kontak

whathifi.id –  Kuan Wee Hong yang menjabat sebagai Audiophile Business Development manager sekaligus senior product manager dari Sonova Consumer Hearing Singapore – buka-bukaan tentang bagaimana Sennheiser meracik headphone terbarunya, Momentum 4 Wireless dan Momentum True Wireless 3 di  gedung Sumber Berkat Group, tempat PT Inti Omega Teknikindo berada (24/8/22).

Di acara bertajuk Press Launch Sennheiser Momentum True Wireless 3 & Momentum 4 Wireless ini  Mr. Hong mengungkap apa saja keunggulan  Sennheiser dalam membuat headphone yang inovatif, misalnya dengan membuat baterei yang super tahan lama – bisa tancap gas terus  selama 60 jam. Dia mengandaikan bila digunakan untuk teman seperjalanan kala bolak-balik Jakarta ke New York pun, batereinya masih cukup padat isinya. Bila hitungan jamnya sekitar 25 jam perjalanan sekali jalan, tentu masih ada sekitar 10 jam sisanya.

Saat Kuan Wee Hong menyampaikan paparannya tentang Momentum 4 Wireless

Di kesempatan ini, juga sempat diadakan peresmian kerjasama  antara Sennheiser dan PT Inti Omega Teknikindo sebagai distributor tunggal produk consumer Sennheiser di Indonesia. Perusahaan ini berada di bawah naungan PT Inti Megah Swara (IMS Indonesia).

Mengupas Momentum 4

Kali ini Sennheiser melipatgandakan kekuatan batereinya, dari yang 30 jam menjadi 60 jam. Ini memang super fantastis, apalagi Mr. Hong mengatakan bahwa untuk headphone dengan Active Noise Cancelling, model ini masih yang terkuat sedunia. Bayangkan kalaupun kita pakai terus menerus menikmati musik sepanjang hari, dengan perkiraan satu harinya sekitar 4-6 jam katakanlah. Sekitar 10 hari baru menipis batereinya. Ini menarik, khususnya bila kita ajak model ini travelling, bahkan bila ke tempat yang tanpa listrik sekalipun misalnya untuk hiking.

Saat kami menguji singkat Momentum 4 Wireless dengan album live show Genesis When in Rome 2007 di track In The Cage. Walau sanggup main beringas, tetapi tetap halus, tidak pressing. Dia tampil musikal

Lamanya ini tentu tergantung juga apakah kita memakai wireless atau kabel, dan juga seberapa keras volume yang kita mainkan, serta apakah kita selalu menggunakan fitur Active Noise Cancellingnya atau tidak. Tetapi betapapun, kemampuan ini sungguh amazing (pingin juga kami mereviewnya bila memungkinkan). Coba saja bandingkan dengan model pesaingnya sekelas yang sama sama main di Active Noise Cancelling  seperti Sony WH-100XM4 dan XM5, yang kemampuannya main di 30 jam, atau model Bose Quite Comfort 45 yang di 24-30 jam. Sekedar anda ketahui juga, selain bisa secara nirkabel(wireless), kita juga bisa pakai dia dengan kabel yang disediakan (2.5mm hingga 3.5mm) atau via USB-C ke USB-C (yang ini tak disediakan).Kalau dengan kabel, tentu baterei jadi lebih awet lagi (sebagian penikmat musik, ada yang mengaku lebih suka bila memakai kabel ketimbang nirkabel. Sebagian pernah mengakui kepada kami, kabel menurut mereka suaranya lebih detil dan analog.

Bagaimana Sennheiser bisa berbuat ’60 jam’ tadi? Apakah dengan secara pintar mengimplementasikan amplifiernya?  Menurut Hong sendiri, inilah salah satu dampak plus dari Sennheiser yang membuat aneka komponen, seperti transducer dari headphone ini di pabriknya sendiri (in house) yang kata Hong ada di Irlandia. Sennheiser tidak memesan dari pabrikan lain. Dengan membuat sendiri maka lebih bisa memperhatikan soal ‘durable’nya, juga kualitas suaranya dan lain lain, termasuk juga baterei dan lain lain yang dikatakan Hong bisa dibuat berpenampilan  ‘magic’.

