kontak

whathifi.id –Beberapa produsen pemutar video ada yang menghentikan laju produksi Bluray player 4K-nya. Sebut saja nama Samsung, LGSony, dan Panasonic.. Oppo  menyatakan berhenti memproduksi pemutar ini di April 2018 sementara Samsung di sekitar 2-3 tahun lalu mengkonfirmasi tidak akan lagi membuat pemutar Blu-ray atau 4K Blu-ray. Raksasa Korea Selatan ini terakhir mengumumkan pemutar disknya saat  pameran CES 2017 dan sejak saat itu diam dalam kategori ini, alih-alih berfokus pada TV dan smartphone.Sebagian pemain lain tetap lanjut, seperti Pioneer dan Reavon.

Walau sudah menstop produksinya, tetapi di internet masih saja beredar toko yang menjajakan player ini, sebut saja seperti Oppo BDP-83 yang dijual di 5.8 juta rupiah, hingga yang mahal, Oppo UDP 203 di 67.6 jutaan rupiah (klik :iprice.co.id).

Oppo UDP 205

Dapur WhatHiFi Indonesia kedatangan tiga pemutar Blu-ray 4K di pertengahan Oktober 2022 ini. Mereka datang dari tiga negeri berbeda. Satu Jepang, yang diwakili oleh Pioneer UDP LX800. Lalu Eropa,diwakili Reavon UBR X200, dan Cina(Tiongkok), diwakili Oppo UDP 205.

Reavon UBR X200

Ada yang lebih menarik bila mengamati sisi dalam (jeroan)nya.Masing masing mengklaim unitnya dipersenjatai DAC dengan chip unggulan. Oppo punya dua DAC ES9038Pro (flagshipnya seri ESS Pro), satunya untuk stereo, lainnya untuk audio 7.1 channel analog. Dengan chip ini, dikatakan Oppo, suaranya jadi punya clarity dan soundstage bagus. Pioneer dan Reavon pun punya chip andalan mereka juga.

Pioneer UDP LX800

Format Audio

Mari bicara sejenak tentang kapabilitas audio di pemutar ini. Ada yang telak-telak bilang, ini adalah pemutar untuk audiophile dan videophile, seperti yang diklaim Reavon. Ada yang bilang playernya ini sudah Roon Ready seperti yang dikatakan Oppo (Roon ini adalah software yang mengatur dan menjelajah musik kita via internet). Sementara Pioneer lebih asik dengan kata ‘player reference flagship’ di modelnya ini.  Kesamaannya, tentu saja mereka sudah bermain di format surround  terkini bila memang software film yang mereka telan juga telah dibentuk dengan format suara surround demikian. Oppo misalnya, yang sudah Dolby TrueHD dan DTS-HD Master Audio, serta dikatakan sudah dapat bermain imersif dengan format audio seperti Dolby Atmos dan DTS:X. Reavon pun demikian, bahkan dia dikatakan sudah Dolby Vision-Atmos, 4K HDR, dan memainkan Super Audio CD. DP-LX800 Pioneer sudah HDR10, Dolby Vision.  Ya, kemampuan Dolby Vision sedang menjadi tren untuk sebuah player 4K Blu-ray, dan seakan sudah menjadi bahasa dagangnya untuk player ini bisa kian dihormati di pasar.

Walau tidak sedalam pengamatan kami terhadap kualitas suara, kami amati ada karakter yang cenderung menyolok pada masing masing pemutar ini.

Konstruksi

Poin ini kami rasa menarik, yakni tentang bagaimana mereka menyikapi soal keakustikan perangkat, seperti misalnya dalam mensiasati pengaruh getaran, baik dari dalam maupun luar unit. Ini karena sebuah pemutar video tak akan bebas dariimbas kerja perangkat lain  seperti dari speaker dengan getarannya, apalagi bila ada subwoofer. Dibuatlah konsep peredaman misalnya di bagian yang melakukan  pembacaan disc optiknya, juga bawah sasisnya. Struktur sasisnya dibuat tidak saja stabil, tetapi juga lebih kokoh dan membuat image suara terkesan diam.

Di sisi ini, Pioneer UDP LX 800  dibuat dengan konstruksi sangat rigid dengan panel atas dari logam besi dan panel sisinya dari aluminium. Begitu pun di sisi bawah,  memakai plat besi untuk membuatnya lebih tahan terhadap getaran, dengan juga mempertimbangkan faktor gravitasi di sisi tengahnya. Ada mekanisma honeycomb di drive-nya, juga damper akustik di tray dengan konsep anti vibrasi. Strukturnya dibuat floating.

Reavon UBR X200 punya sasis dengan base setipis 1.6mm yang dipadu dengan sebuah plat besi setipis 3mm di bawah basenya yang rigid untuk meminimalisir noise dari mekanik di optikal. Konsep ini dipercaya Reavon dapat mengurangi getaran agar optimal keluaran suaranya. Inilah model konstruksi  rigid yang dipercaya Reavon dapat menaikkan kualits ratio S/N di audio dan video.

