whathifi.id – NDH 30 memperlihatkan dirinya sebagai sebuah headphone open back yang diklaim desainernya sebagai headphone untuk studio. Dan jika anda setuju dengan pendapat kami setelah mencoba model seharga 10.5 jutaan Rupiah ini – yang condong ke karakter alami, apa adanya – tanpa memberikan gincu kepada rekaman, maka tercapailah tujuan dari desainer ini.
Di websitenya, en-de.neumann.com/ndh-30, dikatakan bahwa model ini dikembangkan dengan tujuan untuk menampilkan suara yang bisa dianggap sebagai suara reference dari sebuah set up studio monitornya Neumann, yang dikalibrasi melalui MA 1 ( klik : https://en-de.neumann.com/ma-1) dalam bentuk headphone yang portabel.
Desain seperti ini memungkinkan udara melewati ear cup dari bagian belakang driver speaker. Artinya, dia tak terlalu ambil pusing dengan resonansi atau bass yang muncul karenanya. Saat kami dengarkan, NDH 30 jauh akan bersuara alami dan jelas saat tidak ada noise disekitar kami. Di sisi lain, ketika kami lepaskan dari kepala, suaranya terdengar. Maka memang, headphone ini lebih pas bila digunakan di rumah atau di ruang lain yang tidak berisik, misalnya di studio rekaman, dimana kita perlu dapat mendengar isi sebuah rekaman suara secara kritis(mengamati detil detilnya),. Kondisi seperti ini tentu diperlukan misalkan oleh seorang sound engineer saat melakukan mixing dan mastering. Apakah lalu sebuah headphone berjenis seperti ini (open back) selalu pas untuk aplikasi studio? Apakah tipe lainnya, closed back – kurang pas untuk aplikasi studio?
Kami lebih suka menjawabnya dengan, ‘Tentu tidak’. Mengapa, karena urusan mau didesain untuk studio atau di rumah, itu memang terserah sang pembuat. Mau headphone closed back atau open back, keduanya bisa saja nikmat untuk studio atau di rumah.
Kami pun mengkaji pendapat ini dengan berkunjung ke Beyond The Music, toko khusus audio portable yang berada di Kawasan mal STC Senayan, menemui Niko, manajer toko ini. Kami sepakat, open back cenderung lebih nyaman bila digunakan berlama-lama, sedangkan yang tipe closed back kadang ada model yang terasa panas di telinga jika berlama-lama. Tetapi Niko berpendapat sebaiknya kita tak usah mengkotak-kotakan bahwa open atau closed back lbh pas untuk aplikasi di rumah atau studio. Untuk NDH 30 (setelah dia uji dengar), dia berpendapat, model ini oke juga untuk mastering dan editing, tetapi untuk di rumah juga oke. Karakternya menurutnya balance, warm dan bisa seperti nearfield monitor. Tetapi khusus untuk studio? Menurutnya, kesan dengar orang bisa beraneka, jadi kembali kepada orang yang memakainya. Menurutnya, yang menentukan flat (rata-rata headphone studio, salah satu karakternya dikatakan ‘flat’) tidaknya itu adalah sound engineernya, dan bukan headphonenya.
Open Back
NDH 30 punya earpad bundar besar, dan menutupi seluruh telinga kita. Ya, desainnya open back cirumaural. Sekedar tinjauan kecil kebelakang, sebuah headphone atau headset – khususnya yang over ear – dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe openback dan tipe closedback. Sesuai namanya, tipe openback memang tipe yang mempunyai rongga di bagian shield-nya sehingga suara yang keluar dari driver juga bisa terdengar dari luar.
Mengapa Neumann.Berlin memilih desain ini, bisa kita lihat penjelasannya seperti tertulis di webnya – yang kira kira bisa kami terjemahkan sebagai berikut : Open back lebih memungkinkan untuk membuat driver 38 mm-nya ini bekerja sebagai sebuah acoustic dipole, yang paling memungkinkan untuk bisa tampil dengan transien respon yang cepat, bass yang tampil alami, mid yang non kolorasi dan frekuensi tinggi yang transparan.Dengan kata lain, NDH tidak menghasilkan kolorasi suara, melainkan sinyal 1 : 1.
NDH 30 punya shell berlubang yang memungkinkan lingkungan luar dengan drivernya bereaksi bersama. Ini tentu memungkinkannya untuk bisa ‘bernafas’. Ini membuat suara yang datang dari driver headphone bisa keluar dari headphone, dan sebaliknya juga memungkinkan suara dan noise luar ikut masuk ke telinga pendengar saat memakainya.
Menurut teorinya, desain yang open ini memungkinkan tekanan suara berlebih untuk keluar dari ear cup dan meminimalkan pantulan/gema di dalam cup. Ini pada gilirannya akan meningkatkan kejernihan suara, mengurangi pembentukan frekuensi bass dan melebarkan stereo image.
Besar tetapi portabel
Konstruksinya terlihat kokoh dan sangat presisi, dengan memperhatikan kenyamanan pakai. Dapat dilipat untuk kian mudah disimpan. Headbandnya mudah dilonggar-ketatkan untuk lebih pas dengan kepala kita. Di atas engsel ini ada bahan empuk dari karet yang turut menyamankan kepala bersandar.
