4 x 6 meter, cukup ideal tentu.
NS-P150 adalah paket speaker bookshelf terdiri dua speaker stereo (untuk speaker depan, side surround atau surround) dan satu speaker center untuk fungsi dialog di film. Ini menarik bila memang kami ingin jadikan dia side surround, karena speaker depan dan belakang sudah ada. Center dan side surround belum ada.

Tinggal melihat apakah AVR ini bisa memainkan side surround. Sayangnya tidak bisa, dia main di 5.1 channel. Ini adalah speaker 2 way dengan panel sisi yang rounded.Speaker centernya punya dua woofer berkonus 8 cm dan satu tweeter balanced dome 1.4cm. Begitu pun dengan surroundnya. Menariknya, speaker ini bisa diletakkan di meja atau digantung di tembok.
Di subwoofer, NS-SW100 yang memakai woofer 10 inch(25cm), dimana ada sejumlah hasil buah pikir Yamaha di dalamnya, seperti dalam hal performa bass, ada yang namanya teknologi YST II (Yamaha Active Servo Techology) lalu Twisted Flare Port dengan sirkuit amp discrete yang diklaim punya bass yang tidak saja jernih tetapi juga tight. Bobotnya ada di 12 kilogram. Masih bisa penulis angkat sendirian.

Ini termasuk subwoofer aktif, yang juga perlu aliran listrik masuk ke dalamnya untuk amplifiernya. Menariknya, ada kontrol volume rotary, jadi kita bisa mengatur bagaimana level bass sesuai selera. Kami lebih suka memasang di arah jam 2, karena terasa alami saja. Lebih dari itu, memang lebih seram seperti kala kami saksikan ledakan di laboratorium di film James Bond 007 No Time To Die. Lebih dari itu, di ruangan kamar kami, bass terasa gendut. Pilihan level average ini juga dapat lebih membuat tetangga tidak terganggu.Perhatikan rambatan bass yang menyebar (omnidirectional) yang bisa saja mengganggu lingkungan sekitar ruang theatre anda.
AVR HT 2071
Di amplifier, ini pernah kami sukai saat menjumpainya di sebuah toko di Mangga Dua mall. Dengan harga 3.9 juta saja, kita sudah dapatkan AVR yang sudah bermain di 4K ! Dia sudah mendukung standar HDMI terbaru hingga saat artikel ini kami tulis.
Dengan kesanggupannya memainkan transmisi video 4K pada pass-through 60 frame per detik, maka kita bisa nikmati video definisi tinggi 4K tanpa degradasi. AVR ini kami lihat telah memenuhi standar perlindungan hak cipta HDCP2.2 untuk transmisi video 4K. Tak kalah menarik lagi, dia juga mendukung Video HDR (High Dynamic Range). Dalam uraian beberapa review tentang pemutar video yang sudah HDR, rata-rata mengatakan tampilan detail gambar yang lebih besar untuk bagian gelap dan terang dari suatu gambar. Selain itu, mendukung gamut warna yang lebih luas dari pass-through BT.2020. Dan jika anda punya kacamata 3D serta tampilan display yang juga sudah bisa 3D, plus punya film 3D, pakai saja AVR ini, karrena dia kompatibel dengan 3D.Nonton film 3D. Fitur tambahannya, ada Audio Return Channel dan CEC untuk pengoperasian yang mudah.
Ini adalah AVR 5.1 channel yang sudah mengemas format suara DTS Digital Surround, Dolby Audio, compressed music enhancer, Cinema DSP Digital dan Eco Mode(biar 20% lebih hemat konsumsi powernya). Dilengkapi DLA (Dialogue Level Adjustment) untuk suara yang balance antara dialog dan vokal. Untuk surround sound yang lebih hidup, Yamaha mengemas fitur Virtual Cinema Front.
Player 4K Samsung
Samsung memang sudah tidak mengeluarkan lagi pemutar Blu-ray 4K-nya, dan yang kami miliki ini termasuk model model barunya Samsung, UBD M-8500. Ini adalah pemutar 4K dengan HDR dan built in Wifi serta fitur Smart Blu-ray. Di suara, Samsung mengklaim kualiasnya sudah main di 192 kHz/24 bit tanpa downsampling. Pemutar ini sudah main di format surround 7.1 channel.
Pengujian
Menguji stereo dengan multichannel, kami pikir punya satu kesamaan tujuan dalam mencari yang ideal itu, yakni sama sama ingin mendapatkan sebuah keseimbangan yang baik (di stereo, diistilahkan dengan tonal balance). Jangan sampai sebuah bass yang besar ukurannya, menenggelamkan dialog atau suara tembakan di latar, walau tergambar di layar, penembaknya berada pada jarak yang jauh. Dan khusus home theatre, faktor kedua adalah mendapatkan efek atau impact tonton, sehingga yang nonton ikut terlibat di film. Merasakan nuansa kegetiran, kesedihan, kengerian, kegembiraan atau kegemingan, di adegan, yang didukung oleh performa soundtrack yang baik.