Diluar baterei tadi, model Momentumnya Sennheiser sendiri dikenal sebagai headphone over ear nirkabel yang tidak saja menawarkan kemampuan sonik yang mengesankan tetapi juga didesain sedap dipandang dengan gaya klasik dan memakai material yang berbeda, misalnya di model ini memakai bahan silicon untuk headbandnya yang membuat pemakai tidak terasa tertekan kepalanya.

Keistimewaan lain adalah adanya  Hybrid Active Noise Cancellation. Ini adalah teknologi yang menawarkan ‘dimensi adaptif’ yang terus menerus dapat memonitor lingkungan tempat kita memakai headphone ini dan secara otomatis menyesuaikan dirinya terhadap ambien noise di sekitar kita, untuk kemudian menyediakan semacam penekanan terhadap noise tadi. Menariknya, berkat teknologi ini kita bisa mengatur keinginan sendiri seberapa besar level noise cancellation yang ingin kita tampilkan saat mendengar musik. Ini tentu tak kalah menarik. Sempat terbayangkan suatu pertanyaan, apakah dengan demikian kita bisa  mendudukan headphone ini sebagai headphone multifungsi – bisa sebagai headphone open back atau lebih kepada closed back? Ini mungkin makna yang terkandung di kata ‘hybrid’ diatas. Kita sebelumnya pernah mendengar istilah  hybrid active noise cancelling. Disini mikrofon ditempatkan pada kedua sisi earcup. Mikrofon di bagian luar (Feedforward) dan mikrofon di bagian dalam mengumpulkan suara yang berbeda, tetapi data dikirim ke pengontrol peredam bising yang sama.

Untuk mendukung juga baterei yang lama dengan pemakaian lama tadi, maka model ini juga didesain agar nyaman digunakan berjam-jam baik di dalam maupun luar rumah. Ada 2 mic di dua sisinya untuk mereduksi suara luar. Bahkan misalkan saat berolahraga, langkah kaki kita bisa saja dibuat agar tak kedengar, membuat kita masih bisa menikmati beat dan tempo lagu saat olahraga. Dan untuk dipakai berkomunikasi misalnya untuk konferensi, suaranya dikatakan jernih. Dilengkapi Triple Audio input sehingga bisa digunakan secara nirkabel misalnya saat menikmati YouTube.

Di model Sennheiser ini kata Hong,  kita dapat menggunakan multi touch control yakni dengan memakai dua jari kita untuk kita letakkan di earpad lalu saling menjauhkan kedua jari (men-zoom in)  untuk  menaikkan level noise cancellation atau mendekatkan kedua jari (zoom out) untuk mengurangi level noise cancellation sehingga kita bisa kian mendengar suara dari luar. Suara luar kadang kita masih butuhkan, misalkan saat berada di ruang lounge bandara, dimana kita tetap awas akan pengumuman kapan kita perlu bersiap boarding.Didukung pula dengan aneka fungsi lain, seperti fungsi otomatis yang akan langsung menonaktifkan headphone saat tak aktif selama 15 menit.

Headband  Momentum 4  menerapkan  konsep desain terbaru Sennheiser yang membuat beban dari headphone saat digunakan tersebar merata, dan memakai bahan silikon sehingga headband ini bukan saja empuk tetapi tidak akan menekan  kepala (ini dengan mengamati bagaimana  kontur kepala orang berbeda-beda). Menurut Hong, disini kita tak akan merasa tengah memakai headphone. “It release the pressure from the center of the head”kata Hong.

Beberapa model dari Momentum 4 (yang terdiri dari beberapa varian) ini dilepas dengan harga 5.69 juta Rupiah, dan dalam pengoperasiannya kita juga dapat memakai aplikasi yang bisa diunduh di Playstore.