Oppo punya konsep struktur yang dinamakannya Reiforced Chassis Structure yang pada intinya mengisolir bodi unit dari getaran di bagian luar, dengan memakai panel depan dari aluminium yang dipadu sasis logam. Sasis berlapis ganda ini diyakininya membuat unit bisa lebih rigid dan tahan getaran.

Urusan Trafo

Nah, ini juga tak kalah penting. Banyak orang memang kurang memandang penting  peran transformator atau trafo. Padahal, dialah yang mengatur ‘aliran darah’ alias arus listrik dalam player. Ada gangguan sedikit saja, pengaruhnya besar. Ada yang bilang bahkan bahwa  trafo  adalah  jantungnya pemutar. Listrik yang bagus tentu sangat berpengaruh dalam sebuah tampilan suara dan gambar yang bagus. Ada yang percaya akan trafo toroidal. Kenapa? Trafo seperti ini dikenal punya noise rendah dan sangat rendah terpengaruh interferensi elektromagnetik. Disini distorsi dan penurunan sinyal audionya rendah, sehingga suara bisa dipercaya bersih dan akurat. Maka ketiganya memilih untuk memakai trafo toroidal ini.

Di trafonya, Pioneer punya trafo berkapasitas besar dengan kapasitor elektrolit custom. Sedangkan UBR-X200 juga digerakkan trafo toroidal. Dan akhirnya Oppo pun demikian, dimana dia punya catu daya terpisah untuk sirkuit digital dan analog – untuk mengeliminir interferensi yang merugikan.

Format Gambar

Akhirnya masuklah kita masuk kepada sisi gambar/video. Dan inilah yang memang menjadi pokok perhatian kami di uji banding kali ini, dimana kami hanya memutar film Blu-ray Ultra HD 4K  Ocean’s 8.

Ini adalah film keluaran 2018 yang dibintangi Sandra Bullock, Cate Blanchett, Anne Hathaway, Mindy Kaling dan  Sarah Paulson. Untuk suara, kami memakai speaker in wall Elac stereo IW-VJ63L  dan subwoofer Pearl Sub Cabasse, sedangkan TVnya adalah TV 4K 85 inch dari Polytron, PLD-85UV5903.

Kami sengaja membeli judul film ini sebanyak 3 buah. Tiga judul  yang sama ini lalu kami putar serempak masing-masing di ketiga unit pemutar ini. Di satu dua scene yang sama, kami putar bagaimana masing masing pemutar menampilkan gambarnya.

Secara umum, ini adalah pemutar yang sama-sama memainkan  format Ultra HD Blu-ray, dengan resolusi sangat tinggi  – empat kalinya resolusi Full HD 1080p. Ada yang sudah dilengkapi teknologi Dolby Vision yang dikenal pintar menyajikan kualitas gambar HDR(High Dynamic Range) dari film yang memang telah HDR. Dengan adanya HDR, gambar dipercaya tampil lebih  menawan dalam hal warna, kontras dan brightness dibandingkan dengan yang non HDR.  Film Ocean 8 ini sudah Dolby Vision HDR.

Ketiga pemutar ini  punya kesanggupan sama dalam memutar aneka rupa disc dan format untuk videonya. Hanya saja ada yang bisa memainkan DVD audio  dan SACD, ada yang tidak.  Sebut saja misalnya UBR-X200 Reavon, memainkan  Blu-ray, Blu-ray 3D, DVD, CD, SACD, juga file audio seperti  FLAC, AIFF, DFF, DSF. Video lain, MKV dan M2TS.  Untuk gambar, bisa JPG dan Tiff. Tetapi  tidak memainkan DVD Audio.

Mari Putar ketiganya

Mari kita putar.lalu di satu scene/adegan tertentu. Di track  pertama, adegan awal saat Debbie (Sandra Bullock) sesaat akan menikmati udara segar setelah menjalani 5 tahun masa penjaranya akibat kasus perampokan.

Kami tertarik mengamati  kostum penjara (yang oranye itu), lalu tentang bagaimana pucatnya wajah Debbie (terlihat lebih tua, memperlihatkan keriputnya, dengan tanpa kosmetik di wajahnya). Di scene berikutnya, terlihatlah wajah kusamnya sudah berganti cerah. Ada peningkatan kualitas gambar dengan melihat saat Debbie mengobrol di café atau berjalan di sebuah koridor. Kami melihat gaun yang dikenakan Debbie ini  memang mengesankan pakaian bermerek mahal. Film ini bisa digunakan untuk melihat betapa  Dolby Vision  dapat mengapresiasi rentang warna film. Warna tertentu cenderung kuat, seperti vodka yang dituang dari botolnya, benar-benar disajikan dengan alami. Dan di sepanjang scene awal ini, ada banyak adegan yang menyiratkan reproduksi warna mencolok dengan cerah dan matang.