Permukaannya terbuat dari aluminium dalam balutan satin silver dengan permukaan logam, memberi NDH 30 sebuah penampilan mahal, dengan suspensi shell satu sisi yang juga terlihat indah. Shell cover NDH 30 terbuat dari logam hitam berlubang dengan struktur seperti sebuah sarang lebah yang mengingatkan pada penutup woofer pada loudspeaker Neumann KH 80 dan KH 120.
Earpad atau bantalan telinganya memiliki diameter lebih besar dari model sebelumnya, NDH 20 dan dibagian dalam dari earpad ini, ada kain oranye sebagai penutup bagian dalam driver/transducer dynamic 38mm-nya, yang kami duga sekedar memberikan aksen visual.
Ini adalah headphone kabel (non wireless), dan Neuman Berlin memberi sebuah kabel RCA sepanjang 3 meter. Panjangnya ini mungkin terkait dengan aplikasinya yang disarankan untuk di studio, dimana akan memungkinkan sang sound engineer lebih nyaman dalam melakukan pergerakan. Bisa juga ini terkait dengan penekanan sinyal interferensi. Karena impedansi rendah (dengan 104 dB SPL untuk 1 Vrms, NDH 30 punya sensitivitas yang terbilang rendah, termasuk impedansinya yang berada di 120 ohm), maka koneksi headphonenya tidak akan terlalu rentan terhadap gangguan. Kabel balance yang dipilih disini tentu punya tujuan sampingan untuk bisa menaikkan bobot separasi channel suaranya.
Jadi suka keroncong
Pertama kali setelah menerima dari Occa Komunikasi Indonesia sebagai agency merk ini, kami cobakan dengan memutar beberapa track file hi-res dari pemutar portabel Astell & Kern SE100. Satu yang terasa darinya yang mempesona adalah bagaimana dia tampil transparan. Jika anda gunakan dia mendengar Kerontjong Moritsko yang dinyanyikan Nuning di Track 1 album XRCD Gesang – Bengawan Solo. Sejenak lupa bahwa kami sedang mendengarkan musik ini melalui headphone, tak ubahnya bila mendengar speaker, speaker terasa menghilang. Di tembang (yang kami duga sengaja diletakkan sebagai lagu pertama album ini karena memang sangat menarik), terasalah bagaimana setiap instrument direpro dengan begitu detilnya sampai-sampai elemen microdynamic-nya dikupas oleh NDH 30. Separasi yang tersimak begitu rapinya, memperlihatkan lokasi dari pemain-pemain musik. Jika anda sebelumnya kurang menyukai genre keroncong, coba saja track ini di ND 30, siapa tahu anda jadi suka. , Tampilan elemen musik latar tampil dengan jelas.. Kita bisa menikmati setiap ‘helaian’ instrumen.
Kesimpulan
NDH 30 didesain bergaya minimalis dengan tidak banyak memakai ornament, tetapi bila dipandangi detil detilnya, memperlhatkan keindahan. Dia nyaman digunakan untuk beberapa jam mendengarkan musik, tanpa terkesan membuat gatal telinga, atau menekan telinga. Inilah desain open back yang membuat udara bisa mengalir di dalam headphone, sehingga telinga seakan bisa bernafas, membuatnya nyaman memakainya(dibandingkan desain yang closed back).. Pada desain closed back, seringkali kami merasa saat mendengarkan musik, suaranya seperti ada “di dalam kepala”. Desain earpad yang besar juga punya peran dalam kenyamanan, sangat berperan disini
Dalam beberapa session dengar, kami dapati karakternya yang lebih condong kepada karakter yang akurat, flat, dengan tampilan panggung yang lebar tetapi depth. Pernah di beberapa kesempatan kami gunakan juga untuk gaming melalui smartphone Samsung Galaxi M51 yang menurut kami bagus dalam reproduksi suara, khususnya bila memakai headset, seperti Strike Force 2 – Perang 1945 dari Playstore. Di telinga dia akrab dan tak terlalu impresif. Suara ledakan tidak sangat besar direro. Dalam hal kualitas suara ini, repronya lebih terkesan akurat di sepanjang bidang frekuensi.
Untuk penggunaan serius, yakni kepada professional kami yakin ada beberapa modal dari NDH 30 ini yang layak dijadikan referensi, seperti di detil resolusinya, juga keakuratan dalam stereo imaging. Dia sanggup diajak bermain cepat, dengan transien respon yang lincah. Inilah rupanya yang membuatnya pas untuk penggunaan seperti mixing dan mastering. Desainnya sendiri mendukung untuk sound designer membuat mixing yang akurat. Karakternya yang natural ini membuat kami seringkali merasa sedang mendengarkan musik melalui speaker stereo rumah. Tampilan panggungnya besar, dan lebih besar ketimbang rata-rata headphone closed back. Juga suaranya lebih airy dan detil. Hanya saja kesan ruang dari model ini kurang terasa, walau sebuah headphone memang tidak sehebat speaker stereo dalam menampilkan kesan ruang.