Whathifi.id – Pernahkah saat beribadah, anda mendengar seorang pemuka agama yang berdakwah/berhomily atu berkotbah suaranya kurang jelas terdengar, padahal suaranya sudah cukup keras tetapi tidak jelas apa yang dikatakannya? Jadinya, kita kurang bisa menangkap apa pesan yang dia sampaikan dan akhirnya ada perasaan kecewa karena pesan rohani yang disampaikan tidak sampai ke hati anda.
Penulis juga pernah, ketika suatu kali berkesempatan mendengar sebuah khotbah seorang pemuka agama. Duduknya tidak jauh dari mimbar dia berdiri. Tetapi herannya, beberapa kata bahkan kalimat darinya, tidak tertangkap. Jadi ‘tadi bicara apa’ ya, pikir penulis. Tetapi, minggu selanjutnya duduk di kursi yang agak ke belakang, justru lebih jelas. Inteligibility atau kejelasan suara, menjadi satu topic menarik tentu untuk kita bahas disini selain hal lain, misalnya tentang suara yang terasa tajam.
Suatu kali ada cerita, dimana salah seorang installer senior dari PT Esa Sinergi Selaras Indonesia (ESSI) yang saat libur lebaran tahun 2021, ketika mendengar dakwah di Masjid An-Nur tempat dia biasa berdoa di kampungnya di Purbalingga, merasakan hal demikian. Dia bawa masalah ini ke perusahaan tempatnya bekerja, dan PT ESSI yang memang bergerak dalam jasa dan konsultan serta integrator tata suara, lighting dan interior akustik pun terpanggil untuk memberikan solusi perbaikan kualitas suara. Masjid seluas 8 x 8 x 5 meter ini. Ini adalah masjid dengan kapasitas kurang lebih seratusan jamaah.
Terkait sumber suara, seperti Masjid pada umumnya, ada sepasang speaker di depan yang melayani suara untuk area shalat pria dan wanita di belakangnya yang dipisahkan oleh lembaran kain. Di sisi luar, ada 4 unit speaker horn TOA. Anda bisa lihat gambarannya pada video berikut ini.
Di tampilan awal video, terlihat kondisi awal (eksisting) dimana diterangkan daftar perangkat awalnya. Di sini ada sepasang speaker hitam di kedua pojok. Secara akustik, posisi ini kurang ideal bila dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap tampilan kualitas suara.
Di tampilan berikutnya adalah kondisi setelah ditreatment suara oleh PT ESSI, dimana speaker yang hitam tadi diganti dengan speaker lain yang ukurannya lebih kecil (lihat speaker warna putih pada foto di bawah ini), yang ditempatkan lebih ke tengah, mendekati area Ruang Imam, tepat di belakang dia berdiri saat berceramah.
Setelah menyampaikan usulan perbaikan kepada Pihak Masjid dan lalu disetujui, mulailah tim PT ESSI melihat ruangan dan juga alat yang digunakan. Untuk ruang, karena faktor budget memang tak ada treatment seperti di keakustikannya. Sedangkan dari sisi perangkat, ada perubahan berupa penggantian alat karena tidak sesuai peruntukannya. Penggantian alat ini juga sekaligus untuk meminimalisir efek akustik ruangan yang kurang mendukung tampilan suara. Yang diganti adalah sepasang speaker yang ada di dalam, juga mic dan amplifier yang diyakini terlalu rendah spesifikasinya. Begitu juga dengan kabelnya.
“Di sisi keakustikan, ruangan masjid ini menyimpan permasalahan tersendiri yakni cenderung gaung. Maka, diupayakanlah, misalnya dengan mencari penempatan speaker yang pas untuk juga dapat meminimalkan dampak buruk dari akustik ruang”kata Handy Widjaya dari PT ESSI.
Menurut Handy, suara di sini tidak jelas, ada beberapa penyebabnya.