Kami beranjak di tayangan pada kisaran menit ke 15. Disini terpukau juga dengan sajian kontras hitam dan putih yang disajikan Pioneer, seperti yang diperlihatkan pada tangga dan lantai, bunga,kostum, dan nuansa temaramnya café dan lain-lain.  Pemutar Pioneer UDP LX 800 seharga  28.5 juta Rupiah (di Tokopedia) yang mendukung Dolby Vision dan HDR 10 ini  menarik dalam kemampuannya melakukan nendering dengan detil sekali.  Dia tak terlalu banyak noise dan artefak.

Oppo UDP-205 yang seharga 51.5 juta Rupiah (di iPrice.co.id) ini dikatakan sebagai UHD player pertama yang menawarkan Dolby Vision, dimana Dolby Vision ini tersedia di disk  untuk memainkan konten HDR 10.Color rangenya lebar dan menghasilkan gambar yang alami. Dia sudah punya format HDR 10 dan menyediakan konversi dari HDR ke SDR untuk display yang masih lama lama. Gambar punchy dan detil.

Reavon UBR X200 (29 juta Rupiah – Tokopedia) yang mendukung HDR10 dan  SACD tetapi tidak DVD Audio ini ambarnya punchy dan detil. Dia menyajikan beberapa kekontrasan yang menawan dengan warna hitam lebih pekat dan kesan kedalaman tiga dimensi yang lebih terasa. Reavon menyajikan hal hal diatas dengan kesan rasa yang sama seperti yang mirip Oppo. Dari beberapa scene, . Secara keseluruhan di scene awal dan tengah, kami amati  ini adalah film yang tampak hebat yang dibuat lebih menyenangkan dalam 4K dengan Dolby Vision.

Ya, kami banyak menikmati kekuatan repro warna kostum pemain, detil objek seperti helaian rambut, kadar hitam di setting gelap atau temaram, kekontrasan, detil wajah, kehalusan objek. Dari sini  ada sedikit beda. Dan secara keseluruhan, di mata kami Oppo terasa lebih baik di detil dan claritynya ketimbang Pioneer. Di kostum, oppo lebih soft, Reavon lebih tegas, sementara Pioneer cenderung teduh tetapi terasa lebih deep. Sejak dari scene awal tadi kami sukai di tampilan gambarnya punya kesan dinamika. Di ketiganya, levelling hitamnya terasakan sama. Sama dengan Reavon, tetapi Reavon lebih tegas, dan tajam.

Kami simpulkan, dalam hal warna, Oppo punya noise, secara keseluruan lebih jernih dan lebih imersif.  Pioneer kami sukai dalam caranya yang lebih konsisten dalam menyajikan kesan sinematiknya.  Reavon lebih kami sukai dalam keseimbangan warna dan kenaturalannya. Juga di warna dan kontrasnya dalam memainkan disc Blu-ray 4K Ocean 8 ini.

Coba Upscaling

Kami putar film 2K berjudul sama (Ocean’s 8) bergantian di tiga pemutar ini. Dalam hal upscaling, Pioneer lebih terkesan halus tetapi cenderung warnanya terkesan artifisial, sedangkan Reavon lebih seimbang warnanya dan noisenya kecil, dan Oppo lebih cenderung ke tajam dan terang..

Dibandingkan dengan yang native 4K, tampilan gambar hasil upscaling pemutar ini warnanya terkesan kurang alami/terasa diberi gincu dan kurang matang. Tetapi untuk sebuah gambar 2K, termasuk menarik apalagi bila dilihat pada layar 85 inchi seperti ini. Ya, bila tidak melihat pembandingnya dengan yang true 4K, tentu saja film 2K ini terasa sudah menarik. Repro helaian rambut si Debbie misalnya,  cukup detil walau tidak setegas yang 4K. Gambar 2K ini mengalami dua kali upscaling, tetapi agaknya walau lebih terasa detilnya malah membuat objek seperti paras wajah, terlihat sedikit pucat –  jika kita mau membandingkan dengan yang 4K.

Akhirnya, apa yang tersaji ini adalah sebuah model perangkat menonton film ‘kekinian’. TV yang sudah 4K dengan ukuran besar. Sebuah pemutar Blu-ray 4K yang dilengkapi beberapa teknologi gambar terkini seperti HDR 10, HDR 10+ atau Dolby Vision. Juga film Blu-ray 4K yang sudah dilengkapi HDR di dalamnya.  Dengan  HDR, tampilan gambar tidak saja dinamik, tetapi juga  lebih kaya dan lebih alami warnanya pada TV Polytron ini.

Ini adalah serangkaian perangkat dimana kita perlu investasi demi menyegarkan hiburan di dalam rumah. Dan jika diminta untuk memilih mana, kami lebih menyukai Reavon UBR X200, karena karakternya yang membawakan warna dengan seimbang, dan dalam tingkat harganya yang lebih murah ketimbang Oppo.

Begitupun saat melakukan upscaling film 2K, walau kesannya nyaris sama dengan Oppo, upscalingnya   terasa sedikit lebih baik. Warna sajiannya lebih adem dan terasa utuh, tidak terasa blur atau lowres. Detilnya lebih kentara. Pilihan kedua, jatuh kepada Oppo.

 

 

 

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here