Sejak usia 18 tahun, Pak Saharjo (nama Indonesia untuk seorang pehobi asal Italia) ini sudah main audio dengan memakai Cyrus 1 dan Rega (turntable) player. Dia lalu melanglang buana ke beberapa negara sampai akhirnya di tahun 2000 datang ke Indonesia, tinggal di sini hingga 2005 sebelum kemudian hijrah ke Dubai dan India. Di tahun 2012 dia kembali lagi ke Indonesia hingga kini.
“Tetapi saya pindah ke UK dan barang ini saya kasih ke kakak daripada tidak terpakai. Dari UK balik ke Italia tetapi sebentar kemudian keVietnam. Sekarang katanya, Rega masih bagus tetapi Cyrus sudah rusak. Dulu jamannya Rega 1 dan 3, dan saya ingat yang RP 300 sangat bagus. Saya ini main hifi saja dan ketika pindah ke Jakarta, sedikit demi sedikit membangun sistem”katanya.
Beberapa lagu yang kami dengar di ruangan Saharjo ini adalah seperti video di bawah ini.
Thn 2000 dia masuk Indonesia sampai 2005. Lalu 2005 pindah lagi ke India dan Dubai. Tahun 2012 dia balik Indonesia. Barang pertamanya adalah power Musical Fidelity yang entry level Elektra A1 30 watt. Lalu dia beli speaker Mission di sebuah toko di mal Ambasador jalan Casablanca Jakarta.
Di Dubai barulah dia membeli power monoblok Bryston dan produknya Ignatius Chen, asal Bandung. Barulah dia kemudian membeli Anthony Gallo ini, disusul kemudian Primaluna. Terakhir, power Bryston dia tukar tambah dengan Musical Fidelity AMS 50. Inilah sistemnya sampai saat ini.
Kami bertemu Saharjo tanpa direncanakan, saat dia tiba tiba hadir di galeri Tasindo Audio, mal Belleza Permata Hijau. Dan beberapa hari kemudian, kami pun diundang kerumahnya di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Rumahnya tak seberapa besar tetapi nuansanya teduh. Di ruang tamunya, Saharjo ternyata telah memasang sistem sederhana untuk fun listening saja. Sayangnya, saat itu pemutar turntablenya tengah rusak.
Ada kami lihat speaker vintage, Klipsch Heresy NBR(New Birch Raw). Speaker berefisiensi tinggi ini finishingnya seperti masih mentah(raw), tetapi bobotnya lumayan berat. Saat itu kami lihat dia ditemani sebuah power amplifier merk Nusantara dari D’Audio, dan integrated amplifier Elektra E1 dari Musical Fidelity, turntable Linn Sondek LP 12 dan integrated amplifier Sansui A-5.
Tetapi itu bukan sistemm utamanya. Dia punya sistem yang sering dia dengar di lantai atas. Ruang khusus baginya ‘bertapa’ dengar musik. Dan sepertinya sendirian, tidak ajak ajak sang istri, karena terlihat kursinya hanya muat satu orang. Oh ya, Saharjo menikah dengan seorang wanita Indonesia yang dari omong omong dengan sang istri, berkarier di sebuah perusahaan kosmetika.
Mari ke ruang audionya Saharjo dengan menaiki tangga, menyusuri sisi atas belakang rumahnya. Ruangan ini lumayan besar, khususnya untuk sebuah speaker Anthony Gallo Reference 3.1. yang didrive oleh sebuah power transistor dari Musical Fidelity. Untuk pre amplifier, dia pakai dari merknya Primaluna. Dua benda yang menarik mata, satu adalah si Anthony Gallo. Dua, koleksi CD yang dipasang berderet pada sebuah rak panjang yang menempel di sisi kiri ruanganya. Koleksinya terbilang lengkap. Genre apapun ada.
Sistemnya sendiri tak bisa dibilang mewah. Tetapi jika dikaitkan dengan sosok Saharjo yang seperti orang ‘nyeni’, tampaknya memang paslah. Orangnya ramah, dan kalau diajak bicara soal makanan atau memasak makanan, soal lagu, soal bagaimana dia ber-traveling, dan seni, dia semangat sekali. Jadi dia tahu betul mengapa dia suka album CD tertentu. Tahu betul mengapa dia suka akan satu dua sistemnya.
Dan Jakarta sepertinya adalah rumah keduanya karena dia sepertinya lebih banyak tinggal di Belitung, tempat dimana dia punya restoran pizza. Ini setelah kami tanya, mengapa tidak tinggal di Jakata terus saja? Dia mengatakan, ah Jakarta itu macet. Lalu juga berisik. Suara knalpotlah, kadang bikin emosi. Haha. Tetapi kami cinta Jakarta lho. Saharjo ini ternyata ‘love cooking’. Dia ini cooker. Dan ternyata dialah yang memasak untuk keluarganya. Boleh jadi karena punya bakat.
Mari simak sistem di ruang Saharjo ini di edisi X/II/2021 WhatHiFi? Indonesia di bulan Nopember-Desember 2021.
www.whathifi.id