Satu, spesifikasi speaker kurang mumpuni, dimana bila level suaranya dikencangkan sesuai kekerasan yang dibutuhkan saat Ibadah, akan terjadi distorsi, suara menjadi pecah atau sember. Sembernya suara ini tentu mengganggu kejelasan suara. Kedua, penempatan speakernya yang kurang pas yakni di pojok. Di posisi ini justru akan meningkatkan efek pantulan dan gaung ruangan, dan menurunkan kejelasan suara. Ketiga, ada masalah impedansi, dimana speakernya yang low impedance dikawinkan dengan power mixer yang high impedance. Otomatis ini akan membuat suara buyar. Hal ini kian ditambah lagi dengan spek mikrofon yang rendah. Maka keduanya pun diganti.
Lebih lengkap, perangkat yang diganti adalah pengganti adalah : Amplifier Bosch Plena 120, mikrofon kabel Shure SM58, dan mic gooseneck Audio Technica AT U853R, juga wireless mic Samson CR7UHF. Dua main speaker Niles OS5.3, kabel speaker Canare 259F dan kabel interkonek Mogami 2806.
Mic lama diganti mic baru, Shure 58 (untuk yang handheld). Sedangkan yang menempel, dipakailah Audio Technica yang digunakan oleh untuk imam dalam memimpin sholat. Kualitasnya lebih baik. Tak heran harganya memang lebih mahal.Tetapi di dunia audio profesional memang demikian, spesifikasi dipercaya berbanding lurus dengan harga. Spesifikasi bagus, harganya tentu (lebih) mahal.
PT ESSI juga mengerjakan instalasi kabel dengan pemilihan kabel dan asesori yang memiliki spesifikasi standar untuk instalasi Masjid, dan diupayakan agar perawatannya mudah. Speaker yang di indoor pun diposisikan pada titik tertentu untuk memaksimalkan sebaran suara, setting audio dengan pas sehingga tidak terjadi feedback. Seperti terlihat di video, saat dites dengan merekam suara di titik terbelakang, suara masih terdengar dengan jelas.
Setelah treatment ini, kini suara Imam dapat terdengar jelas sehingga semua pesan pesan rohaninya bisa tersampaikan ke umatnya. Semua umat, termasuk wanita yang berada di area belakang, mendengar dengan jelas. Disinilah pentingnya memperhatikan penempatan yang optimal bagi sound system di rumah ibadah, perlu diperhatikan dengan baik agar suara tampil dengan jelas, tidak melelahkan atau menyakitkan telinga pendengarnya, khususnya karena terkait erat dengan sisi keakustikan ruang. Disamping itu butuh perangkat audio professional yang punya spesifikasi baik, tergantung apa yang ingin dicapai sesuai besaran budgetnya.
Berapa harga untuk semuanya, termasuk biaya jasa untuk treatmen masjid ini? Ternyata hanya sekitar 25 hingga 28 juta Rupiah ! Murah tentu. Apakah budget harga sebesar ini bisa diterapkan PT ESSI untuk ruang ibadah lainnya yang kira-kira seukurannya? Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Ini karena setiap Masjid itu punya kekhasan masing-masing. Tiap ruang menyimpan spesifikasi sendiri yang tentu saling berlainan permasalahan, baik di keakustikannya, budgetnya, apa yang ingin dicapai dalam penataan suara khususnya. Dan yang tak kalah penting, lokasi masjid ini berada di sebuah perkampungan sederhana. Besar kemungkinan, budgetnya sangat terbatas. Maka PT ESSI tentu menawarkan yang masih bisa digapai dengan budget itu. Jadi disini kita bicara kepantasan. Disini, Handy dan timnya pun tak melakukan pengukuran karena untuk itu tentu memerlukan biaya lagi.
Inilah salah satu proyek dari PT ESSI yang kami yakin ada beberapa hal menarik, walau nilai transaksinya tidak besar.
(gt)