Jika menilik jeroannya, dia ini punya prosesor yang menggunakan chipset Analog Audio Converters, dan tentu kita bisa berpanjang cerita bila mengobrol tentang converter  ini. Inilah beberapa diantara banyak keunggulan model Momentum 4 ini seperti diceritakan oleh Mr. Hong. Dengan banyak kelebihan diatas, Hong sampai mengatakan “Momentum wireless 4  is a headphone that covers all you need”.

Momentum True Wireless 3.

Sebelumnya, Mr. Hong  juga menjelaskan profil model True Wireless 3 dari Sennheiser.  Menurutnya, ini adalah model dengan suara khas Sennheiser dengan teknologi Aptx. Memakai dua mikrofon untuk mendengarkan audio di luar dimana dia sanggup mengukur tingkat kekerasan suara (dinyatakan dalam : dB atau decibel) diluar headphone, lalu mengeluarkan gelombang negatifnya untuk mengurangi audio dari luar sistem. Dia memakai Noise Canceling Adaptif. Dukungan di sisi Adaptif ini memberikannya audio dengan resolusi  tinggi audio  di 24 bit 96 kHz.

Dalam hal urusan baterei, dia tahan main selama 7 jam  di earbud. Case-nya mencas melalui USB-C. Jika 10 menit saja anda cas dia, bisa untuk dipakai selama 1 jam.

Hal menarik lain dari earbud seharga 4.59 juta Rupiah ini adalah, dia telah dinaikkan dukungan codec Bluetoothnya dari yang tadinya aptX ke AptX Adaptive yang lebih baru. Ini artinya transmisi (terkompresi) dari file musik yang sekualitas 24 bit ditampilkan dengan latency lebih rendah.

Menyadari bahwa tidak semua telinga sama, Sennheiser mengembangkan fitur personalisasi untuk model generasi ketiganya ini. Bila banyak headphone nirkabel, apa pun jenisnya, menawarkan semacam setting EQ untuk pemakainya mengubah balance nada sesuai  keinginan mereka, Momentum True Wireless 3 bekerja lebih keras untuk membuat setting suara dengan mudah dan menunya lebih mudah diakses, misalnya dengan menggunakan aplikasi Sennheiser Smart Control. Dengan aplikasi ini pengguna dapat memilih menu ‘Sound Check’ yang meminta pemakai untuk memilih suara pilihan – A, B atau C – dalam tiga contoh untuk mengukur balance sesuai selera. Pada akhirnya, pemakai memiliki ‘profil’ yang mereka inginkan.

Pemakai juga dapat membuat ‘Sound Zone’ yang memungkinkannya dapat memilih settingan EQ dan tingkat isolasi kebisingan yang diinginkannya saat memasuki atau meninggalkan area dengan radius tertentu. Bisa juga mengeset menu Momentum untuk secara otomatis menerapkan profil suara yang lebih ngebass saat  memasuki ruang tertentu misalnya saat di ruang gym, atau untuk langsung mengaktifkan noise cancelling  saat akan  meninggalkan rumah. Headphone kemudian akan kembali ke keadaan normal saat kembali ke rumah.

Inilah profil singkat dari kedua model Sennheiser yang baru saja dirilis di pasar.  Di event ini, kami sempat bertanya kepada Hong, apakah kedua model Sennheiser ini ideal juga bila digunakan untuk studio rekaman (mungkin mixing atau mastering). Menurutnya, bisa saja jika memang sesuai dengan preferensi studio tersebut. Lebih dari itu, Sennheiser menurutnya mendisain keduanya ini untuk penggunaan sehari-hari (consumer), tetapi kualitas transdusernya  sangat baik sehingga bisa saja baik bila digunakan di studio, hanya saja untuk mendapatkan sisi flatnya suara, tentu kurang ideal.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here