Kami putar adegan awal film Blu-ray James Bond 007, No Time To Die, dan ini merupakan film 007 terakhirnya Daniel Craig. Daniel ditemani oleh Léa Seydoux, Ana de Armas, Lashana Lynch, Rami Malek dan Ralph Fiennes yang mengingatkan kita akan seorang jendral jahat di film Schlinder List.
Ada yang menarik sebelum kami tonton dengan melihat kavernya. Film berdurasi 163 menit ini disutradarai Joji Fukunaga dan digarap di Universal Studios/MGM, 2021, dengan dikemas dalam Dolby Vision dan HDR 10. Sedangkan audionya di format Dolby Atmos dengan TrueHD 7.1 core. Punya aspect ratio di 2.39 : 1.
Untuk mengurus soundtracknya, dipercayakan ke Hans Zimmer yang kabarnya menggeser peran composer film 007 sebelumnya, Dan Romer, tepat tiga bulan sebelum film ini dirilis. Ada nama Simon Hayes and Paul Massey, yang dianggap sebagai maestro suara, mengerjakan tata suara No Time To Die ini.
Di banyak adegan film, seperti di babak pertama selesai percintaan Bond, banyak menayangkan adegan yang mengekspose suara.
Di sini kami coba setel volume dari sub NS-SW 100 dan akhirnya kami pilih di posisi jarum jam 2. Seorang teman, Alfred Febian, yang memiliki sebuah toko audio pernah mengatakan satu hal menarik tentang subwoofer ini. Menurutnya, ASW-100 dayanya optimal kalau digunakan untuk musik dan film. Ada sedikit keterbatasan produk ini danmode phase-nya menurutnya.
“Saya pakai dua di showroom agar ada mode bs untuk movie sama buat musik. Ini karena settingan Hz dan gainnya juga beda untuk movie dan musik”kata Alfred. Kami dihadapkan kepada dimana tempat yang lebih baik untuk posisi peletakkan subwoofer ini. Sempat terpikir, akan meletakannya di pojokan agak menjauhi dinding sekaligus dekat speaker depan, atau disamping kursi duduk. Ini dipercaya banyak orang sebagai dua pilihan posisi ‘cantik’ agar tampilan bassnya lebih extend, ketimbang bila di tengah depan. Akhirnya pilihlah di pojokan ruang.
Kami sendiri senang sistem ini sanggup mengekspose banyak adegan yang dapat menguras rasa emosi tonton, tak terkecuali di soundtracknya, termasuk di opening credit soundtrack Gun Barrel. Begitu pun track selanjutnya, Matera, Message From an Old Friend, Square Escape dan Someone Was Here.
Di Message Fron an Old Friend, benar benar kita diajak masuk ke film ini dengan kengeriannya. Khusus untuk yang Gun Barrel kabarnya dinyanyikan oleh bintang pop Billie Eilish, di usianya yang 18 tahun, dan tercatat sebagai penyanyi termuda Amerika Serikat yang dalam sejarah pernah menulis dan merekam suaranya untuk theme song James Bond. Kita ingat, dua film terakhir sebelumnya dari James Bond, dinyanyikan oleh Adele, Skyfall dan Sam Smith, Writing’s On The Wall, dimana keduanya berhasil menyabet piala Oscar.
Sayangnya, kesan suara Dolby Atmos yang sudah terkemas di film ini tak bisa kami nikmati karena AVR-nya yang memang belum Dolby Atmos. Lumrahlah, untuk AVR seharga hanya 3.9 jutaan rupiah. Akan tetapi yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana keterlibatan tonton, dari adegan dengan suara biasa hingga yang agresif.
Film ini termasuk kaya akan suspense, dan menantang speaker untuk menyajikan efek surround dengan smooth dan subwoofer untuk bagaimana memainkan depth dan punchy. Untuk ukuran speaker floorstanding depan ini, dia cukup mampu menyajikan kesan suara dinamik dengan bass yang deep dan kesan main di suara atas yang tidak tajam. Memainkan musik dengan kecepatan penuh termasuk suara yang keras, dengan ritmenya, mudah dinikmati. Tampilan bassline yang terbuka. Dialog yang diungkapkan oleh speaker center Yamaha ini pun cukup jelas walau ada kesan sedikit berkabut. Dialog tentu jadi hal utama yang diperhatikan oleh sang director seperti Joji Fukunaga ini. Dialog yang jelas dapat membantu kami merasakan emosi tonton.
Inilah kesan kami saat khusus menikmati film 007 No Time to Die ini di sistem full Yamaha, didukung oleh sebuah player Ultra HD 4K Samsung. Ungkapan akan bagaimana kesan suaranya tentu saja untuk ukuran sebuah film yang berada di kelas new entry seperti speaker, sub dan AVR-nya Yamaha ini. Sebelumnya, kami pernah menikmati sistem full set Yamaha tetapi dengan kelas yang diatas sistem ini, misalnya dengan AVR RX A2 dan RX-A8A. Keduanya lebih dapat menampilkan bobot punch dan weight, dengan suara yang terasa tidak kompresif khususnya saat menyajikan musik dan adegan dramatis yang mengekspose frekuensi bawah. Dan tentu saja mengingat tingkat power yang dimiliki, sistem kelas mid dan atas(flagship)nya Yamaha tentu lebih direkomendasikan untuk ruangan berukuran besar.